Ummu Salamah, Istri Rasulullah SAW yang Kritis dan Paling Panjang Umurnya

Ummu Salamah, Istri Rasulullah SAW yang Kritis dan Paling Panjang Umurnya

Ummu Salamah adalah istri Rasulullah SAW kelima.

Ummu Salamah, Istri Rasulullah SAW yang Kritis dan Paling Panjang Umurnya
ilustrasi

Nama aslinya adalah Hindun binti Abi Umayah ibn al-Mughiroh. Hindun merupakan putri dari Hudzaifah (Abu Umayah) dan Atikah binti Amir ibn Rabi’ah. Ayahnya terkenal sebagai orang yang sangat dermawan di kalangan suku Quraisy. Ia sering menyediakan bekal untuk teman seperjalanannya, sehingga ayah Ummu Salamah ini mendapat julukan Zaad al-Raakib.

Sebelum menjadi istri Nabi, Ummu Salamah merupakan istri dari sepupu nabi, yaitu Abdullah ibn Abdul Asad, putra bibi nabi yang bernama Barrah binti Abdul Muttalib. Dari pernikahan ini keduanya dikaruniai empat orang anak, yaitu Salamah, Umar, Zainab, dan Durrah. Dari nama anak pertama keduanya mendapat julukan Ummu Salamah dan Abu Salamah.

Baca juga: Hindun binti Umayyah, Janda yang Menolak Lamaran Para Sahabat Rasul

Pasangan suami istri ini termasuk orang yang memeluk agama Islam pada masa awal, keduanya terlibat dalam hijrah pertama umat Islam ke Habasyah.

Suatu hari sepupu yang juga merupakan saudara sepersusuan Nabi ini menasehati istrinya, ia menyampaikan sebuah pelajaran yang didapatkan dari Nabi. Abu Salamah berkata, “Aku sangat senang mendengar ungkapan Nabi, beliau bersabda ‘Jika seorang muslim terkena musibah lalu berdoa “Allahumma Ajurni Fī Musibati wa akhlif lii khairan Minha (ya Allah semoga engkau memberikan pahala atas musibah yang kami terima dan semoga engkau mengganti yang lebih baik darinya)” pasti Allah akan mengabulkannya.

Mendengar hal itu Ummu Salamah langsung menghafalkan doa tersebut. Tak lama kemudian Abu Salamah wafat pada tahun 3 H. Ummu Salamah sangat sedih, ia sangat mencintai suaminya itu. Ia berfikir, tidak ada orang yang lebih baik dari Abu Salamah. Namun ia tidak berputus asa dan terus memanjatkan doa yang diajarkan oleh suaminya itu.

Baca juga: Kisah Ummu Salamah: Istri Rasulullah, Perawi Hadis dan Saksi Pembunuhan Husain

Dan benar saja, Allah mengabulkan doanya dan menggantinya dengan yang lebih baik, Yaitu Rasulullah SAW.

Pada awalnya, Ummu Salamah ragu dengan lamaran Nabi, ia mengatakan “Wahai Rasulullah, saya ini perempuan yang sangat pencemburu dan saya juga memiliki banyak anak.” Rasulullah pun langsung menjawab, “Semoga Allah menghilangkan sifat cemburu itu dan tentang anak-anakmu semoga Allah mencukupi rizkinya, mereka juga akan menjadi tanggung jawabku.” Mendengar jawaban Nabi, maka hilanglah keraguan Ummu Salamah.

Rasulullah menikahi Ummu Salamah pada tahun 4 H. Sebelum itu Rasulullah telah menikahi Saudah, Aisyah, Hafsoh, dan Zainab.

Ummu Salamah tampil sebagai ummul mu’minin yang sangat kritis dan pemberani. Sifat kritisnya bahkan menjadi sebab beberapa turunnya ayat. Semua ayat tersebut berkaitan dengan perempuan. Misal dalam suatu waktu, Ummu Salamah berkata pada Nabi, “Wahai Rasulullah, mengapa dalam persoalan hijrah Allah selalu menyebutkan laki-laki, sedangkan perempuan tidak pernah disebut?” Ungkapannya ini menyebabkan turunnya surat Ali Imran ayat 195:

“Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan, (karena) sebagian kamu adalah (keturunan) dari sebagian yang lain. Maka orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang terbunuh, pasti akan Aku hapus kesalahan mereka dan pasti Aku masukkan mereka ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, sebagai pahala dari Allah.

Dalam kesempatan lain, Ummu Salamah juga pernah menyampaikan sikap keberatannya tentang keunggulan laki-laki, mengapa seorang laki-laki diajak berperang, sedangkan perempuan tidak. Dan mengapa pula perempuan mendapatkan jumlah setengah warisan dari laki-laki. Protesnya ini kemudian dijawab langsung oleh Allah, dengan menurunkan surah al-Nisa’ ayat 32.

Ummu Salamah sangat teliti, beliau juga pernah menanyakan pada Nabi perihal ayat Al-Qur’an. Mengapa dalam Al-Qur’an yang disebutkan selalu menggunakan sigah (bentuk) laki-laki, Allah tidak pernah menyebutkan bentuk perempuan dalam Al-Qur’an. Sebagai jawaban atas kegelisahan itu, maka Allah menurunkan surah al-Ahzab ayat 35. Yang berbunyi “Innal Muslimiina wal Muslimaati wal mu’miniina wal mu’minaati wal qaanithiina wal qaanitaati was shaadiqiina was shaadiqaati was shaabiriina was shaabiraati wal khasyi’iina wal khaasyi’aati…….”.

Selain itu Ummu Salamah juga menjadi tempat curhat para perempuan. Istri nabi yang sangat kritis ini seringkali menjadi perantara untuk menanyakan hal-hal perempuan yang bersifat privasi. Misalkan ada seorang perempuan yang ingin bertanya tentang “bersetubuh dari arah belakang” perempuan tersebut malu dan meminta tolong pada Ummu Salamah. Ibu dari empat anak ini pun menanyakan hal tersebut pada Rasulullah, dan mendapat jawaban bahwa hal itu boleh asal di lakukan pada satu tempat (farji).

Ummu Salamah memiliki umur yang panjang, ia wafat pada tahun 62 H, yaitu 51 tahun setelah Nabi wafat. Sikapnya yang terbuka dan memiliki umur yang panjang, menjadikannya banyak mengajarkan ajaran Islam yang disampaikan nabi. Ummu Salamah tercatat sebagai perawi perempuan ke-2 setelah Aisyah yang terbanyak meriwayatkan hadis dari Rasulullah SAW. Jumlah hadis yang diriwayatkannya sebanyak 667 hadis yang terdapat dalam kitab induk hadis yang Sembilan (kutub tis’ah).

Demikianlah sekilas tentang istri Nabi yang memiliki jiwa kritis dan pemberani. (AN)

Wallahu ‘Alam.