Mengapa Ali bin Abi Thalib Dijuluki Karramallahu Wajhah?

Mengapa Ali bin Abi Thalib Dijuluki Karramallahu Wajhah?

Mengapa sebutan Ali bin Abi Thalib berbeda dengan sahabat yang lain? Mengapa hanya ia yang disemati gelar Karramallahu wajhah?

Mengapa Ali bin Abi Thalib Dijuluki Karramallahu Wajhah?

Seorang murid yang sedang bingung, bertanya kepada gurunya, “Mengapa sebutan setelah nama Ali bin Abi Thalib beda sendiri, pak?” Pak guru yang tidak faham dengan pertanyaan muridnya menegaskan kembali, “Maksudnya ‘beda’ bagaimana, nak?” Sang murid berfikir sebentar, “Itu loh, pak. Kenapa kalau Ali diakhiri Karramallahu Wajhah, sedangkan sahabat lain seperti Abu Bakar dan Umar, kok, Radhiyallahu Anhu.”

Sang guru pun mulai faham dengan pertanyaan murid. Otaknya ‘berputar’, membuka memori lama saat ia belajar di pesantren dulu. Pertanyaan semacam ini mungkin tidak hanya ‘hinggap’ di kepala murid-murid tersebut, tetapi juga banyak orang yang mungkin belum tahu alasan pastinya.

Menjawab pertanyaan tersebut, Syekh Sulaiman al-Bujairimi dalam Syarh al-Bujairimi ala al-Minhaj menegaskan bahwa penyebutan Ali bin Abi Thalib dengan Karramallahu wajhah karena Ali tidak pernah sujud kepada berhala dari kecil. Artinya, atas kemuliaannya yang tidak pernah menggunakan mukanya untuk tunduk dan sujud kepada Tuhan lain selain Allah SWT, maka Ali bin Abi Thalib berhak mendapatkan gelar tersebut.

Walaupun demikian, alasan di atas bukanlah satu-satunya alasan penyematan gelar Karramallahu wajhah kepada Sayyidina Ali. Mengingat, selain Ali ada juga Abu Bakar yang selama hidupnya tidak pernah bersujud untuk menyembah berhala. Yang membedakan adalah karena Ali masuk Islam sejak kecil, sedangkan Abu Bakar masuk Islam ketika sudah dewasa. Keduanya juga termasuk Assabiqunal awwalun (orang-orang yang pertama kali masuk Islam).

Selain itu, beberapa ulama juga menyebut bahwa alasan lain yang membuat Ali disebut Karramallahu wajhah adalah karena ia tidak pernah melihat kemaluannya sendiri. Atas kemulyaan tersebut, makanya Ali disebut dengan “Semoga Allah memberi kemuliaan kepada wajahnya”, karena wajahnya tidak pernah digunakan untuk menengok atau melihat auratnya.

Pendapat ini disetujui oleh beberapa ulama seperti Syekh al-Bujairimi di atas, Ibn Hajar al-Haytami dalam al-Fatawa al-Haditsiyah-nya dan Syekh Ikhsan Muhammad Dahlan al-Jampesi, seorang ulama asal Nusantara dalam kitabnya Sirajut Thalibin ala Syarh Minhajut Thalibin.

Berikut ini salah satu kutipan terkait argumentasi penyebutan Ali bin Abi Thalib dengan Karramallahu wajhah yang penulis ambil dari kitab karya ulama asal Indonesia, Syekh Ikhsan Jampes, Sirajut Thalibin ala Syarh Minhajut Thalibin.

إنما يقال في حقه كرم الله وجهه لأنه لم يسجد لصنم قط مع اسلامه صغيرا. فلايرد ابو بكر رضي الله عنه مع أنه لم يسجد لصنم ايضا .ويقال في حقه رضي الله عنه لا كرم الله وجهه لأنه أسلم كبيرا كما أفاده العناني. وقيل إنما قيل فيه : اي في علي ذلك : اي كرم الله وجهه لأنه لم ير عورته قط

Artinya, “Adapun (alasan Ali bin Abi Thalib) disebut dengan karramallahu wajhah (semoga Allah memuliakan wajahnya) adalah karena ia tidak pernah sujud (menyembah) berhala selama hidupnya, serta masuk Islamnya pada waktu masih kecil. Maka penyebutan tersebut tidak diberikan Abu Bakar walaupun ia tidak pernah menyembah berhala juga. Abu Bakar disebut “Radhiyallahu anhu” karena ia masuk Islam ketika sudah dewasa sebagaimana disebutkan oleh al-‘Anany. Pendapat lain menyebutkan bahwa Ali disebut demikian karena ia tidak pernah melihat auratnya (kemaluannya).”

Jika disimpulkan, berikut alasan Ali bin Abi Thalib disebut dengan Karramallahu wajhah:

  1. Karena ia tidak menyebah berhala sama sekali selama hidupnya, didukung dengan masuk Islam sejak kecil.
  2. Karena ia tidak pernah melihat kemaluannya (auratnya).

Itu lah dua alasan Ali bin Abi Thalib dijuluki dengan كرم الله وجهه . Sebutan tersebut adalah salah satu bentuk penghargaan umat Nabi SAW kepada sahabatnya yang mulia. Begitu juga dengan sebutan Radhiyallahu anhu untuk para sahabat nabi yang lain.

Semoga kita kelak bisa berkumpul dengan para sahabat Nabi, tentunya juga dengan Baginda Nabi Muhammad SAW. Amin. (AN)

Wallahu a’lam.