Tawaran Utbah bin Rabi’ah kepada Rasul untuk Ninggalin Allah

Tawaran Utbah bin Rabi’ah kepada Rasul untuk Ninggalin Allah

Ini kisah di balik surah Al-quran dan penting untuk dikisahkan lagi tentang kebenaran Rasul

Tawaran Utbah bin Rabi’ah kepada Rasul untuk Ninggalin Allah

 

“Sesak dadaku melihat Muhammad dan para pengikutnya!” teriak seorang pembesar Quraisy. “Setiap hari mereka semakin kuat!” geram yang lain. “Semua gangguan dan siksaan kita seolah tidak berpengaruh apa-apa. Sangat mengherankan!” gerutu yang lain menggelengkan kepala.

Ketika suasana bertambah panas,  Utbah bin Rabi’ah berdiri. Semua orang memandangnya dan menunggu.

“Kalau jalan kekerasan tidak membuahkan hasil, sudah saatnya kita mencoba cara lain,” kata Utbah bin Rabi’ah, dengan suaranya pelan dan tenang.

“Kalau kalian setuju, aku akan bicara dengan Muhammad dan menawarkan beberapa hal menarik kepadanya. Apakah kalian setuju?”

Setelah terdiam sejenak, akhirnya orang orang Quraisy itu pun setuju. “Coba laksanakan usulmu! Kami bersedia memberi apa saja asal Muhammad mau bungkam!” kata mereka.

Utbah bin Rabi’ah pun menemui Rasulullah.

“Anakku,” katanya lembut, “engkau adalah orang terhormat. Namun kini, engkau membawa soal besar sehingga masyarakat kita tercerai-berai. Sekarang dengarlah, kami menawarkan kepadamu beberapa hal, mungkin sebagiannya bisa engkau terima. Anakku, kalau yang engkau inginkan adalah harta, kami siap mengumpulkan dan memberikan harta kami sehingga engkau akan menjadi seorang paling kaya.

Kalau engkau ingin kedudukan, akan kami angkat engkau sebagai pemimpin kami sehingga kami tidak akan mengambil keputusan tanpa persetujuanmu. Kalau engkau ingin menjadi raja, akan kami nobatkan engkau menjadi raja kami. Jika engkau diserang penyakit yang tidak dapat engkau sembuhkan sendiri, akan kami biayai pengobatannya dengan harta kami sampai engkau sembuh.”

Rasulullah terdiam sejenak. Utbah bin Rabi’ah merasa kata katanya yang berbunga itu seolah menguap tanpa jejak ke udara.

Rasulullah lalu membaca ayat-ayat Al Qur’an Surat Fushilat mulai dari ayat pertama sampai lima yang artinya:

1.Haa Miim. (Haa Miim) hanya Allah saja yang mengetahui arti dan maksudnya.يمِ

2.Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

3.Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui.

4.Yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (daripadanya); maka mereka tidak (mau) mendengarkan.

5.Mereka berkata: “Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga kami ada sumbatan dan antara kami dan kamu ada dinding, maka lakukanlah (sesuai kehendak kamu); sesungguhnya kami akan melakukan (sesuai kehendak kami)”.

Rasulullah terus membacakan ayat-ayat lanjutannya yang menuturkan tentang Rasulullah hanyalah seorang pemberi peringatan, tentang gunung-gunung yang kokoh, tentang penciptaan langit dan tujuh lapisannya, tentang azab petir yang menimpa kaum Tsamud, tentang ngerinya nasib kaum kafir yang menolak wahyu dari Allah.

Ayat-ayat itu begitu memesona Utbah sampai ia lupa pada apa yang ia tawarkan kepada Rasulullah. Hatinya semakin hanyut, larut, dan… “Cukuplah Muhammad. Cukuplah sekian saja!” seru Utbah. Ia diam sejenak, lalu kemudian bertanya lagi,

“Apakah engkau dapat menjawab selain yang tadi engkau baca?”

“Tidak,” tegas Rasululah. Mendengar ucapan tersebut Utbah terpana.

“Jadi, inilah Muhammad,” pikirnya.

“Laki laki ini bukanlah orang yang ingin memiliki gunungan harta, kedudukan, kerajaan, dan sama sekali bukan orang sakit. Ia hanyalah orang yang ingin mempertahankan tugasnya dengan baik sekali dan ia tadi mengucapkan kata kata penuh mukjizat.”

Begitulah, akhirnya Utbah bin Rabi’ah kembali dengan tangan hampa. Para pembesar Quraisy pun kecewa karena Rasulullah menolak tawaran mereka. Kemudian, penganiayaan dan siksaan terhadap kaum Muslimin pun berlanjut dan semakin ganas.

Kisah di atas terdapat dalam kitab  As-Sirah An-Nabawiyah li lbni Hisyam karya Syekh Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri terbitan Darul Fikr, Beirut 1415 H

Allahuma sholli ala sayyidina Muhammad