Syahdan, ada seorang gembala yang suka sekali membikin hoax. Modusnya dengan berteriak-teriak: tolong, tolong, seekor serigala sedang mengancam nyawa saya! Aghitsni, aghitsni!
Demi mendengar teriakannya, orang-orang sekitar segera berdatangan untuk menolong. Namun apa boleh buat, mereka harus kecewa karena si gembala hanya iseng saja mengerjai mereka. Di zaman now, ini namanya taktik false flag, bendera palsu.
Nah, setelah para penolong itu pergi sambil mendongkol, sang gembala pun tertawa terbahak-bahak. Dia merasa menang dengan mengerjai dan menipu orang-orang.
Sekali dua tipuannya berhasil. Tidak selamanya!
Pada suatu hari, datanglah sebenar-benarnya serigala. Sang gembala sangat panik dan kembali melolong meminta pertolongan. Serigala, serigala! Tolong, tolong!
Celaka baginya, tak seorang pun datang menolong. Akhirnya sang gembala pun menjadi menu kuliner paling nikmat bagi serigala lapar itu. Tanpa seorang pun menolongnya.
Kisah penuh hikmah ini dapat dijumpai di kitab Muthalaah yang menjadi bacaan wajib para santri Pondok Modern Gontor dan beberapa pesantren alumninya. Judulnya al-Ra’i wa al-Dzi’bu (Pengembala dan Serigala).
Demikianlah kisah azab yang menimpa orang-orang yang suka membuat dan menyiarkan kabar palsu alias hoax. Semoga menjadi i’tibar atau pelajaran bagi kita semua.