Dunia Islam Pekan Ini (10-17 Jul): Hagia Sophia Jadi Masjid Hingga Arogansi Israel

Dunia Islam Pekan Ini (10-17 Jul): Hagia Sophia Jadi Masjid Hingga Arogansi Israel

Dunia Islam pekan ini berisi hal-hal yang menarik, dari Hagia Sophia dan Erdogan hingga kolotnya Israel

Dunia Islam Pekan Ini (10-17 Jul): Hagia Sophia Jadi Masjid Hingga Arogansi Israel
Presiden Erdogan telah mencabut status Hagia Sophia sebagai museum. (Photo: Anadolu Agency)

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guiterres menyerukan agar Israel mengurungkan niatnya untuk mencaplok wilayah Palestina. Antonio menyebutkan bahwa jika anekasi dilangsungkan, maka akan terjadi pelanggaran paling serius terhadap hukum internasional.

“Saya menyerukan Israel untuk membatalkan rencana aneksasinya,” kata Guiteres sambil mengatakan, langkah tersebut akan mengancam upaya untuk memajukan perdamaian di Timur Tengah.

“Jika diterapkan, ini akan menjadi pelanggaran paling serius terhadap hukum internasional, termasuk Piagam PBB. Ini akan menjadi bencana bagi warga Palestina, Israel dan kawasan itu, ” ungkap Guiterrs seperti dilansir laman arabnews.

Tapi, tampaknya, upaya itu membuat Israel bergeming dan terus melenggang dengan upaya aneksasi ini. Tidak hanya PBB, Uni Europa pun melakukan hal serupa dengan pengajuan surat secara resmi, diwakili oleh perwakilan para Menteri Luar Negeri dari Uni Eropa.

Dari Palestina kita bergerak ke Turki dengan sebuah berita mengejutkan. Hagia Sophia atau Ayasofia resmi dialihfungsikan kembali jadi masjid. Presiden Turki, Racep Tayyep Erdogan telah menandatangani dekrit untuk mengubah kembali status Hagia Sophia yang dulu adalah museum itu kembali menjadi masjid.

Pengadilan Tinggi Turki membatalkan status Hagia Sophia sebagai Museum yang telah ditetapkan oleh Kabinet Turki sejak 1934. Kemal Attaturk, anda tahu, menjadikannya museum dalam proyek sekulerasi Turki yang ia canangkan, sekaligus menjadikannnya museum dan tidak melibatkan agama-agama, baik Islam maupun Nasrani.

Dalam sejarah, Hagia Sophia Di bawah Kekaisaran Bizantium sebenarnya dijadikan  sebagai gereja selama 916 tahun. Pada tahun 1453, Sultan Mehmet II atau yang dikenal dengen Alfatih menaklukkan Byzantium dan mengalihfungsikan gareja tersebut nutuk masjid.

Meski begitu, sebenarnya, Mehmet tidak mengubah banyak ornamen di dalamnya dan masih kelihatan tanda-tanda mereja seperti Salib, Bunda Maria maupun ornamen lain yang lekat dengan peribadatan Nasrani.

Kurang lebih selama 500 tahun Hagia Sophia dialihfungsikan jadi masjid dan berakhir pada masa perpindahan kerajaan Turki Utsmani jadi republik.

Perubahan ini pun jadi kontroversi. Di dalam neleri, kelompok konservatif dan generasi lebih tua menyambut gembira langkah Ergodan mengubah Hagia Sophia jadi masjid, tapi jak jarang yang menggapnya hanya sebagai langkah politis Erdogan semata untuk mendapatkan sympati publik mengingat sosoknya kini mulai dianggap otoriter dan kehilangan kendali di kalangan kelompok muda dan kritis di Turki.

Publik international pun serupa. Bahkan UNESCO pun mengecam. Sikap penyesalan tersebut pun termaktub pada situs resminya. UNESCO adalah  badan PBB urusan perlindungan warisan dunia, dan menyatakan keputusan pemerintah Turki ini dilakukan tanpa melalui diskusi maupun pemberitahuan maupun diskusi dengan otoritas yang ditugaskan menjaganya.

Banyak yang menilai, upaya menjadikan Hagia Sophia sebagai masjid ini akan menimbulkan gejolak yang lebih besar dari sekadar pengalihfungsian gereja ke masjid. Satu hal yang pasti, Hagia Sophia adalah simbol dan selalu jadi perebutan dalam sejarah. Siapa pun yang mampu ‘menguasai’ Hagia Sophia maka ia akan jadi sorotan dunia dan kemungkinan berpotensi mendapatkan simpati dari semua muslim di dunia.

Tapi, percayakah anda dengan Erdogan melakukannya atau hal ini hanyalah gimmick politik semata untuk menutupi sesuatu yang mungkin kita tidak tahu di dalam pemerintahan Erdogan di Turki yang mulai goyah itu?