Umar bin Khattab dikenal sebagai seorang khalifah dengan kepribadian yang sangat tegas dan pemberani. Sehingga para musuh Islam segan untuk berhadapan dengannya. Selain itu, Dia juga seorang khalifah yang adil, dermawan, zuhud, dan bijakasana.
Di balik sikapnya yang pemberani dan tegas terhadap para musuh Islam. Umar bin Khattab juga sosok yang lemah lembut dan mempunyai kasih sayang, bukan hanya kepada manusia tetapi kepada makhluk ciptaan Tuhan lainnya.
Kepribadian Umar bin Khattab yang mempunyai kasih sayang kepada sesama makhluk Tuhan yang lainnya, terlihat dari kepeduliannya terhadap seekor burung pipit yang menderita. Sebagaimana dijelaskan dalam Syarh Mawa’idz al-Ushfuriyah karya Syekh Muhammad bin Abu Bakar al-Ushfury, suatu ketika Umar bin Khattab sedang jalan-jalan melewati jalan raya kota Madinah.
Di sana dia melihat anak kecil yang memegang burung pipit sambil memainkannya. Melihat hal tersebut, Umar pun merasa kasihan dengan burung pipit tersebut. Dia kemudian membeli burung itu dari si anak kecil, setelah itu melepaskannya kembali ke alam bebas.
Setelah beberapa waktu kemudian, Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu meninggal dunia. Dan ternyata setelah kepergiannya, banyak para ulama yang memimpikannya. Di dalam mimpi tersebut, mereka bertanya kepada Umar tentang kabarnya, “Apa yang telah Allah swt. perbuat kepadamu?” Umar pun menjawab “Allah swt. telah Mengampuniku.”
“Mengapa Allah mengampuni dan memaafkanmu? Apakah karena kedermawananmu? Apakah karena sifat adilmu? Atau karena sifat zuhudmu?” tanya mereka.
Umar lalu menjawab, “Tidak. Ketika kalian telah meletakkanku di dalam kuburan, kemudian menutupiku dengan tanah, dan meninggalkanku sendirian, datanglah dua malaikat yang menakutkan. Akalku melayang dan tulang-tulangkupun gemetar keras karena saking takutnya diriku dengan mereka berdua. Kemudian dua malaikat itu memegangku dan mendudukkanku. Ketika mereka ingin menanyaiku, terdengarlah seruan suara tanpa rupa, “Kalian berdua! Pergilah! Tinggalkanlah hamba-Ku dan jangan menakut-nakutinya, karena aku telah mengasihinya dan memaafkannya, karena hamba-Ku telah mengasihi burung kecil saat masih hidup di dunia. Oleh karena itu, Aku mengasihinya di akhirat.”
Kisah Umar bin Khattab di atas memberikan pelajaran penting bahwa, berbuat baik itu bisa di mana saja dan bisa kepada siapa saja. Bukan hanya kepada manusia semata. Berbuat baik bisa kepada semua ciptaan Tuhan yang ada di alam raya, termasuk terhadap lingkungan beserta makhluk hidup yang ada di dalamnya, seperti berbagai flora dan fauna.
Berbuat baik atau memberikan kasih sayang tidak harus dengan sesuatu yang dahsyat. Karena hal tersebut dapat dilakukan dengan sesuatu yang sederhana. Misalnya mengembalikan hewan yang tidak terawat atau sedang tersiksa ke habitat aslinya, tidak merusak alam, menanam pohon, dan lain sebagainya.
Manusia sebagai wakil Tuhan di bumi mempunyai tugas penting berupa memakmurkan bumi, menjaga sekaligus merawatnya. Adapun salah satu cara untuk meimplementasikan tugas-tugas tersebut adalah dengan berbuat welas asih atau kasih sayang kepada semua makhluk Tuhan yang ada di alam raya ini. Bukan hanya sebatas kepada manusia, tetapi kepada hewan dan tumbuhan yang menjadi penyeimbangan kehidupan manusia di dunia.
Ketika kita menyayangi dan berbuat baik kepada setiap makhluk yang ada di bumi, maka makhluk yang ada di langit (para malaikat) akan menyayangi kita. Hal tersebut sebagaimana hadis Nabi Muhammad saw:
الراحمون يرحمهم الرحمن ارحموا من فى الأرض يرحمكم من فى السماء.
Artinya: Orang-orang yang mengasihi akan dikasihi oleh Allah Yang Maha Pengasih. Kasihilah para makhluk yang ada di bumi niscaya para makhluk di langit akan mengasihi kalian.
Maka dari itu, mari kita berbuat baik kepada semua makhluk Tuhan, termasuk alam beserta isinya. Karena alam dan isinya adalah wujud murka dan kasih sayang Allah swt. ketika alam kita sakiti, maka kita tinggal menunggu balasan terhadap diri kita. Namun, ketika kita berwelas asih kepada alam, maka kita akan diwelas asihi oleh alam yang merupakan wujud murka dan kasih sayang Tuhan.