Nasehat Ki Ageng Selo dalam Serat Papali

Nasehat Ki Ageng Selo dalam Serat Papali

Ki Ageng Selo merupakan guru dari Joko Tingkir, sekaligus kakek dari penmbahan sinopati.

Nasehat Ki Ageng Selo dalam Serat Papali
ilustrasi

Masyarakat Indonesia, khususnya Jawa dikenal sangat menjunjung tinggi sopan santun dan tata karma. Sebagai contoh, ketika bertemu dengan orang lain, orang Jawa akan menundukkan kepala sebagai penghormatan bagi orang lain, walaupun beberapa nilai yang terkandung dalam masyarakat Jawa sudah mulai jarang dilihat akibat ‘dentuman besar’ arus modernisasi dan egoisme. ki ageng selo

Namun, di antara nilai-nilai tersebut sebenarnya sifat universal dan masih dapat dijadikan pegangan hingga masa sekarang. Salah satu nilai-nilai kearifan yang masih relevan untuk saat ini adalah nasehat yang terdapat di dalam Serat Pepali Ki Ageng Selo.

Serat pepali Ki Ageng Selo sendiri merupakan salah satu sastra Jawa yang ditulis oleh Kyai Ageng Selo atau Ki Ageng Ngabdurahman tokoh spiritual sekaligus leluhur raja-raja Mataram Islam dan guru dari Sultan Hadiwijaya (Joko Tingkir) pendiri kerajaan Pajang, serta kakek dari Panembahan Senopati, pendiri kerajaan Mataram Islam.

Dalam Serat Pepali Ki Ageng Selo, terkandung berbagai ajaran hidup yang perlu diperhatikan oleh orang saat ini. Serat ini ditulis dengan menggunakan tembang-tembang macapat yang terdiri dari nasehat-nasehat moral dalam bahasa Jawa.

Di antara nasehat itu adalah pentingnya selalu menjaga hati dan ingat Tuhan, serta kehidupan setelah di dunia ini. Sebagaimana bunyi dari tembang serat pepali Ki Ageng Selo:

“Pepali-ku ajinen mbrekati, Tur selamet sarta kuwarasan, pepali iku mangkene. Aja gawe angkuh, aja ladak lan aja jail, aja ati serakah, lan aja celimut; Lan aja mburu aleman, aja ladak, wong ladak pan gelis mati, lan aja ati ngiwa”.

(Pepali-ku hargailah (supaya) memberkahi, juga selamat, serta sehat. Pepali itu seperti berikut: jangan berbuat angkuh, jangan bengis dan jangan jahil, jangan hati serakah, (tamak), dan jangan panjang tangan; jangan memburu pujian, jangan angkuh, orang akuh lekas mati, dan jangan cenderung kekiri).

“Poma sira aja drengki, dahwen marang ing sasama. Sama den arah harjane, harjane wong aneng dunya. Dunya tekeng akerat, akerate amrih lulus, lulus dennya mengku nikmat”.

(Hendaknya engkau jangan dengki, suka mencela orang lain. Usahakanlah kebahagiaan bersama, kebahagiaan orang di dunia. Di dunia sampai ke akhirat. Akhiratnya supaya lulus, lulus sehingga mendapat nikmat).

“Neng dunya kang sugih puji, puji tegese pamuja. Muja iku nekakake, nekakake kanikmatan. Nikmate badanira, yen sira temen satuhu, tuhu teka dennya muja”.

(Di dunia sebaiknya perbanyaklah puji, puji artinya memuja. Memuja itu mendatangkan, mendatangkan kenikmatan, kenikmatan badanmu, bila kamu bersungguh-sungguh, sungguh akan tercapai cita-citamu).

“Yen sira muja semedi, pan mangkana pujinira: Rabbana-a-tina mangke, fidunya lan kasanatan, wafil akhirati kasanat, wakina lan malihipun, ngadabanar”

(Jika kamu memuja dan bersemedi, demikianlah doanya: Rabbana-a-tina selanjutnya, fiddunya kasanatan, wafil akhirati kasanat, wakina dan seterusnya, azabanar).

“Pangeran hamba sayekti, kawula nyuwun kamulyan, ing dunya mulya slamine. Tumekoa ing akherat, kinacekna sasama. Salamat teguh rahayu, tebihna siksa neraka”

(Tuhan hamba yang sebenar-benarnya, hamba memohon kemuliaan, di dunia mulia selama-lamanya. Hingga sampai di akhirat, bedakanlah hamba dari sesama. Selamat, sentosa, bahagia, jauhkanlah dari siksa neraka).

“Pramilane den padha laku kang becik, supadi dadiya, ngakerate dadi becik. Wong becik pasthi raharja”

(Oleh sebab itu berbuatlah yang baik, supaya akibatnya, akhiratnya menjadi baik. Orang baik tentu bahagia selamat).

Demikianlah beberapa nasehat dari serat pepali Ki Ageng Selo yang sedikit banyaknya bisa dipahami serta dijadikan pegangan dalam hidup yang semakin berubah.