Mengapa Dinamakan Bulan Sya’ban?

Mengapa Dinamakan Bulan Sya’ban?

Mengapa Dinamakan Bulan Sya’ban?

 

Bulan Sya’ban menempati posisi yang istimewa dalam agama Islam. Sebab pada  bulan kedelapan dalam kalender Hijriyah ini, Allah SWT membuka banyak pintu rahmat dan ampunan bagi hamba-hamba-Nya. Karena itulah banyak ritual keagamaan yang dianugerahkan Allah SWT pada hamba-Nya pada bulan tersebut.

Berdasarkan hal tersebut menurut Sayyid Muhammad Alwi dalam kitabnya Ma Dza fi Sya’ban, penamaan bulan Sya’ban secara bahasa tidak lepas dari banyaknya keutamaan pada bulan itu. ‘Sya‘ban’ berasal dari ‘Syâ‘a bân’ yang bermakna terpancarnya keutamaan atau berasal dari kata ‘As-sya‘bu’ (dengan fathah pada huruf syin), secara harfiah ‘menambal’ di mana Allah menambal (menghibur atau mengobati) patah hati (hamba-Nya) di bulan Sya’ban.

Sedangkan secara historis, Ibnu Hajar al-’Asqalani mengatakan dalam kitab Al-Khulashah fi Syarhil-Khamsiin Asy-Syamiyah bahwa bulan ini dinamakan bulan Sya’ban karena saat penamaan bulan ini banyak orang arab yang berpencar-pencar mencari air atau berpencar-pencar di gua setelah berakhirnya bulan Rajab.

وَسُمِّيَ شَعْبَانُ لِتَشَعُّبِهِمْ فِيْ طَلَبِ الْمِيَاهِ أَوْ فِيْ الْغَارَاتِ بَعْدَ أَنْ يَخْرُجَ شَهْرُ رَجَبِ الْحَرَامِ

 “Dinamakan Sya’ban karena mereka berpencar-pencar mencari air atau di dalam gua-gua setelah bulan Rajab Al-Haram”.

Selain itu, bulan Sya’ban disebut juga dengan bulan yang dilupakan. Adapun sebab ia dilupakan adalah karena ia berada antara bulan haram (Rajab) dan bulan Ram­­­adan. Bulan haram sudah kita ketahui bersama keutamaannya.

Bahkan Allah menyebutkan tentangnya di dalam Al-Qur’an (lihat Al-Qur’an surat at-Taubah: 36). Sedangkan Sya’ban bukan termasuk bagian dari bulan haram, dan bukan pula bagian dari Ramadan. Dalam hal ini Rasulullah bersabda:

عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنَ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ، قَالَ: ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ.

“Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid radhiallahu ‘anhuma bahwasanya dia berkata, “Ya Rasulullah! Saya tidak pernah melihat engkau berpuasa dalam satu bulan di banding bulan-bulan lain seperti engkau berpuasa di bulan Sya’ban ?” Beliau menjawab,Itu adalah bulan yang banyak manusia melalaikannya, terletak antara bulan Rajab dan Ramadhan. Dia adalah bulan amalan-amalan di angkat menuju Rabb semesta alam. Dan saya suka jika amalanku diangkat dalam keadaan saya sedang berpuasa”

Banyak keutamaan yang sering dilupakan, atau bahkan banyak yang belum mengetahui. Padahal keutamaan tersebut tak kalah berharga dengan keutamaan di bulan lain, Diantaranya adalah anjuran memperbanyak puasa sebelum amal ibadah akan dicatat dan diangkat pada bulan Sya’ban.

عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ رَأَيْتُكَ تَصُومُ مِنَ الشَّهْرِ شَيْئًا مَا لَا تَصُومُهُ مِنَ الشُّهُورِ أَكْثَرَ إِلَّا رَمَضَانَ قَالَ أَيُّ شَهْرٍ قُلْتُ شَعْبَانُ قَالَ هُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

 

Dari Usamah bin Zaid ra, ia berkata; ‘Aku berkata, ‘Wahai Rasulallah! Aku melihat puasa engkau pada bulan itu lebih banyak dari bulan-bulan yang lain, kecuali Ramadhan.’ Beliau bertanya, ‘Bulan yang mana?’ Aku menjawab, ‘Bulan Sya’ban.’ Beliau bersabda, ‘Bulan Sya’ban merupakan bulan diangkatnya amal kepada Rabb Semesta Alam. Dan aku senang ketika amalku diangkat aku sedang berpuasa”.

Dari hadits tersebut kita dapat melihat jikalau Rasulullah lebih banyak berpuasa pada bulan Sya’ban dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya selain bulan Ramadhan. Sehingga bisa dikatakan berpuasa dalam bulan tersebut merupakan anjuran yang lansung dicontohkan oleh baginda Rasulullah. Selain itu bisa menjadi ajang latihan atau pemanasan untuk berpuasa di bulan Ramadhan mendatang.