Kisah Suram Pasien di Gaza dan Kekhawatiran Efek Bubarnya Kesepahaman Israel-Palestina

Kisah Suram Pasien di Gaza dan Kekhawatiran Efek Bubarnya Kesepahaman Israel-Palestina

Di Gaza, orang-orang tidak boleh sakit

Kisah Suram Pasien di Gaza dan Kekhawatiran Efek Bubarnya Kesepahaman Israel-Palestina
Warga Palestina mengibarkan bendera di protes di Gaza. Foto ini diambil tahun 2012 lalu. (AP Photo/Majdi Mohammed)

Pasien rumah sakit di jalur Gaza mengalami kekhawatiran tentang pengobatan mereka paska keputusan membubarkan semua perjanjian dan kesepahaman dengan Israel dan AS. Di antara perjanjian yang dibatalkan adalah perihal koordinasi keamanan, yang artinya pasien tidak lagi dapat memperoleh izin keluar untuk perawatan di luar Gaza.

Otoritas Palestina telah menghentikan rujukan medis ke rumah sakit Israel. Hal ini adalah respons terhadap kebijakan Israel menahan pendapatan pajak Palestina. Untuk iyu perawatan pasien di Rumah Sakit Gaza dipindahkan ke rumah sakit Palestina di Yerusalem dan Tepi Barat.

“Saya sangat khawatir, jika saya tidak bisa keluar dari Gaza untuk melanjutkan perawatan untuk anak saya, ini bisa mengancam hidupnya dan menempatkan dia dalam risiko. Saya harap itu tidak terjadi, ”kata Al-Shawaf seperti dilansir laman Arab News.

Saat ini anaknya bernama Saddam, 14 tahun menderita leukemia dan tidak dapat menerima perawatan di Jalur Gaza. Untuk itu ia perlu melakukan perjalanan ke Tepi Barat. Sebelumnya Saddam untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit Israel sejak usia 6 tahun.

Sebelumnya Perdana Menteri Palestina, Muhammad Shtayyeh mengumumkan bahwa pasien-pasien Gaza akan dirawat di dua rumah sakit di Jalur Gaza yang dikontrak oleh Otoritas Palestina. Pihaknya juga akan meminta bantuan ke organisasi internasional, seperti Organisasi Kesehatan Dunia dan Komite Palang Merah Internasional (ICRC), untuk membantu memberikan peralatan medis dan obat-obatan yang dibutuhkan.

Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, ada 16.000 pasien kanker membutuhkan perawatan di Gaza. Sedikitnya ada 120 sampai 130 kasus baru yang terdiagnosis tiap bulan dan tercatat 15 kematian per bulan. Ziyad Al-Khuzindar, seorang konsultan onkologi di Yayasan Basmat Amal untuk Perawatan Kanker, mengatakan bahwa kemampuan di Gaza dalam hal jumlah rumah sakit, pusat, dan tim medis khusus tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pasien.

“Gaza menderita krisis kesehatan yang kompleks terkait dengan kekurangan spesialis, obat-obatan, dan peralatan medis, terutama peralatan radioterapi, dan penderitaan pasien meningkat tidak hanya dengan keputusan PA untuk menghentikan koordinasi keamanan, tetapi karena rujukan medis telah berhent , ”ungkapnya.

Sementara itu sebuah asosiasi kesehatan Israel memperingatkan ancaman nyata terhadap kehidupan ribuan pasien Palestina yang perlu perawatan rumah sakit Israel atau Yerusalem Timur.

“Israel telah mengendalikan jalur kehidupan orang-orang Palestina di Tepi Barat dan Gaza, dan mereka mengendalikan kehidupan orang-orang Palestina dalam semua aspek, dan Israel harus memikul tanggung jawab atas pendudukannya dan sistem manajemen yang dibangunnya selama puluhan tahun,” kata salah satu pejabat asosiasi kesehatan tersebut.