Cara Sederhana Memilih Pasangan, Kisah Filosof & Bagaimana Islam Menuntunnya

Cara Sederhana Memilih Pasangan, Kisah Filosof & Bagaimana Islam Menuntunnya

Seorang filosof yang biasa bekerja dengan kerumitan ingin menikah, lantas menguji hipotesa dengan pasangannya dan menemukan tuntunan Islam

Cara Sederhana Memilih Pasangan, Kisah Filosof & Bagaimana Islam Menuntunnya

Ia seorang filosof–nama sebenarnya tidak diketahui—yang dalam kesehariannya terbiasa melakukan sesuatu yang rumit. Filosof itu sama seperti kebanyakan orang pada umumnya mengetahui bahwa menikah merupakan salah satu bentuk ibadah yang disunnahkan. Ia pun menemukan cara sederhana memilih pasangan yang bisa ditiru. Bagaimana?

Anda tahu, tujuan menikah pun kemudian dicanangkan untuk menjadi keluarga sakinah, mawaddah wa rohmah yang dipandu agama dalam setiap langkah-langkahnya. Semua tahapannya diberikan panduan untuk melakukannya, termasuk dalam memilih pasangan hidup.

Terkait memilih pasangan hidup, itu merupakan persoalan pokok yang akan menentukan kelangsungan hidup sebuah keluarga nantinya. Demikian penting masalah memilih pasangan hidup ini, sehingga Islam mengajarkan kriteria mencarinya.

Rasulullah SAW bersabda, “Wanita biasanya dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya dan karena agamanya. Maka dari itu, hendaklah yang kamu pilih itu berdasarkan agamanya (keislamannya), bila tidak demikian, niscaya kamu akan merugi.” (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, an-Nasai, dan Ibnu Majah).

Imam Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim-nya berpendapat bahwa hadits ini merupakan anjuran untuk menjalin persahabatan dengan orang yang baik agamanya dalam segala hal.

Ia juga menambahkan bahwa Rasulullah SAW menyampaikan apa yang biasa orang-orang lakukan. Dengan kata lain, termasuk dalam hal mencari pasangan hidup berdasarkan pada maksud tersirat hadits, maka berpijaklah pada alam kenyataan yang sesungguhnya, berpeganglah juga pada sunatullah perilaku manusia.

Petunjuk Islam untuk mengutamakan akhlak (agama) di atas semua kriteria telah difahami sang filosof. Ia telah menangkap maksud hadits dan segera ingin menerapkannya.

Lantas, suatu ketika ia bicara keinginan untuk segera menikah. Maka secara tak terduga kawan-kawannya dengan senang hati mengajukan tiga orang gadis yang semuanya cantik-cantik untuk dipilih salah satunya.

Demi kepentingan memilihnya, filosof itu sejenak berpikir dan akhirnya berketetapan hati hendak menguji mereka dengan memberikan beberapa butir permata, sebelum mengambil keputusan yang sangat penting itu.

Cara Filosof Temukan & Kisah Tiga Perempuan

Setelah filosof memberikan permata, maka inilah respon gadis yang menerimanya. Gadis pertama menerima pemberian tersebut dengan gembira dan mengucapkan terimakasih. Menurutnya selama ia hidup belum pernah melihat permata yang lebih indah dari yang ia terima.

Gadis kedua merespon pemberian permata dengan meminta lebih. Menurutnya bila permata ditambah dengan emas, maka akan menjadi sebuah kalung yang indah.

Terakhir, gadis ketiga meminta filosof untuk mengambil kembali permata serta agar menyimpannya. Menurutnya, cinta dari filosof itu sudah lebih dari cukup.

Melalui respon para gadis itu terhadap “ujian permata” akhirnya sang filosof memutuskan untuk memilih gadis pertama dibandingkan gadis lainnya.

Kawan-kawannya kemudian sangat penasaran tentang alasan pilihan rekan filosof mereka itu pada gadis pertama, dan segera memberanikan diri menanyakannya.

Filosof itupun memahami situasi lantas segera menjawab pertanyaan itu dengan taktis dan logis. Semua kawan penanya itupun pada akhirnya menganggukkan kepala tanda memahami dasar keputusan pilihan tersebut.

Apa yang difahami kawan-kawan sang filosof adalah sebuah fakta yang logis. Menurut penuturan filosof itu gadis pertama adalah gadis ideal yang membumi.

Sang gadis merupakan seorang calon pasangan hidup yang berakal, ridha dengan kenyataan dan merasa berbahagia dengan pemberian yang diterimanya.

Adapun alasan tidak memilih gadis kedua karena dari jawaban yang diberikan, gadis tersebut adalah orang yang tidak ridha dengan apa yang dimiliki. Baginya, sesuatu yang mewah dan berharga saja terasa kurang, apalagi ketika hanya mendapatkan sesuatu yang tidak seberapa.

Sedangkan tidak memilih gadis ketiga, karena ia cenderung tidak hidup dalam alam kenyataan sehingga akan berat memikul beban kehidupan suami istri dikemudian hari.

Nampaknya memilih mereka yang memiliki kriteria beragama ini (sebagaimana kisah filosof mencari pasangan hidup di atas) bukanlah sesuatu yang rumit, namun sebaliknya cukup sederhana.

Hal mana dapat dilakukan dengan cara mengamati perilaku sewajarnya dari seseorang, berpijak pada alam nyata) Hasilnya, sebagaimana sang filosof tadi berhasil dengan cukup mudah dalam mengidentifikasi calon pasangan hidupnya tanpa hambatan berarti. Hanya dengan cara melihat tanggapan atas pemberian sesuatu hingga akhirnya dapat melihat seorang gadis apa adanya, sang gadis yang berakhlak yang menjadi tambatan hatinya.

Terlepas dari itu semua, dalam menyikapi bagaimana cara filosof memilih pasangan telah memberi kita pelajaran berharga. Ternyata tidak diperlukan cara-cara rumit dan bertele-tele untuk menemukenali pasangan dan memilihnya.

Sebaliknya, hanya dengan cara mengikuti keaslian dan kewajaran karakter manusia sebagaimana petunjuk agama, pada akhirnya akan membimbing kita untuk menemukan sumber ketenangan masa depan, sekaligus kebahagiaan hakiki dari sebuah hubungan yang terjalin dengan baik.

 

Wallahu a’lam bi as-shawab