Mengenai hal-hal yang membatalkan puasa, para ulama membaginya ke dalam dua jenis. Pertama adalah batalnya puasa yang mewajibkan seseorang untuk berqadha’. Kedua, adalah batalnya puasa yang mewajibkan seseorang untuk meng-qadha’ juga melaksanakan kafarat. Qadha’ dan kafarat berlaku bagi mereka yang melakukan senggama di siang hari ketika sedang berpuasa Ramadhan.
Sebetulnya bersenggama bagi suami istri tidaklah dilarang selama dilakukan di malam hari di bulan Ramadhan. Namun jika suami istri ber-jimak (bersetubuh) saat puasa Ramadhan, maka puasa tersebut menjadi batal. Sebab, puasa kan bermakna menahan atau mengendalikan diri. Yang secara syar’i menahan diri dari makan, minum dan hubungan suami-istri sejak fajar sampai terbenam matahari. Maka, seandainya hal-hal tersebut dilanggar tentu batal puasanya.
Kafarat secara harfiah mengandung makna “penebus dosa” atau “penutup kekurangan” dengan cara membebaskan seorang budak, atau puasa selama dua bulan berturut-turut, atau memberi makan enam puluh orang miskin masing-masing satu mud atau 600 gram makanan pokok. Ketentuan ini berdasarkan hadis riwayat Abu Hurairah ra, bahwa seorang lelaki datang menemui Nabi Saw. lalu ia berkata: “Celaka saya, wahai Rasulullah” Beliau bertanya : “Mengapa demikian?” Lelaki itu menjawab: “Saya telah bersetubuh dengan istri saya pada siang hari bulan Ramadan”
Beliau lalu bertanya: “Apakah engkau mempunyai sesuatu untuk memerdekakan seorang budak?” Ia menjawab: “Tidak punya” Beliau bertanya kemudian: “Mampukah engkau berpuasa selama dua bulan berturut- turut?” Ia menjawab: “Tidak mampu” lalu Beliau bertanya lagi: “Apakah engkau mempunyai sesuatu untuk memberi makan enam puluh orang miskin?” Ia menjawab: “Tidak punya” Kemudian, ia duduk menunggu sebentar. Lalu Rasulullah saw memberikan sekeranjang kurma kepadanya sambil bersabda: “Sedekahkanlah ini”
Lelaki tadi bertanya: “Tentunya aku harus menyedekahkannya kepada orang yang paling miskin di antara kita, sedangkan di daerah ini, tidak ada keluarga yang paling memerlukannya selain dari kami” Maka, Rasulullah saw pun tertawa sampai kelihatan salah satu bagian giginya. Kemudian beliau bersabda: “Pulanglah dan berikan makan keluargamu.” (HR Bukhari dan Muslim). [DDR]
Disarikan dari buku “Panduan Lengkap Ibadah Menurut Al-Qur’an, Al- Sunnah dan Pendapat Para Ulama” karya Muhmmad Bagir