Apa yang pertama kali terlintas di benak ketika Anda mendengar kata “Wahabi”?
Sebagian mungkin akan mengiranya sebagai gerakan politik umat. Sebagian lagi barangkali akan mengatakan bilamana ia merupakan gerakan pemurnian Islam (purifikasi) yang mengusung semangat untuk kembali kepada al-Qur’an dan Sunah Nabi. Dan, masih banyak lagi potret tentangnya.
Secara sederhana, Wahabi merujuk pada mereka yang mengikuti pemikiran seorang tokoh bernama Muhammad bin Abdul Wahab. Pada perkembangannya, kelompok ini kemudian mendominasi perpolitikan Kerajaan Arab Saudi.
Keberadaan Wahabi dalam percaturan politik global tidak bisa dipandang remeh, bahkan hingga sekarang. Dengan adanya Wahabi, misalnya, Ormas Nahdlatul Ulama (NU) lahir. Ini berawal dari komite Hijaz—berisi delegasi para ulama Indonesia saat itu—yang bertugas menyampaikan protes umat Muslim Indonesia terhadap upaya penghancuran situs-situs bersejarah Islam di tanah Arab. Dinamika ini bisa Anda simak di sini.
Kiwari, taring Wahabi seolah semakin tajam saja. Boleh dibilang pergerakannya telah merangsek jauh, menembus pelosok-pelosok penjuru Indonesia untuk sebuah misi besar: kembali kepada al-Qur’an dan Sunah.
Lhoh, bukankah itu misi mulia?
Tepat sekali. Ar-ruju ila al-Qur’an wa Sunah memang merupakan tonggak fundamental umat Islam dalam melakoni lika-liku hidup. Akan tetapi, cukup disayangkan bilamana manifes “kembali kepada al-Qur’an dan Sunah” dimaknai secara sempit dan kelewat payah.
Akibatnya, keislaman kita secara telak jadi tercerabut dari tradisi dan kearifan budaya. Padahal, Islam hadir bukan untuk memberangus keduanya. Salah satu bukti kongkret betapa Islam sangat menghargai budaya dan tetap melestarikannya adalah ritual Haji. Selain itu sebenarnya masih banyak lagi.
Ringkasnya, Islam sebetulnya sangat meniscayakan adanya sebuah dialog atau negosiasi terhadap budaya di mana ia berada atau didakwahkan. Dalam pengertian ini maka klaim Islam sebagai ajaran yang selalu relevan untuk setiap abad dan peradaban (rahmatan lil ‘alamin) akan tetap bergelora.
Oleh karena itu, kami mengundang Anda, laki-perempuan, ikhwan-akhwat, dan umat Islam (dari latar belakang/Ormas apapun) atau non-Muslim sekalian untuk berkontribusi dalam lomba resensi buku Sejarah Lengkap Wahhabi: Perjalanan, Doktrin, dan Pergulatannya.
Apa saja sih syarat dan ketentuannya?
Enggak ribet kok.
Pertama, dan yang paling utama adalah orisinil alias bukan jiplakan karya orang lain. Ini penting saya utarakan. Sebab, apa artinya prestasi kalau cuma hasil plagiasi.
Kedua, minimal 3 halaman, 1.5 spasi, dan ditulis secara rileks a la penulisan esai/artikel pada umumnya. Seandainya terdapat rujukan, sertakan dengan skema bodynote, lalu kasih daftar bacaan di halaman paling akhir.
Ketiga, lengkapi biodata singkat Anda laiknya bikin akun medsos: nomor hp, alamat domisili, foto paling kece, dan gak kalah penting adalah nomor/nama bank rekening aktif.
Keempat, batas pengiriman naskah selambat-lambatnya 15 April 2020.
Kelima, kirimkan naskahmu ke surel [email protected]. Noted: wahhabi, “H”-nya dua, ya.
Keenam, udah. Lima aja biar kayak Pancasila.
Lalu, apa yang akan didapat?
Terbaik Pertama: Rp. 1.000.000 + Paket Buku
Terbaik Kedua: RP. 750.000 + Paket Buku
Terbaik Ketiga: Rp. 500.000 + Paket Buku
Tidak hanya itu. Sepuluh naskah terbaik juga akan ditayangkan di islami.co dan gusdurian.net, tentu saja dengan fee dan merchandise tersendiri.
So, buruan gih…
Nb: kontak info pemesanan buku hubungi 081804374879 (Anita) ; 081903908849 (Nur) ; 081329392772 (Iyig)