Salah satu malam istimewa di bulan Ramadan adalah malam lailatul qadar. Sebuah malam dimana al-Quran sebagai sebuah kitab suci pamungkas yang diwahyukan kepada nabi pamungkas pertama kali diturunkan ke langit dunia. Hal ini sebagaimana difirmankan Allah SWT:
Sesungguhnya telah Aku turunkan (al-Quran) pada malam lailatul qadar. Tahukah kamu apa malam lailatul qadar itu? Yaitu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Pada malam tersebut turun para malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan hingga terbit fajar. (QS: al-Qadar, 1-4).
Ayat di atas memberikan penjelasan secara tegas bahwa malam lailatur qadar adalah sebuah malam yang sangat istimewa. Salah satu maksud atau tujuan diutamakannya malam tersebut antara lain adalah juga untuk memuliakan waktu dan tempat diturunkannya al-Quran. Dan lailatul qadar tidak hanya terjadi sekali pada masa diturunkannya ayat ini.
Sebagaimana dikatakan oleh mayoritas ulama yang menyatakan bahwa malam lailatul qadar terus terjadi di setiap tahun di bulan Ramadan. Tidak sebagaimana pendapatnya Imam Khalil yang mengatakan lailatul qadar hanya satu kali dan tidak akan terulan kembali.
Oleh sebab itu, tidaklah musykil bila umat Islam dalam setiap bulan Ramadan berlomba-lomba untuk mendapatkan malam yang penuh berkah itu. Sebagian ulama mencoba membuat kaidah atau cara untuk mengetahui malam lailatul qadar. Salah satunya adalah hujjatul Islam Imam al-Ghazali (W.505 H). Menurut beliau, malam lailatul qadar bisa diketahui dengan melihat hari awal mula (tanggal pertama) bulan puasa. Kemudian beliau merumuskannya demikian:
- Jika hari atau malam pertama bulan Ramadan jatuh pada malam Ahad atau Rabu maka Lailatul Qadar jatuh pada malam tanggal 29 Ramadan
- Jika hari atau malam pertama jatuh pada Senin maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 21 Ramadan
- Jika hari atau malam pertama jatuh pada Kamis maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 25 Ramadan
- Jika hari atau malam pertama jatuh pada malam Sabtu maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 23 Ramadan
- Jika hari atau malam pertama jatuh pada Selasa atau Jumat maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 27 Ramadan.
Rumusan yang dikemukakan oleh sejumlah ulama termasuk Imam al-Ghazali di atas berdasarkan pengalaman pribadi masing-masing yang bertujuan untuk memudahkan orang-orang awam untuk menemukan malam lailatul qadar.
Hal itu berbeda dengan para sufi. Abu Thalib al-Makki misalnya, ia mengatakan bahwa bagi seorang ‘arif (orang yang telah mencapai tahapan makrifat kepada Allah) setiap malam (di sepanjang tahun) adalah malam lailatul qadar.
Hikmah Malam Lailatul Qadar
Pertanyaannya, kenapa malam lailatul qadar tidak dijelaskan secara pasti kapan terjadinya? Menjawab pertanyaan tersebut, Imam Fakhr ar-Razi dalam tafsir monumentalnya, Tafsir Mafatih al-Ghaib atau yang lebih terkenal dengan Tafsir al-Kabir, menjelaskan hikmah tersembunyinya malam lailatul qadar. Ar-Razi berkata:
“Allah merahasiakan jatuhnya malam lailatul qadar sebagaimana Dia merahasiakan perkara-perkara lainnya (seperti rejeki, kelahiran dan kematian) antara lain adalah bahwa Dia merahasiakan ridanya atas ketaatan kaum muslim agar mereka istikamah beribadah dalam sebulan penuh untuk mendapatkan malam yang keutamaannya melebihi seribu bulan. Allah juga menyembunyikan waktu-waktu dikabulkannya doa agar hamba-Nya tidak berhenti berdoa.”