Menelusuri Dinamika Dakwah ala Salafi Wahabi dan Efeknya bagi Muhammadiyah atau NU (Bagian 2)

Menelusuri Dinamika Dakwah ala Salafi Wahabi dan Efeknya bagi Muhammadiyah atau NU (Bagian 2)

Bagaimana efek Salafi dan wahaib bagi Muhammadiyah?

Menelusuri Dinamika Dakwah ala Salafi Wahabi dan Efeknya bagi Muhammadiyah atau NU (Bagian 2)

Rupanya masih banyak umat Muslim yang tidak puas dengan dakwah ala NU, dakwah ala Muhammadiyah dan dakwah ala Muslim-Muslimah hijrah.

Puncaknya, manakala potongan ceramah Ust Adi Hidayat soal musik digempur habis-habisan hanya oleh salah seorang Ustadz dari kelompok Salafi-Wahabi.

Ndilalah Ust Adi secara pribadi merasa perlu melakukan “gempuran” balik. Padahal, tadinya saya mengira bahwa Ust Adi tidak akan reaktif, apalagi buang-buang waktu untuk melakukan gempuran balik.

Bahkan lembaga-lembaga di bawah naungan Muhammadiyah dan para tokohnya mengecam keras seorang Ustadz dari kelompok Salafi-Wahabi tersebut. Sebagaimana kita tahu, Salafi-Wahabi kalau dengan NU sendiri sudah tidak akur sejak lama.

Lalu kini Muhammadiyah ikut-ikutan menggempur Salafi-Wahabi.

Baca juga: Menelusuri Dinamika Dakwah ala Salafi Wahabi di Indonesia (Bagian 1)

Bagi saya, ini sebuah reaksi yang cukup mengangetkan. Pasalnya, ideologi Muhammadiyah justru dekat atau mudah sekali masuk ke dalam ideologi Salafi-Wahabi.

Apa hikmahnya? Ternyata masih banyak di antara kita yang tidak siap dan bijak manakala berhadapan dengan perbedaan pendapat.

Dulu, terus terang, saya juga terjebak ikut-ikutan menggempur Salafi-Wahabi, tak terkecuali HTI, dan Ormas-ormas Islam radikal, ternyata sikap tersebut tidaklah bijak.

Saya lebih memilih terus fokus pada dakwah yang rahmatan lil ‘alamin, dakwah yang merangkul, dakwah yang tidak fanatik buta, tidak menghakimi, dst, sebab setiap Ormas dan kelompok Islam terdapat kekuatan dan kelemahannya masing-masing.

Saya lebih baik fokus pada kekuatan demi kekuatannya itu.

Sungguh, ini pukulan telak bagi para Ustadz agar dalam berdakwah tidak lagi menggunakan pendekatan dan cara yang hitam-putih, menang-kalah dan gagah-gagahan.

Di sinilah dakwah Islam menemukan signifikansinya, bahwa dalam berdakwah membutuhkan niat yang lurus, hati yang ikhlas dan akhlakul karimah yang orientasinya adalah transformasi sosial.

Terus terang, kalau dakwah Islam “petengtengan”, umat Muslim tidak akan pernah maju. Berperang dengan saudara sendiri, sementara orang lain terus merebut dan mengendalikan dunia.

Wallahu a’lam