Ustadz Quraish Shihab: Islam adalah Akhlak (Bag-1)

Ustadz Quraish Shihab: Islam adalah Akhlak (Bag-1)

Ustadz Quraish Shihab dalam buku terbarunya menyebut islam sebagai akhlak. Bagaimana penjabarannya?

Ustadz Quraish Shihab: Islam adalah Akhlak (Bag-1)

Dalam buku barunya, Islam yang Saya Anut: Dasar-Dasar Ajaran Islam, Ustadz Quraish Shihab menjelaskan secara runut mengapa Islam adalah akhlak. Bab ini beliau letakkan setelah selesai membabarkan bagian akidah dan syariat. Jika bagian akidah Ustadz Quraish mengikuti pandangan Imam Asy’ari dan dalam hal fiqih manut kepada Imam Syafi’i, maka dalam bidang akhlak ini beliau mengikuti Imam Ghazaly.

Belakangan ini Ustadz Quraish banyak membahas mengenai tema ini. Bahkan, beliau menulis tema ini secara khusus dalam bukunya yang terbit pada 2015, Yang Hilang dari Kita: Akhlak. Saking pentingnya persoalan akhlak ini, dalam buku barunya ini beliau juga membahas secara secukupnya tema ini.

Dalam menjelaskan akhlak ini Ustadz Quraish membayankan dari sisi bahasa, baru kemudian mengupas aspek sejarah dan ajaran Islam terkait akhlak. Berikut ini sebagian petikan dari bab berjudul “Islam adalah Akhlak” dalam buku baru Ustadz Quraish Shihab: Islam yang Saya Anut: Dasar-Dasar Ajaran Islam (Lentera Hati, 2018).

***

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata akhlak diartikan dengan budi pekerti. Kata ini terambil dari bahasa Arab dan merupakan bentuk jamak dari kata خُلُق khuluq. Pada mulanya ia bermakna ukuran, latihan, dan kebiasaan. Nah, dari makna pertama (ukuran) lahir kata makhluk, yakni ciptaan yang mempunyai ukuran tertentu; sedang dari makna kedua (latihan) dan ketiga (kebiasaan) lahir sesuatu—positif maupun negatif—yang dapat dilakukan dengan mudah tanpa merasa terpaksa.

Makna-makna di atas mengisyaratkan bahwa akhlak adalah sifat yang mantap dalam diri seseorang/kondisi kejiwaan yang dicapai setelah latihan berulang-ulang dan dengan membiasakan diri untuk melakukannya.

Sementara pakar merumuskan bahwa akhlak adalah sifat dasar yang telah terpendam di dalam diri dan tampak ke permukaan melalui kehendak/kelakuan dan terlaksana tanpa keterpaksaan oleh satu dan lain sebab. Dapat juga dikatakan bahwa akhlak, jika ditinjau dari segi tujuannya, merupakan sekumpulan nilai yang harus diindahkan manusia dalam kegiatannya demi terciptanya hubungan harmonis dengan selainnya, bahkan demi meraih kebahagiaan pribadi dan masyarakat.

Nabi Muhammad saw. datang membawa ajaran Islam yang mengajarkan aneka kebajikan terhadap sekian banyak objek. Beliau menyimpulkan aneka kebajikan yang beliau bawa itu dengan sabdanya اَلْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ al-Birru husn al-khuluq (Kebajikan adalah budi pekerti luhur (HR. Muslim).

Jika demikian, tidaklah meleset kalau dikatakan bahwa Islam adalah budi pekerti luhur.

Kata اَلْبِرُّ al-birr/kebajikan adalah satu kata yang mencakup aneka kebaikan dan berkaitan dengan aneka objek. Secara tegas al-Qur’an menyebutkan sekian banyak ragam kebajikan dalam firman-Nya pada QS. al-Baqarah [2]: 177.

Di sana Allah berfirman: “Bukanlah menghadapkan wajah kamu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, Hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan), dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, melaksanakan shalat secara sempurna, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janji mereka apabila mereka berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”

Sebagaimana terbaca di atas, dalam al-birr ada keimanan/kepercayaan, ada juga pengamalan syariat, yakni shalat dan zakat, sebagaimana juga ada kegiatan yang melahirkan hubungan harmonis, yakni akhlak, seperti memberi bantuan kepada yang butuh dan menepati janji.

Jika demikian, iman adalah bagian dari al-birr. Pelaksanaan syariah juga merupakan akhlak/budi pekerti, sebagaimana halnya kegiatan yang melahirkan hubungan harmonis.
Dengan demikian secara singkat dapat dikatakan, “Ajaran Islam adalah akhlak/budi pekerti”.

Hal ini sejalan dengan sabda Nabi yang menyatakan bahwa beliau tidak diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlak. Atau paling tidak dinyatakan bahwa pada setiap ajaran Islam, akidah maupun syariah, demikian juga tuntunannya yang tidak berkaitan dengan akidah dan syariah, terdapat akhlak/budi pekerti. (Bersambung)