Masya Allah Ibn al-Atsari, Astronom dan Astrolog Yahudi di Era Abbasiyah

Masya Allah Ibn al-Atsari, Astronom dan Astrolog Yahudi di Era Abbasiyah

Masya Allah merupakan salah satu sarjana Muslim berkebangsaan Yahudi terkemuka di masanya. Namanya masuk sebagai salah satu sarjana ahli astronomi dalam sebuah buku ensiklopedia setebal 1364 halaman yang memuat sekitar 1.500 entri para Astronom dunia

Masya Allah Ibn al-Atsari, Astronom dan Astrolog Yahudi di Era Abbasiyah

Ilmu astronomi dan astrologi merupakan disiplin ilmu pengetahuan yang cukup mapan dan memiliki sejarah yang panjang. Ilmu astronomi misalnya, sebuah ilmu yang digunakan untuk mengamati dan meneliti tentang benda-benda langit (seperti bintang, planet, dll) ini konon sudah dipelajari ratusan abad sebelum Masehi. Sebagaimana kunonya ilmu astronomi, astrologi juga merupakan disiplin ilmu yang memiliki akar sejarah yang merentang cukup panjang.  Peradaban-peradaban besar terawal seperti Babilonia, Yunani, hingga suku Maya telah dikenal meninggalkan jejak ilmu ini. Hal ini terlihat dalam literatur-literatur yang menjelaskan tentang kedua ilmu tersebut.

Dalam konteks keislaman, ilmu astronomi berkaitan erat dengan hal-ihwal penetapan waktu salat, arah kiblat, dan penentuan awal bulan Hijriyah. Tak pelak, dalam sejarahnya, dari ilmu ini muncul sejumlah ahli astronomi Islam. Salah satu nama astronom sekaligus astrolog dalam sejarah keilmuan Islam adalah Masya Allah ibn al-Atsari. Siapa pemilik nama unik ini?

Mengenal Masya Allah ibn al-Atsari

Masya Allah ibn al-Atsari adalah seorang berkebangsaan Yahudi yang konon kemudian masuk Islam. Ia merupakan ahli astrologi di masa Dinasti Abbasiyah tepatnya pada era Khalifah Al-Manshur. Selain ahli di bidang ilmu perbintangan ini, ia juga termasuk salah satu pakar di bidang astronomi terapan (al-hai’ah at-tathbiqi wan-nadzariy). Beberapa karyanya cukup populer dalam dunia astronomi dan astrologi baik di Arab maupun di belahan dunia lainnya. Bahkan di antara karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin sejak abad kedua belas Masehi.

Konon, ia memiliki kontribusi yang penting bagi Khalifah Al-Manshur dalam pendirian kekhalifahan Dinasti Abbasiyah. Ia bersama para ahli astrologi memberikan saran kepada Khalifah mengenai horoskop aspek-aspek astrologi dalam mendirikan kota Baghdad.

Fuat Sezgin dalam Tarikh At-Turats Al-‘Arabiy tidak memberikan informasi rinci mengenai sosok ini. Kendati demikian, bukan berarti tidak ada yang mengkaji tokoh satu ini. Sejumlah sarjana Barat cukup banyak yang menyinggung astronom kelahiran Baghdad ini. Bahkan dalam ensiklopedia astronom terbitan Springer setebal 1364, Masya Allah ini juga masuk dalam entri ensiklopedia yang memuat para ahli astronomi sedunia dan lintas zaman ini.

Karya-Karyanya

Ibn Nadhim dalam Al-Fihrisat melansir sekitar 21 judul karya yang telah ditulis olehnya. Sayangnya, meskipun ia telah menulis karya sekitar lebih dari dua puluh karya yang sebagian besarnya tentang astrologi. Namun, konon karya-karya tersebut yang masih dalam bahasa Arab tinggal satu. Untungnya, beberapa terjemahan Latin atas karyanya masih dapat ditemukan (Taro Mimura, 2015: 321).

Beberapa karya Masya Allah termasuk di dalamnya De scientia motus orbis (tentang ilmu pergerakan Spheres), sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Karya tersebut berisi tentang pengantar astronomi dan sebuah studi tentang Fisika Aristoteles yang bersumber dari karya-karya dari Syria (Ari Belenkiy, 2007: 741).

Menurut Ari Belenkiy, faktanya memang di kalangan para peneliti masih terjadi perbedaan pendapat mengenai karya-karya yang dinisbatkan kepada Masya Allah. Terutama kesimpangsiuran informasi yang menyebabkan adanya “mis-atribusi” dalam penyematan karya-karya astronomi masa klasik. Hal ini terjadi karena adanya penisbatan karya yang berbeda-beda yang di lakukan oleh para sejarawan di antara Masya Allah, Abu Ma’syar dan Sahl bin Bisr. Sementara menurut Pingree sebagaimana dikutip oleh Fuat Sezgin menilai bahwa memang tidak bisa sepenuhnya dinisbatkan kepadanya, di waktu yang sama juga tidak ada data yang meragukan penisbatan ini.

Kitab Shun’ah al-Astrolab wal-‘Amal bihi adalah karya lain dari Masya Allah yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dengan judul De compositione astrolabii. Sebuah karya tentang Astrolab yang terdiri dari sebelas bab. Kitab ini juga menjadi perdebatan dalam penisbatannya.

Terlepas dari hal itu semua, Masya Allah merupakan salah satu sarjana Muslim berkebangsaan Yahudi terkemuka di masanya. Tak pelak namanya masuk sebagai salah satu sarjana ahli astronomi dalam sebuah buku ensiklopedia setebal 1364 halaman yang memuat sekitar 1.500 entri para Astronom dunia.

Wallahu A’lam bish-Shawab