Para Sufi Bertemu Nabi

Para Sufi Bertemu Nabi

Ini kisah sufi yang bertemu Nabi

Para Sufi Bertemu Nabi
Ilustrasi seseorang yang sedang merenungi diri.

Penolakan kelompok tertentu terhadap perjumpaan seorang sufi-wali dengan Nabi SAW di alam nyata membuat saya penasaran untuk menyelam lebih dalam, menelusuri buku-buku tasawuf yang mengisahkan soal itu.

Hingga beberapa hari ini saya ngebut membaca buku-buku tasawuf seperti kitab hilyah al-auliya’, jami’ karamah al-auliya’, al-fathu al-rabbani, ‘awariful ma’arif, dan tanbih al-mughtarrin.

Ternyata kisah-kisahnya cukup menarik dan unik. Di antaranya kisah mengenai Syaikh Abdul Qadir al-Jilani yang tak kunjung menikah padahal usinya sudah memasuki kepala empat. Ia didatangi Nabi SAW dan beliau menyuruh al-Jilani: menikahlah! Al-Jilani berkata;
ما تزوجت حتى قال لى رسول الله صلى الله عليه وسلم: تزوج

Lebih dari itu, bagi para sufi, perjumpaan dengan Nabi SAW di alam nyata ini merupakan pencapaian spiritual yang tinggi. Abdul Wahhab al-Sya’rani mengutip gurunya, Syaikh Ali al-Khawwash, yang berkata:

لا يكمل عبد فى مقام المعرفة حتى يصير يجتمع برسول الله صلى الله عليه وسلم يقظة ومشافهة.

Tentu kisah-kisah seperti ini tak bisa diverifikasi. Tapi, ia hidup di lingkungan ordo-ordo tarekat-spiritual, dari dulu hingga sekarang. Percaya boleh, tidak juga gak apa-apa karena ia tak termasuk rukun iman yang harus dipercaya.

Menghadapi kisah-kisah seperti ini, saya lebih memilih ikut Imam Ghazali untuk berbaik sangka pada mereka dan tak bertanya mengapa. Al-Ghazali berkata:

فكان ما كان مما لست اذكره # فظن خيرا ولا تسأل عن الخبر

Demikian.