Designer Kaligrafi
Dalam pandangan Iqbal, berbagai keahlian diperlukan untuk menunjang capaian esetetis kaligrafi sebagaimana diharapkan.
“Yang dibutuhkan sekarang adalah designer kaligrafi. Dia tidak hanya menguasai kaidah kaligrafi tetapi juga memahami rancang bangun dan design interior.”
“Dia bisa menawarkan konsep kaligrafi dalam perencanaan sebuah mesjid, baik yang bergaya Timur-Tengah maupun arsitektur untuk alam tropis,” tutur alumnus design interior STISI Bandung ini.
Diakui Iqbal, keahlian seperti ayahnya sudah sulit ditemukan. Kini jika ada garapan untuk sebuah mesjid, Iqbal berkolaborasi dengan sejumlah orang.
“Untuk penulisan kaligrafi, saya biasanya meminta bantuan murid-murid ayah,” katanya.
Dengan demikian, seperti seni yang lain, kaligrafi tidak bisa digarap serampangan. Kehalusan penggarapan kaligrafi hanya bisa dihasilkan dari kehalusan jiwa pula, tidak bisa lahir dari jiwa yang keras dan kasar.
Sebaliknya kaligrafi juga tak bisa dipandang sembarangan. Apalagi untuk diletakkan sebagai bagian dari mesjid. Para pembangun mesjid seyogianya memahami persoalan ini agar mesjid yang dibangunnya selain megah secara fisik juga indah dipandang.
Tantangan dunia kaligrafi ke depan adalah memperkuat muatan lokal tanpa memperkosa kaidah penulisan huruf Arab yang sudah ada. Perlu dicari medium-medium baru yang khas Indonesia, selain kayu.
Dari penemuan bentuk baru itulah muslimin Indonesia dapat disebut berkontribusi dalam khazanah kebudayaan Islam. Agar kita, seperti kata Sukarno, mempunyai mesjid-mesjid yang hebat. []
Ikuti tulisan eksklusif tentang Kaligrafi di islami.co lainnya di tautan ini:
Masjid di Bandung dan aliran Kaligrafi (Bagian-1)
Mesjid di Bandung dan Aliran Kaligrafi (Bagian-2)
Mesjid di Bandung dan Aliran Kaligrafi (3-Habis)
Kaligrafi, Pesantren hingga Getar Spiritual