Perkembangan teknologi yang semakin canggih bisa mengadakan sekaligus mengaburkan realitas sosial untuk tujuan tertentu. Termasuk dalam hal ini adalah karakter kartun yang bisa digunakan sebagai medium propaganda kelompok ISIS.
Baru-baru ini sebuah video viral menunjukkan karakter kartun komedi dari serial Family Guy, Peter Griffin, mengendarai mobil van berisi bom sambil menyanyikan lagu dengan lirik yang nggak lazim. Yang lebih gila lagi, video ini diotak-atik pakai teknologi kecerdasan buatan alias Artificial Intelligence (AI).
Adegan Peter Griffin ini diambil dari episode “Turban Cowboy” yang tayang tahun 2013 silam. Tapi kali ini, suaranya diubah dengan menggunakan AI, membuat Peter menyanyikan lirik yang nggak ada hablum-nya dengan versi asilnya.
“Senjata kami berat, pasukan kami banyak, namun tentara Allah lebih dari siap,” dendangnya dengan aksen khas Rhode Island, bikin video ini jadi seolah terasa nyata banget, terutama bagi yang gak familiar dengan serial tersebut.
Sepotong animasi ini jelas bukan karya terbaru Seth MacFarlane. Ia cuma salah satu cara kelompok ekstremis memanfaatkan teknologi AI untuk bikin konten buat memengaruhi (calon) pengikutnya. AI generatif, teknologi yang bisa memproses data dengan cepat dan dalam jumlah besar, dipakai untuk menciptakan lagu beradrenalin tinggi Peter Griffin ini.
Daniel Siegel, seorang peneliti AS, menulis artikel menarik di Global Network on Extremism and Technology. Katanya, “demokratisasi pesat teknologi AI generatif dalam beberapa tahun terakhir berdampak besar terhadap cara organisasi-organisasi ekstremis mengelola operasi secara online.”
Dengan kata lain, AI kini jadi alat favorit kelompok ekstremis untuk menyebarkan propaganda mereka di ruang media digital.
Bikin Workshop AI Dong!
Selama setahun terakhir, pengamat dari berbagai lembaga riset sudah memantau bagaimana ISIS dan kelompok ekstremis lainnya cukup giat menggunakan perangkat lunak digital terbaru.
Pada bulan Februari lalu, sebuah kelompok yang berafiliasi dengan al-Qaeda bahkan mengumumkan akan mengadakan lokakarya AI secara online.
“Beberapa waktu kemudian, mereka merilis panduan penggunaan chatbot AI,” lapor The Washington Post.
Gak cuma itu, bulan Maret kemarin, setelah serangan teror di Moskow yang menewaskan lebih dari 135 orang, ada yang bikin siaran berita palsu pakai AI tentang kejadian itu. Gila gak tuh..
AI: Senjata Baru di Dunia Propaganda
Moustafa Ayad dari Institute for Strategic Dialogue di London, bilang, “teknologi AI memungkinkan para anggota pendukung dan kelompok simpatisan untuk membuat konten emosional, khusus digunakan untuk menggalang basis pendukung seputar konsep inti mereka.”
“Artinya, AI jadi alat ampuh buat ngelakuin propaganda,” ujarnya lebih lanjut kepada Deutsche Welle.
Sebagai informasi, saat ISIS pertama kali muncul tahun 2014, mereka bahkan sudah bikin video propaganda dengan kualitas produksi tinggi untuk mengintimidasi musuh dan merekrut pengikut.
Sekarang, mereka pakai AI untuk tujuan yang sama, tapi dengan cara yang lebih canggih.
Dari Propaganda ke Rekrutmen
Selain buat nyebarin propaganda, teknologi AI juga dipakai untuk berkomunikasi dengan calon anggota baru. Misalnya, chatbot seperti ChatGPT digunakan untuk menjawab pertanyaan dan menyebarkan ideologi ekstremis.
Meski ChatGPT punya aturan yang mencegah penyalahgunaan, tapi aturan ini ternyata bisa diakali. Ini sekaligus membuktikan bahwa anggota kelompok ekstrimis bukan orang awam. Mereka cukup pintar menggunakan gawai dan seperangkat teknologi.
Kendatipun demikian, menurut sebuah penelitian di jurnal Perspectives on Terrorism, terungkap bahwa nggak ada korelasi kuat antara banyaknya propaganda ISIS dan serangan teror yang terjadi.
“Ini mirip dengan diskusi tentang senjata siber dan bom siber sekitar 10 tahun lalu,” kata Lilly Pijnenburg Muller dari King’s College London.
Muller juga bilang, “jangankan AI, saat ini rumor dan video lama pun bisa menimbulkan dampak serius, seperti menyebabkan banyak disinformasi di media sosial.”