Sejak Oktober 2023, 145 Jurnalis Tewas Efek Genosida Israel di Gaza

Sejak Oktober 2023, 145 Jurnalis Tewas Efek Genosida Israel di Gaza

Sejak Oktober 2023, 145 Jurnalis Tewas Efek Genosida Israel di Gaza
Sejumlah jurnalis melancarkan aksi protes terkait terbunuhnya Yasser ketika meliput protes di jalur Gaza.

PALESTINA – Sebuah laporan tahunan yang diterbitkan Reporters Without Borders (RSF) pada Kamis kemarin menemukan temuan bahwa tentara Israel telah membunuh 18 jurnalis dengan rincian dua jurnalis di Lebanon dan 16 jurnalis di Gaza saat mereka bekerja tahun ini.

RSF melaporkan jumlah korban tersebut setara dengan sepertiga dari total 54 kasus pembunuhan jurnalis di seluruh dunia, RSF menggambarkannya dengan “pembantaian yang belum pernah terjadi sebelumnya”.

“Palestina adalah negara paling berbahaya bagi jurnalis, mencatat jumlah kematian yang lebih tinggi daripada negara lain selama lima tahun terakhir,” kata organisasi itu dalam laporannya, yang mencakup data hingga 1 Desember, dikutip dari Al Jazeera pada Jumat (13/12/2024).

Baca juga : Kondisi Palestina Kini Memburuk, Hujan Turun, Pengungsian Rusak

Setidaknya, lebih dari 145 jurnalis telah dibunuh oleh tentara Israel di jalur Gaza sejak dimulainya pada Oktober 2023, 35 jurnalis di antaranya dibunuh saat mereka bekerja.

Atas kejadian tersebut, RSF telah mengajukan empat pengaduan ke Pengadilan Kriminal Internasional.

Selain Gaza sebagai negara paling tidak aman bagi Jurnalis, RSF juga melaporkan negara paling mematikan bagi jurnalis di tahun 2024 adalah Pakistan dengan tujuh kematian kemudian disusul dengan negara Bangladesh dan Meksiko dengan masing-masing lima korban jurnalis.

Dilaporkan terpisah, Federasi Jurnalis Internasional (IFJ) dalam laporannya pada hari selasa mengatakan bahwa 104 jurnalis tewas di seluruh dunia pada tahun 2024, dengan lebih dari setengahnya berada di Gaza.

Perang di Gaza dan Lebanon sekali lagi menyoroti pembantaian yang diderita oleh para profesional media Palestina (55), Lebanon (6), dan Suriah (1), yang mewakili 60 persen dari semua jurnalis yang terbunuh pada tahun 2024,” demikian kata laporan tersebut.

“Kami mendesak Negara-negara Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mengambil tindakan guna memastikan adopsi konvensi yang mengikat tentang keselamatan jurnalis, untuk mengakhiri kematian dan cedera yang terjadi setiap tahun,” kata Sekretaris Jenderal IFJ Anthony Bellanger.

Baca juga :Efek Genosida Israel, Gaza Seperti Kuburan Bagi Anak-anak Palestina

Angka laporan RSF dan IFJ berbeda-beda lantaran menggunakan metode yang berbeda pula. RSF hanya mencatat kematian jurnalis dalam laporannya jika terbukti terkait langsung dengan aktivitas profesionalnya.

Sebelumnya diketahui, pada bulan Juli dua jurnalis Al Jazeera Ismail al-Ghoul dan Rami al-Rifi tewas di kamp pengungsi Shati,sebelah barat Kota Gaza. Kedua jurnalis tewas saat kendaraan mereka di serang oleh tentara Israel.

Pun sama dengan operator kamera Al Jazeera Fadi al-Wahidi yang ditembak tepat di lehernya saat mengenakan rompi “press” pada bulan Oktober saat melakukan laporan di kamp pengungsi di Jabalia.