Ning Umi Laila Sebut Allah Tidak Suka Kita Main Sama Anjing, Ustadz Ahong: Dulu Cucu Nabi Waktu Kecil Suka Main dengan Anjing

Ning Umi Laila Sebut Allah Tidak Suka Kita Main Sama Anjing, Ustadz Ahong: Dulu Cucu Nabi Waktu Kecil Suka Main dengan Anjing

Ning Umi Laila termasuk salah satu pendakwah yang sedang naik daun. Konten dakwahnya tersebar luas di berbagai media sosial dan ditonton jutaan orang. Kehadirannya patut diapresiasi di tengah sedikitnya pendakwah perempuan yang muncul ke publik

Ning Umi Laila Sebut Allah Tidak Suka Kita Main Sama Anjing, Ustadz Ahong: Dulu Cucu Nabi Waktu Kecil Suka Main dengan Anjing
Ning Umi Laila (Foto: NU Online Jatim)

Ning Umi Laila termasuk salah satu pendakwah yang sedang naik daun. Konten dakwahnya tersebar luas di berbagai media sosial dan ditonton jutaan orang. Kehadirannya patut diapresiasi di tengah sedikitnya pendakwah perempuan yang muncul ke publik. Panggung dakwah masih didominasi laki-laki, padahal kebanyakan jamaah pengajian adalah perempuan. Karenanya, posisi perempuan sangatlah penting untuk memberikan penjelasan yang berimbang, tidak bias gender, terutama terkait masalah-masalah yang berkaitan dengan perempuan.

Popularitas Ning Umi Laila tampaknya terus menanjak. Ramadhan tahun ini, salah satu stasiun televisi swasta memberikan panggung untuknya. Nama programnya Bunga-Bunga Hati. Konsepnya lebih banyak tanya jawab tentang masalah keseharian, seperti halnya program Mamah Dedeh.

Di antara tema yang dibahas di sini tentang anjing, penekanannya pada cara pensuciannya. Diperlihatkan juga bagaimana cara menggunakan tanah, pasir, dan air saat membersihkan najis anjing. Ia mengutip beberapa hadis dan penjelasan ulama terkait tentang anjing dan cara membersihkan najisnya.

Meskipun dalam acara itu ditegaskan bahwa kita harus sayang kepada semua makhluk, termasuk anjing, namun ada beberapa penjelasan yang masih menganjal dalam pikiran saya pribadi. Misalnya, ia menjelaskan bahwa orang yang memelihara anjing tanpa tujuan tertentu, semisal menjaga kebun, berburu, dan seterusnya, pahalanya berkurang setiap hari dua qirath. Penjelasan didasarkan pada hadis riwayat Muslim, Rasulullah bersabda:

“Barang siapa yang memelihara anjing bukan untuk berburu, penjaga ternak, atau kebun, maka pahalanya akan dikurangi dua qirath tiap hari.” (HR: Muslim)

Memelihara anjing untuk tujuan tertentu, seperti yang dijelaskan dalam hadis di atas, hukumnya boleh. Namun masalahnya, kebanyakan orang pada hari ini, memelihara anjing bukan dalam untuk tujuan yang disebutkan di atas. Khususnya di kota besar, anjing dipelihara untuk menjadi “teman hidup”: dibawa masuk ke rumah, diajak jalan-jalan, dan diperlakukan seperti halnya seorang teman.

Irfan Hakim sebagai moderator acara ini, sempat bertanya ke Umi Laila, “Bagaimana pelihara anjing kalau untuk lucu-lucuan.” Ia mengatakan, “Nanti ada penjelasannya sendiri.” Sayangnya dalam program itu belum dijelaskan hukumnya, saya tidak tahu persis apakah dijelaskan dalam sesi yang lain atau tidak.

Selain itu, perihal kedua yang menganggu pikiran saya, Umi Laila mengatakan, “Allah tidak suka kita main sama anjing.” Ini dikatakan ketika memberi penjelasan soal hukum bersentuhan dengan anjing, apakah najis atau tidak?

Pandangan Ustadz Ahong tentang Anjing

Dalam fikih sebetulnya persoalan kenajisan anjing masih menjadi perdebatan. Sayangnya perdebatan ini tidak dielaborasi Umi Laila dalam penjelasannya. Ustadz Ahong dalam salah satu cuitannya memberi penjelasan yang cukup komprehensif terkait masalah ini. Penjelasannya dapat menambal kejanggalan yang saya temukan ketika mendengar penjelasan Umi Laila.

Menurut sebagian ulama al-Azhar, kata Ustadz Ahong, anjing dihukumi suci, tubuh dan air liurnya tidak najis, sehingga tidak perlu bersuci ketika menyentuhnya, baik dalam keadaan kering ataupun basah.

Sementara maksud hadis orang yang memelihara anjing bukan untuk tujuan berburu atau menjaga kebun, pahalanya dikurangi setiap hari dua qirath, maksudnya adalah pahalanya dikurangi bukan semata-mata karena memelihara anjing, tapi karena gonggongan anjing yang dipelihara itu dapat menganggu tetangga. Karenanya, kalau bisa memastikan tetangga tidak terganggu, ya tidak dikurangi. Pemahaman ini didasarkan pada penjelasan ulama yang terdapat dalam Fathul Bari dan Aunu’ Ma’bud saat menjelaskan hadis di atas.

Terkait penjelasan “Allah tidak suka kita main-main dengan anjing”, ini juga perlu dikaji ulang. Apa benar demikian? Pasalnya, dulu cucu Nabi Muhammad SAW, sayyidina Hasan dan Husein waktu kecilnya suka bermain-main dengan anjing kecil. Bahkan anjing kecil itu ikut tiduran di kasur mereka.

Suatu saat malaikat Jibril mau menyampaikan wahyu pada Rasulullah, tapi malaikat belum mau masuk karena ada anjing kecil itu. Sebagian ulama berpendapat, kata Ustadz Ahong, yang tidak mau masuk rumah yang ada anjingnya itu hanya malaikan Jibril, bukan semua malaikat