Setelah Ramadhan Usai, Bagaimana Interaksi Kita dengan Al-Qur’an?

Setelah Ramadhan Usai, Bagaimana Interaksi Kita dengan Al-Qur’an?

Setelah Ramadhan, apakah interaksi kita dengan al-Qur’an semakin meningkat?

Setelah Ramadhan Usai, Bagaimana Interaksi Kita dengan Al-Qur’an?
Al-Qur’an

Ramadhan sudah selesai. Apa yang sudah kita capai? Ramadhan sudah berakhir. Bagaimanakah akhir puasa kita? Bulan Ramadhan jadi kesempatan emas untuk memperbaiki diri dan tingkah laku. Bagaimanakah kiranya perilaku kita di bulan Ramadhan dan setelahnya, bertambah baik atau sebaliknya? Ramadhan adalah momentum untuk menghamba mendekatkan diri pada Tuhan. Bagaimana kualitas ibadah kita, tarawih kilat atau khidmat? Ramadhan disebut bulan suci. Sudahkah kita mensucikan diri di bulan penuh berkah ini? Ramadhan bulan al-Qur’an. Lantas bagaimana interaksi kita dengan al-Qur’an selama sebulan ini?

Ada banyak hal yang perlu kita evaluasi kala berpisah dengan Ramadhan yang penuh berkah ini. Banyak peluang dan momentum di bulan seribu bulan itu. Apakah kita sudah betul-betul memanfaatkannya atau malah sebaliknya, kita kehilangan momentum begitu saja? Atau jangan-jangan kita kehilangan peluang emas berkali-kali karena lengah dan terlalu entengnya kita di bulan suci itu. Kesempatan hanya sekali tidak datang dua kali. Kalau Ramadhan lepas begitu saja, betapa ruginya kita karena membiarkan kesempatan emas dan langka itu pergi dengan mudahnya. Ramadhan tahun depan belum tentu kita bertemu. Kalaupun kita bertemu, kesempatannya tentu tidak sama, dan belum tentu juga kita bisa memanfaatkannya.

Maka setelah Ramadhan ini, yang harus kita lakukan adalah introspeksi diri kita selama bulan Ramadhan kemarin. Bagaimana dan seperti apa kebiasaan diri kita di bulan itu? Salah satu yang patut untuk kita evalusi setelah Ramadhan ini adalah bagaimana interaksi kita dengan al-Qur’an selama sebulan ini? Bagaimana intensitas kita dengan al-Qur’an pada bulan di mana ia diturunkan? Sudahkah kita menjadi pribadi yang qur’ani di bulan suci itu?

Sudah lazim bagi kita bahwa Ramadhan adalah bulan al-Qur’an. Maka sudah seharusnya di bulan Ramadhan interaksi kita dengan al-Qur’an kuat dan lebih meningkat dari level biasanya. Imam al-Syafi’i dikenal sebagai sosok yang sangat dahsyat dan luar biasa dalam berinteraksi dengan al-Qur’an. Tercatat beliau hatam 60 kali bacaan al-Qur’an selama Ramadhan. Berarti sehari semalam beliau hatam 2 kali. Interaksi yang hebat sebagaimana sosoknya yang juga hebat. Susah ditiru oleh kebanyakan kita yang selalu sibuk dengan banyak urusan daripada dengan al-Qur’an.

Ada yang bertanya bagaimana caranya imam al-Syafi’i sampai bisa khatam sebanyak itu? Jawabannya sederhana, karena interaksi imam al-Syafi’i dengan al-Qur’an tidak hanya intens di bulan Ramadhan saja, di selain Ramadhan intensitas beliau juga cukup kuat dengan al-Qur’an. Sehingga di bulan Ramadhan beliau cukup menaikkan level kedekatannya dengan al-Qur’an. Ini berbeda dengan kebanyakan kita yang harus menunggu Ramadhan datang untuk berinteraksi secara kuat dengan al-Qur’an. Sehingga bisa dipastikan sehebat apapun interaksi kita dengan al-Qur’an di bulan Ramadhan tidak akan sampai pada level imam al-Syafi’i. Itu baru di level interaksi secara bacaan saja. Maka sepertinya mustahil bagi kita membandingkan kualitas interaksi kita bersama al-Qur’an dengan kualitas imam al-Syafi’i secara kajian, ilmu dan pengamalannya.

Itulah alasannya mengapa interaksi kita dengan al-Qur’an di bulan Ramadhan ini harus tetap dilanjutkan di luar Ramadhan. Kalau perlu bahkan ditingkatkan. Berpisah dengan Ramadhan bukan berarti di luar Ramadhan kita jadi jauh dengan al-Qur’an. Ramadhan membuat kita dekat dan terhubung dengan al-Qur’an. Tujuannya adalah agar setelah itu kita tetap dekat dan berhubungan dengan al-Qur’an secara kuat. Bila setelah Ramadhan intensitas bersama al-Qur’an itu tetap dijaga secara kuat, pada Ramadhan berikutnya cukup menambah dan menaikkan levelnya saja. Kita tidak akan berat dan tidak akan kesulitan.

Dalam riwayat imam Muslim, Sayyidah Aisyah menyatakan bahwa akhlak Rasulullah SAW adalah al-Qur’an (kana khuluquhu al-qur’an). Akhlak Rasulullah SAW yang seperti ini tidak hanya di bulan Ramadhan saja. Tetapi juga berlaku di semua bulan di selain Ramadhan. Interaksi beliau dengan al-Qur’an di luar Ramadhan sangat hebat, di bulan Ramadhan lebih dan luar biasa hebat lagi. Saking hebatnya, tadarus al-Qur’an beliau bersama malaikat Jibril.

Barangkali ini hikmah dan pelajarannya, akhlak beliau adalah al-Qur’an berlaku setiap saat, maka saat Ramadhan Allah SWT berikan hadiah spesial kepada beliau berupa tadarus bersama penduduk langit, malaikat Jibril, bertepatan dengan bulan diturunkannya al-Qur’an kepada beliau. Sedangkan bagi keluarga dan Sahabatnya, hadiah spesial itu bisa berjumpa malam Lailatul Qadar. Alasannya sederhana, karena sehebat apapun interaksi keluarga maupun Sahabatnya terhadap al-Qur’an, tetap tidak akan bisa menyamai (apalagi melampaui) interaksi Rasulullah SAW.

Bagi kita, hikmah dan pelajarannya adalah bahwa orang yang punya interaksi hebat dengan al-Qur’an, Allah SWT akan turunkan keberkahan kepada mereka. Maka dari itu, mari kita jaga interaksi kita bersama al-Qur’an itu tidak hanya di bulan Ramadhan saja, tetapi juga di selain Ramadhan. Sedikit saja berinterki dengan al-Qur’an akan mendatangkan keberkahan, apalagi kalau interakasi kita sering dan banyak.

Dalam suatu riwayat disebutkan, al-Qur’an adalah hidangan Allah SWT. Untuk itu Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk mempelajari dan mencicipinya (fata’allamu ma’dubatahu). Hidangan di sini maknanya banyak, bisa itu kebaikan, keberkahan, ilmu, dan lain sebagainya. Rasulullah SAW menegaskan bahwa sebaik-baik orang adalah mereka yang mempelajari dan mengajarkan al-Qur’an. (HR. Al-Bukhari)

Rasulullah SAW sudah membuktikan bagaimana dahsyatnya keberkahan al-Qur’an itu. Begitu juga keluarga dan para Sahabatnya. Pun demikian dengan imam al-Syafi’i dan ulama lain sudah membuktikan betapa luar biasanya keberkahan al-Qur’an. Sekarang giliran kita untuk mencicipi keberkahannya. Lantas, bagaimanakah interaksi kita dengan al-Qur’an selama dan setelah Ramadhan tahun ini?

Selamat mencicipi hidangan Allah SWT yang bernama al-Qur’an itu.