Setelah musibah yang menimpa Ade Armando, ada netizen yang bahagia dengan kejadian itu sembari mengutip hadis. “Rasulullah SAW bertakbir saat melihat kepala Abu Jahal dibawah oleh Ibnu Mas’ud. Tidak salah bergembira menyaksikan musuh Allah celaka,” Tulis salah seorang netizen. Cuitan ini mendapat respons dari banyak orang, termasuk Ustadz Ahong.
Ustadz Ahong mengingatkan agar tidak menggunakan cara kekerasan ataupun menormalisasi kekerasan terhadap orang yang beda pandangan. Tidak ada satupun dalil di dalam Islam yang melegalkan kekerasan terhadap orang yang berbeda. Di antara kita mungkin banyak yang tidak sependapat dengan Ade Armando saat menarasikan gagasannya. Tapi bukan berati ketika dia mendapat musibah, kita boleh bergembira dengan musibah itu.
Hadis yang mengisahkan Rasulullah takbir melihat kepada Abu Jahal dibawah oleh Ibnu Mas’ud, tidak bisa dijadikan dalil bolehnya bahagia atas musibah yang ditimpa orang lain. Alasannya, kata Ustadz Ahong, hadis mengenai Sahabat Abdullah bin Masud menenteng kepala Abu Jahal dan dibawa ke hadapan Rasulullah sambil bertakbir itu hadis lemah (dhaif). Syekh Syu’aib al-Arnauth, dalam tahqiq Musnad Ahmad bin Hanbal, menjelaskan bahwa terdapat keterputusan sanad dalam hadis tersebut.
Abu Ubaidah, rawi yang terdapat dalam riwayat tersebut, tidak pernah mendengar riwayat secara langsung dari bapaknya, yaitu Abdullah bin Mas’ud. Sementara hadis shahih mensyaratkan antara satu rawi dengan rawi lainnya harus ada ketersambungan.
Syekh Syu’aib al-Arnauth juga menyebutkan hadis-hadis serupa dalam kitab hadis lainnya, seperti riwayat al-Thabrani dalam al-Kabir, al-Nasa’i dalam al-Sunan al-Kubra, al-Khatib dalam Tarikh Bagdad, dan sebagainya.
“Tapi jalur periwayatan semuanya itu dari jalur yang sama, sehingga kualitas hadis ini tidak bisa naik menjadi hadis hasan atau shahih. Ketidaksahihan hadis Sahabat Abdullah bin Masud menenteng kepala Abu Jahal dan dibawa ke hadapan Rasulullah itu juga diutarakan Ibnu Hajar,” Jelas Ustadz Ahong.
Dalam al-Talkhis al-Habir (juz 6, hlm 2913). “Ulama Irak berpendapat, “Tidak ada satu pun kepala orang kafir yang dibawa ke Rasulullah.” Beberapa kepala orang musyrik dibawa ke hadapan Utsman, tapi ia tidak senang dengan hal itu. Ulama Irak berpendapat, “Perbuatan ini (menenteng kepala musuh) itu tidak pernah terjadi di masa Rasulullah, Abu Bakara, dan Umar. Kata mereka, riwayat mengenai penentengan kepala yang dibawa kepada Abu Bakar itu tidak benar.
Pandangan-pandangan ini selaras dengan hadis yang terdapat dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim mengenai perintah Rasulullah untuk menempatkan orang-orang musyrik Mekah yang tewas di perang Badar di sumur Badar (qalib badr), bukan ditenteng-tenteng kepalanya.
Oleh karena itu, riwayat dalam Sunan Ibnu Majah mengenai Rasulullah bergembira dan melaksanakan shalat karena ditentengkan kepala Abu Jahal itu tidak valid. Menurut Syekh Syu’aib, hadis ini terdapat rawi bermasalah bernama Salamah bin Raja, dan Sya’sya yang dianggap tak diketahui identitasnya (majhul).
“Saya teringat maqolah Mbah Gus Dur kalau tidak keliru. Jika ada yang menafsirkan Islam secara menakutkan dan seakan membenarkan kekerasan, itu yang salah bukan Islamnya, tapi orang yang menafsirkannya,” Tulis Ustadz Ahong