Sensus Penduduk 2020 dan Gambaran Penduduk Indonesia

Sensus Penduduk 2020 dan Gambaran Penduduk Indonesia

Sensus Penduduk kemarin diumumkan dan fakta telah terpapar fakta, laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Inilah realitas Indonesia saat ini

Sensus Penduduk 2020 dan Gambaran Penduduk Indonesia

Badan Pusat Statistik kemarin merilis hasil Sensus Penduduk 2020. Ini adalah hasil sementara. Kita belum melihat secara keseluruhan hasilnya. Ada beberapa temuan menarik. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia ternyata menurun dari 1.49 persen pada SP2010 menjadi hanya 1.25 persen sekarang ini. Penurunan 0.24 persen ini cukup signifikan.

Sekali pun demikian penduduk Indonesia bertambah 32,56 juta orang dalam sepuluh tahun. Ini berarti tiga puluh dua setengah juta mulut perlu makan dan semua kebutuhan hidup penunjang lainnya seperti perumahan, fasilitas pendidikan, kesehatan, transportasi, dan lain sebagainya.

Angka harapan hidup juga meningkat. BPS mengatakan ini bisa dilihat dari jumlah penduduk usia lanjut (60 ke atas) yang sekarang berjumlah 9,78 persen dari jumlah penduduk. Meningkat dari 7.59 persen pada SP 2010.

Dalam beberapa hal, ini adalah indikator yang baik. Orang hidup lebih lama karena kualitas hidup mereka makin baik. Fasilitas kesehatan dan ketersediaan gizi membaik.

Namun sekaligus ini adalah persoalan. Semakin banyak usia lanjut dan tidak produktif menunjukkan kita semakin dekat kepada masyarakat manula (the ageing society). Tentu ini akan punya implikasi yang luas terhadap segala macam hidup kemasyarakatan.

Yang juga menarik adalah perbandingan populasi penduduk laki-laki dan perempuan. SP2020 memperlihatkan angka 102. Artinya kita punya lebih banyak laki-laki ketimbang perempuan.

50,58 persen penduduk Indonesia (136,7 juta) adalah laki-laki. Apakah ini normal? Sebenarnya ini normal saja. Laki-laki pada umumnya lebih rentan dan banyak mati pada usia muda. Rasio ini akan akan berubah pada tingkatan kelompok umur tertentu.

Di Indonesia, rasio ini sangat timpang pada umur 0-9 tahun (107) namun kemudian menurun. Pada umur 40-54 jumlahnya seimbang (100). Bahkan pada kelompok umur 55-64, ada lebih banyak perempuan daripada laki-laki. Walau ada disrupsi pada kelompok umur 65-69 tahun dimana jumlah laki-laki lebih banyak (103). Perbandingan ini menurun tajam di atas umur 70 tahun (88-79).

Data pada kelompok umur lain menunjukkan hal yang sangat berbeda. Penduduk laki-laki tetap lebih banyak pada kelompok umur saat dimana manusia ‘sexually active’ dan dimana organ-organ reproduksinya secara biologis paling produktif. Itu adalah usia antara 15-29 tahun. Ketimpangannya antara 104-106. Biasanya orang Indonesia menikah pada usia ini. Keadaan tetap timpang, yakni lebih banyak laki-laki ketimbang perempuan, pada kelompok usia 30-39 tahun.

Mengapa ini menjadi penting? Karena banyak orang beranggapan bahwa penduduk Indonesia itu lebih banyak perempuan. Ini menjadi justifikasi untuk melakukan poligami. Namun kalau dilihat dari usia yang sexually active, hal ini sama sekali tidak benar. Laki-laki jauh lebih banyak daripada perempuan pada kelompok usia yang sexually active.

Keadaan ini hampir merata di seluruh wilayah Indonesia, kecuali di dua provinsi: DI Yogyakarta dan Sulawesi Selatan. Di kedua provinsi ini rasio perempuan lebih banyak dari laki-laki.

Namun jangan beranggapan bahwa di wilayah ini poligami bisa dijustifikasi. Kita belum tahu data per provinsi. Bisa jadi jumlah perempuan ini bertumpuk di kelompok usia tertentu dalam proporsi yang jauh lebih besar dibanding dengan provinsi lain.

Misalnya, Yogyakarta punya kelompok lanjut usia (diatas 60 tahun) yang jauh lebih besar daripada provinsi lain. Ada kecenderungan perempuan berumur lebih panjang dari laki-laki. Ini juga muncul dari hasil SP2020. Dan kemungkinan ini yang menyebabkan jumlah perempuan di DI Yogyakarta lebih tinggi. Artinya, jumlah perempuan lebih banyak karena jumlah usia lanjut juga lebih besar.

Selain itu SP2020 memperlihatkan distribusi penduduk yang masih timpang. 56,10 persen (151,59 juta) penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa. Ini tentu menjadi tantangan tersendiri.

Hal yang juga menarik dari SP2020 ini adalah ia memberikan kategori penduduk berdasarkan generasi yang diukur dari tahun lahir dan rentang usia. Ada 1,87 persen penduduk yang berusia diatas 75 tahun (lahir sebelum 1945). Jumlah Baby Boomer (1946-64 atau usia 56-74 tahun) juga masih besar yakni 11,56 persen). Usia pensiun di Indonesia ini sekitar 60 tahun. Jadi Baby Boomer ini sebagian besar masuk dalam usia tidak produktif lagi (sebagian kecil masih produktif).

Porsi terbesar dari penduduk Indonesia saat ini adalah Gen X (lahir 1965-80; usia 40-55 tahun) dan Millenials (lahir 1981-96; usia 24-39 tahun). Ini adalah usia paling produktif.

Gen X adalah generasi Orde Baru. Mereka lahir, besar, dididik, dan berpikir dengan template Orde Baru. Ini adalah generasi yang besar dengan ketakutan kepada Babinsa dan pemilihan umum yang hasilnya sudah diketahui jauh sebelum orang memilih.

Juga generasi wajib nonton film G30S; belajar membaca dengan buku “Ini Budi” tidak peduli dia Dayak , Bugis, atau Ambon. Selain itu, mereka adalah penonton “Catatan Si Boy” yang nyinyirnya menular hingga saat ini.

Gen X ini adalah juga generasi pertama yang mengenal kata profesional. Mereka adalah generasi yang punya kelas menengah yang lebih Indonesia. Acuannya adalah kelas menengah Jakarta — dengan asupan kebudayaan dari Rendra ke Warkop Prambors, hingga ke jurnalisme Lher dari Arswendo, sampai ke bintang panas macam Inneke Koesherawati.

Baca juga: Survei Alvara sebut Islami.co jadi portal paling populer di kalangan musim urban

Dalam politik pun mereka sangat OrBa. Bahkan mereka yang menjadi oposisi sebenarnya juga Orba karena template melawan mereka adalah Orba. Gen X sekarang adalah generasi dominan dalam politik. Mereka duduk dalam kabinet. Presiden yang berkuasa sekarang hanya beberapa tahun dari usia Gen X dan secara kebudayaan dan politik bahkan sangat Gen X.

Hal mirip sama dengan Gen Millenials. Tidak banyak bedanya karena generasi ini juga besar dalam Orba. Namun pada tahap hampir dewasa mereka mengalami gejolak perubahan.

Dalam banyak hal mereka menyerupai Gen X. Namun mungkin lebih maju. Saya sering berpikir bahwa Gen X ini jauh lebih kosmopolitan terutama karena mereka jauh lebih mahir berbahasa Inggris.

Dua generasi ini adalah generasi-generasi yang sering disebut dalam pidato-pidato pejabat sebagai ‘bonus demografi.’ Namun sepuluh tahun dari sekarang, sebagian besar Gen X akan pensiun. Karena jumlah mereka yang besar, mereka akan menyumbang bagian terbesar dari the ageing society. Lima belas tahun dari sekarang, mereka akan disusul sebagian dari generasi Millenials.

Ini tantangan tersendiri untuk Indonesia. Para lansia membutuhkan perawatan, membutuhkan kesehatan, dan juga makanan. Mereka yang berusia produktif ketika itu — yang jumlahnya akan berkurang karena trend pertumbuhan penduduk yang rendah — harus menanggung beban merawat kelompok usia ini.

Beban ini akan ada dipundak Gen Z dan Post-Gen-Z. Mungkin dari sekarang mereka harus dipersiapkan.

Ada banyak hal yang belum kita ketahui dari data SP2020 ini. Namun data-data ini membuat kita mengetahui bagaimana mempersiapkan masa depan. Baik untuk bangsa, masyarakat, maupun diri kita sendiri.

Misalnya, kalau Anda perempuan, Anda punya pilihan laki-laki lebih banyak. Kalau Anda laki-laki, bersiaplah persaingan mencari pasangan perempuan akan lebih ketat. Kalau Anda kalah bersaing, mungkin bisa dipikirkan kemungkinan lain