Melihat Peran Agama dalam Film Pengabdi Setan

Melihat Peran Agama dalam Film Pengabdi Setan

Peran agama dalam film Pengabdi Setan dalam ambang keraguan. Tokoh bapak terlihat ogah-ogahan mengikuti pengajian selepas ibu meninggal.

Melihat Peran Agama dalam Film Pengabdi Setan

Masyarakat Indonesia menyukai hal-hal berbau mistis. Ini dibuktikan dengan meledaknya film Pengabdi Setan garapan Joko Anwar yang dirilis pada 28 September 2017. Film bergenre horor ini berhasil menembus angka tiga juta pada raihan penontonnya hanya dalam waktu dua puluh hari.

Prestasi mencengangkan, karena tim film ini tidak menggembar-gemborkan tantangan jika berhasil menembus angka sekian juta penonton. Memang kebanyakan pemain film saat ini memakai trik menantang diri akan melakukan suatu hal jika film mereka berhasil melewati angka target penonton dan disebarkan di sosial media.

Film Pengabdi Setan mengemas isu pemujaan iblis yang kerap menghantui masyarakat. Masyarakat Indonesia memang tidak lepas dengan penghambaan terhadap hal-hal gaib. Tidak di perkotaan, tidak di pedesaan, kebanyakan masyarakat Indonesia memang masih memercayai adanya dunia penuh kekuatan di luar dunia makhluk hidup. Ini tidak bisa dibantah karena masih banyaknya masyarakat Indonesia yang berkunjung ke tempat-tempat yang diyakini sakral. Masyarakat juga masih berburu pesugihan dengan cara-cara yang terkadang tak masuk dinalar.

Ibu dan bapak telah sepuluh tahun lamanya membina rumah tangga namun tak kunjung diberi keturunan. Di film Pengabdi Setan, tokoh ibu bergabung ke sekte karena terhimpit tuntutan untuk memiliki anak. Ini menandakan bahwa sebenarnya masyarakat masih hidup dengan tahayul. Jamak terlihat masyarakat yang memohon dan mengharapkan sesuatu terkabul lewat ritual pemujaan.

Tokoh bapak dalam salah satu adegan Pengabdi Setan juga pernah terpergok berteriak meminta maaf dan menyebut nama Darminah, yang akhirnya diketahui sebagai pimpinan sekte. Sepertinya bapak mengakui kesalahannya karena telah melanggar perintah dari sekte tersebut. Bagaimana masyarakat terpaksa mendekat ke sebuah kelompok karena tekanan dari masyarakat yang tidak bisa dipenuhi. Ternyata masuk ke sekte juga ada konsekuensi yang ditanggung setelah berhasil mendapatkan apa yang dimau. Ini dikenal dengan istilah penumbalan. Harus ada yang dikorbankan dari apa yang dicapai.

Peran agama dalam film Pengabdi Setan dalam ambang keraguan. Tokoh bapak terlihat ogah-ogahan mengikuti pengajian selepas ibu meninggal. Dalam film ini, keluarga digambarkan menganut agama Islam terlihat dari cuplikan percakapan bapak dengan pak ustad. Pak ustad menanyakan, apakah bapak salat? Bapak hanya menahan senyum kecut. Ini bisa dimaknai bahwa posisi agama bisa dikalahkan dengan hal-hal musyrik yang dianut bapak. Bapak bisa saja memutuskan tidak lagi percaya agama karena semua doa yang ia panjatkan tentang keturunan tidak berhasil dikabulkan.

Ada juga penggalan peristiwa ketika Rini, anak sulung keluarga tersebut ditegur pak ustad tentang kapan terakhir salat? Pak ustad ingin memastikan itu karena semenjak ibu meninggal, keluarga tersebut selalu diteror hantu ibu. Ketika Rini akhirnya memutuskan kembali salat, peristiwa mencekam masih terus menghampiri. Bahkan tak ada hantu yang kabur terbirit-biri ketika Rini salat. Apakah sudah hilang kekuatan agama dalam mengusir hal-hal jahat? Atau memang ini semacam penyadaran kepada masyarakat yang menonton agar semakin membekali diri dengan iman?

Dalam film ini, anak pak ustad, Hendra pun secara terang-terangan membeberkan kepada Rini. Hendra secara jelas mengatakan bahwa ia mempercayai ada unsur-unsur yang hidup sebelum agama ada dan masih terus tumbuh sampai sekarang. Pernyataan ini menandaskan bahwa sebenarya tujuan agama bukan untuk memusnahkan hal-hal sebelum agama. Agama justru hidup untuk menggiring umatnya menuju ketenangan dan kebaikan.

Berlanjut ke adegan saat Rini dan ketiga adiknya mengungsi ke rumah pak ustad. Ustad yang selama ini dicitrakan sebagai sosok baik dan penuh pertolongan, dibantah dalam film ini. Ustad tidak menolong Rini dan adiknya yang diserang sekawanan mayat hidup. Ini karena pak ustad masih menyimpan rasa sakit hati karena Hendra, anaknya mati saat perjalanan pulang dari kota. Hendra membawa misi hendak menyelamatkan keluarga Rini. Ustad yang selama ini diagung-agungkan masyarakat rupanya tetap manusia, bukan Tuhan yang maha pemaaf.

Lagi-lagi kuasa agama kalah di film ini. Rini sekeluarga berhasil selamat dari kepungan mayat hidup setelah kedatangan Budiman, teman sang nenek. Budiman layaknya dukun yang getol dengan hal-hal klenik. Bagaimana kehidupan seseorang justru terangkat lebih baik lewat bantuan dukun, bukan pemuka agama.

Pemahaman Agama

Film Pengabdi Setan seolah sepakat dengan Karl Marx tentang pemahaman agama. Karl Marx mencurigai agama sebagai senjata untuk melancarkan tujuan dalam mengokohkan kesadaran palsu di masyarakat.

Agama mendorong para pemeluknya untuk melupakan penderitaan nyata dan kesukaran yang membelit hidup mereka. Pendapat satir ditunjukkan Marx tentang kehadiran agama. Agama hanya sekadar doktrin metafisik. Agama hanya berfokus pada pengarahan pasca-kematian, dan tidak bersifat material.

Hal-hal mistis yang tergambar dalam Pengabdi Setan sebenarnya tidak berbeda jauh dengan definisi agama menurut R.R Marett. Dia menjabarkan bahwa orang meyakini agama lantaran agama memberikan kekuatan gaib maha dahsyat di luar kemampuan manusia. Kekuatan tersebut mendorong terjadinya peristiwa-peristiwa yang belum sanggup dipecahkan manusia biasa.

Dari film ini kita harus berkaca bahwa agama memiliki tugas besar yang harus diselesaikan. Agama bertanggung jawab untuk berpartisipasi dalam kehidupan umat manusia. Bagaimana agama mampu memberikan solusi atas persoalan yang menimpa manusia. Agama jangan cuma kaku sebatas identitas normatif. Jangan sampai agama stagnan sebagai teori semata. Agama menyediakan gambaran nyata tentang cara paling efektif untuk mengurai sengkarut permasalahan manusia dan ia hadir sebagai konsepsional.