Thibbun Nabawi: Metode Pengobatan yang Bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW

Thibbun Nabawi: Metode Pengobatan yang Bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW

Nabi saw mengajarkan kepada kita bahwa, “Akal yang sehat ada dalam tubuh yang sehat, tubuh yang sehat ada karena adanya hati yang bersih dan sehat, serta selalu mengingat Tuhannya.”

Thibbun Nabawi: Metode Pengobatan yang Bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW

Islam adalah agama yang sangat universal. Bahkan, universalisme telah menjadi salah satu keistimewaan agama Islam. Keuniversalan agama Islam tercermin dalam berbagai banyak hal, misalnya Islam memerintahkan umatnya untuk beriman dan bertakwa kepada Allah swt, beribadah kepada-Nya. Seiring dengan perintah-perintah tersebut, Islam juga memerintahkan umatnya untuk hidup sehat dan menjaga kesehatan.

Tentunya, perintah-perintah seperti hidup sehat dan menjaga kesehatan tidak lain supaya manusia bisa menjalankan berbagai perintah dan larangan Allah swt. Misalnya, perintah untuk melaksanakan sholat membutuhkan tubuh yang sehat.

Maka dari itu, Islam disebut sebagai agama yang universal. Sebab, antara satu aspek dengan aspek lainnya saling berhubungan, bahkan saling membutuhkan dan tidak bisa dipisahkan. Seperti aspek kesehatan tentang bagaimana hidup sehat, menjaga kesehatan, dan mengobati penyakit yang mana Islam juga memperhatikannya.

Jauh sebelum munculnya para dokter muslim seperti Abu Zakaria Yuhannah bin Masawaih (243 H/857 M), Hunain bin Ishaq (259 H/873 M), Ar-Razi (311 H/923 M), Ibnu Sina (428 H/1037 M), Ibnu Nafis (687 H/1288 M) yang banyak melakukan inovasi dalam dunia pengobatan dan kedokteran. Rasulullah saw telah mempraktekkan dan memberikan tuntunan perihal sehat dan sakit, baik itu yang bersifat jasmani maupun rohani.

Diskursus mengenai menjaga kesehatan, penyakit, dan pengobatannya dalam Islam yang dipraktekkan oleh Rasulullah saw. biasa dikenal dengan istilah thibbun nabawi, atau oleh beberapa kalangan disebut juga dengan istilah kedokteran Islam. Thibbun nabawi sendiri mempunyai dua makna dasar; pertama, pengobatan yang dilakukan oleh Nabi saw atau yang terjadi pada masa Nabi saw. Kedua, pengobatan yang sesuai dengan metode pengobatan Nabi saw.

Istilah thibbun nabawi di masa Rasulullah saw memang belum populer. Bahkan di masa Rasulullah saw., istilah ilmu keislaman seperti fiqh, hadis, ushul fiqh, tasawuf, dan lain sebagainya juga belum muncul. Karena pada masa itu, Rasulullah saw adalah rujukan utama dalam hal agama dan ilmu pengetahuan.

Meskipun penggunaan istilah thibbun nabawi sudah dimulai oleh para ulama sejak abad ke 4-7, yaitu dengan lahirnya karya-karya seperti; al-Thibb al-Nabawi karya Abu Nu’aim al-Ashbahani (430 H), al-Thibb an-Nabawi karya Dhiya’uddin Muhammad Abdul Wahid al-Maqdisi (646 H).

Namun istilah thibb an-nabawi mulai popuper ketika para ulama seperti Adz-Dzahabi (748 H/1347 M) menulis kitab Thibb an-Nabawi, Ibnu al-Qoyyim al-Jauziyah (751 H/1350 M) menulis kitab Thibb an-Nabawi dan Zaadul Ma’ad, Jalaluddin as-Suyuthi (911 H/1505 M) dengan kitabnya yang berjudul al-Manhaj al-Sawi wa al-Manhal Rawi fi at-Thibbun Nabawi.

Thibbun Nabawi, sebagaimana dijelaskan di atas, membahas mengenai metode pengobatan yang diwariskan oleh Nabi saw. Dan metode pengobatan yang diiwariskan tersebut, bukan hanya tentang pengobatan yang sifatnya currative semata, tetapi juga pengobatan yang sifatnya preventif. Atau dalam thibbun nabawi dikenal dengan istilah thibbul ‘ilaji (perawatan) dan thibbul wiqo’i (pencegahan).

Metode thibbun nabawi mengacu terhadap semua perkataan, pengajaran, dan tindakan Rasulullah saw. Yang berkaitan dengan pengobatan atau penyembuhan suatu penyakit. Termasuk tindakan medis yang dilakukan sahabat atau orang pada zaman Rasul. Pengobatan Ala Nabi dapat diyakini dan bersifat pasti (qath’i), karena berasal dari wahyu dan misykat nubuwwah, bernuansa illahiah, alamiah, dan ilmiah yang berasal dari kesempurnaan akal melalui proses berfikir (aqliyah).

Maksud dari nuansa ilahiah dari kalimat di atas adalah, bahwa segala penyakit itu berasal dari Allah swt., dan Dia pula yang menyembuhkan atau memberikan obat tentang penyakit tersebut. Kemudian, maksud dari alamiah yaitu, segala pengobatan yang dilakukan Nabi saw. menggunakan sumber-sumber alam yang ada di muka bumi seperti tumbuh tumbuhan, batu batuan, hewan, dan lainnya. Adapun maksud Ilmiah adalah manusia bersungguh-sungguh menggunakan ilmu yang diberikan Allah swt. kepadanya.

Prinsip-Prinsip dalam Thibbun Nabawi

Pengobatan Islam atau thibbun nabawi berprinsip pada: pertama, keyakinan bahwa yang menyembuhkan adalah Allah swt.; kedua, menggunakan obat halal dan baik; ketiga, tidak menggunakan obat yang haram atau yang tercampur dengan barang haram; keempat, pengobatan yang tidak membawa bahaya; kecacatan, merusak tubuh, atau berbau takhayyul, khurafat, bid’ah.

Oleh sebab itu, pengobatan dan penyembuhan penyakit melalui thibbun nabawi banyak menggunakan bahan-bahan alami, ayat Al-Qur’an, dan menauladani kehidupan Rasulullah saw. Seperti pola hidup sehat Rasulullah saw. Mulai pola makan, pola tidur, dan berbagai aktifitas Nabi saw lainnya.

Sebagai salah satu konsep kedokteran Islam, terdapat beberapa kesalahan dalam memahami konsep thibbun nabawi itu sendiri. Banyak orang yang menganggap bahwa, konsep thibbun nabawi hanya sebatas melakukan ruqyah, bekam, minum habbatussauda atau madu tanpa dosis dan indikasi yang jelas. Padahal, thibbun nabawi bukanlah konsep yang sederhana, melainkan sangat kompleks.

Konsep thibbun nabawi menekankan pada pemahaman tentang penyakit dan pengobatannya secara utuh dan menyeluruh. Thibbun nabawi memandang penyakit sebagai sebuah gangguan yang terjadi pada keseimbangan tubuh, baik fisik maupun psikis. Oleh karena itu, metode pengobatan thibbun nabawi tidak hanya menitikberatkan pada pengobatan fisik, namun juga psikologis.

Dalam konsep thibbun nabawi, terdapat banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam pengobatan. Selain diagnosa yang tepat, meramu bahan dengan benar, dan pemilihan dosis obat yang tepat, pengobatan harus memperhatikan faktor-faktor lain seperti gaya hidup, pola makan, dan lingkungan sekitar, serta aspek rohani atau spiritual seseorang.

Diskursus thibbun nabawi menegaskan bahwa, Nabi Muhammad saw. adalah role model bagi umat Islam dalam segala hal, termasuk para dokter. Nabi saw memberi petunjuk tentang cara mengobati diri beliau sendiri, keluarganya, dan para sahabatnya.

Adanya unsur keilahiahan atau spiritual dalam konsep thibbun nabawi menegaskan bahwa, sehat rohani dan jasmani tidak bisa dipisahkan. Hati seseorang yang selalu bertaut dengan Tuhannya memiliki dampak besar terhadap kondisi kesehatan jasmaninya.

Karena hati yang kuat secara spiritual akan mengalahkan penyakit. Atau kunci hidup sehat adalah hati yang tenang dan senang. Maka dari itu, akal yang sehat ada dalam tubuh yang sehat, tubuh yang sehat ada karena adanya hati yang bersih dan sehat, serta selalu mengingat Tuhannya.

Itulah sekilas tentang thibbun nabawi yang sebenarnya mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan dunia kedokteran dan medis dalam Islam. Sayangnya, pembahasan mengenai pengaruh thibbun nabawi terhadap perkembangan kedokteran Islam sangat sedikit.