Belum ada sepekan sejak balik ke Indonesia setelah menghilang 3 tahun lamanya, Imam Besar FPI Habib Rizieq Syihab (HRS) dikabarkan berniat melakukan sebuah gebrakan politik yang tidak biasa. Lewat siaran yang ditayangkan akun Youtube Front TV, HRS menegaskan bahwa dia bersedia rekonsiliasi jika pemerintah menghendaki.
“Kalau mau dialog, mau rekonsiliasi, ahlan wa sahlan. Kita siap dialog, kita siap damai, kita siap hidup tanpa kegaduhan,” kata Habib Rizieq.
“Apa yang pemerintah mau dari umat, dari habaib, sampaikan, kami siap mendengarkan. Anda mau bicara 3 jam, 4 jam, 5 jam, 12 jam silakan, kami dengar. Tapi setelah anda bicara dengerin juga yang kita bicara,” lanjut dia.
Lebih jauh, Habib Rizieq mengatakan pihaknya siap rekonsiliasi dengan beberapa syarat, termasuk salah satunya adalah pemerintah mau menghentikan kriminalisasi ulama.
“Bebaskan dulu para habaib, para tokoh kita. Masih banyak para ulama-ulama kita yang menderita di penjara, bebaskan ustaz Abu Bakar Ba’asyir yang sudah sepuh, Habib Bahar bin Smith, bebaskan Syahganda Nainggolan, Anton Permana, bapak Jumhur Hidayat,” ujar Habib Rizieq.
Selain itu, Habib Rizieq juga meminta agar pemerintah membebaskan para buruh serta pelajar yang ditangkap karena ikut dalam aksi demonstrasi menolak UU Cipta Kerja beberapa waktu yang lalu.
Terpisah, Kepala Staf Kepresidenan (KSP), Moeldoko, mengaku bingung dengan ajakan rekonsiliasi tersebut. Menurut Moeldoko, hubungan habib Rizieq dan pemerintah baik-baik saja sehingga tidak diperlukan adanya rekonsiliasi.
“Apanya yang harus direkonsiliasikan dengan Habib Rizieq? Dari awal kan beliau pergi-pergi sendiri. Lalu pulang, ya pulang saja,” ujar Moeldoko, dikutip Tempo.co.
Bahkan, demikian Moeldoko, pemerintah juga menurunkan aparat untuk mengawal keamanan dan ketertiban saat kepulangan Rizieq. “Aparat kita suruh kawal baik, jangan ganggu. Walaupun mereka sendiri yang ganggu. Ganggu jalan maksudnya,” ujar mantan Panglima TNI ini.
Lebih lanjut, Moeldoko menyatakan bahwa yang diperlukan adalah saling memahami hak dan tanggung jawab masing-masing. “Negara itu melindungi semua. Jadi menurut saya, istilah rekonsiliasi itu, apanya yang mau direkonsiliasi? Kita kan dalam posisi baik-baik saja sebenarnya,” ujar dia.
Begitulah, namanya saja sedang berada di atas angin, soal merasa paling ekhm itu memang biasa terjadi. Ah, andai saja dialog yang dimaksud itu adalah antara HRS dengan Ahok, nahhh, itu baru rekonsiliasi.