Suatu hari dalam perjalanan ibadah haji, Abu Amar singgah di sebuah gang daerah Kufah, Irak. Pada malam harinya ia menyusuri gang untuk sebuah keperluan yang mendesak. Namun hal aneh terjadi, tiba-tiba dirinya merasakan berada di sebuah rumah yang besar dan mendengar suara yang mengatakan, anak muda
“Wahai Tuhan dengan Kemuliaan-Mu dan keagungan-Mu sungguh aku tak ingin dengan maksiatku memungkiri-Mu. Aku melakukan maksiat itu bukan karena kebodohanku, tapi karena kekeliruanku. Aku telah terkelabui oleh kemurahan-Mu untuk tertolong dengan kedurhakaanku. Maka aku bergelimang maksiat karena kebodohanku. Dan kini aku memohon kepada-Mu menerima uzurku. Jika tidak, betapa panjang dan sedih yang harus kutanggung.”
Kemudian suasana menjadi sepi. Saat itu Abu Amar melantunkan ayat Al Qur’an, “Wahai orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang kayu bakarnya manusia dan batu-batu. Di sanalah para malaikat bengis dan dahsyat, tak pernah membantah apa yang Allah tugaskan kepada mereka dan melaksanakan semua yang diperintahkan.”
Setelah itu, terdengarlah suara lolongan yang melengking dan keras. Sesaat kemudian, lolongan tersebut berhenti dan keadaan menjadi senyap kembali.
Abu Amar kemudian pulang kembali ke tempat persinggahannya.
Esok harinya terdengar suara tangis. Abu Amar melihat banyak orang yang melayat. Setelah mendekat Abu Amar melihat dengan jelas seorang ibu sedang meratapi anaknya yang telah meninggal. Ibu itu berkata, “Semoga orang yang membacakan ayat tentang azab yang didengar anakku tadi malam tak dibalas oleh Allah SWT. Padahal anakku sedang menunaikan shalat malam dan ketika mendengar ayat itu anakku mati kejang.”
Abu Amar kaget, tetapi ia hanya termenung sendirian. Malam harinya ia bermimpi bertemu dengan anak tersebut.
“Bagaimana? Apa yang engkau alami,” tanya Abu Amar dalam mimpi.
“Allah Ta’ala memperlakukanku sebagai pahlawan perang Badar,” katanya.
“Bagaimana bisa begitu,” sahut Abu Amar.
“Pada pahlawan perang Badar gugur orang kafir, sedangkan aku mati oleh pedang Tuhan yang Maha Pengampun.”
Anak muda yang mengaku telah bergelimang maksiat tersebut meninggal setelah bertaubat. Abu Amar yang membacakan ayat taubat menjadi perantara wafatnya anak muda tersebut dengan kedamaian dan kesucian. (AN)
Kisah ini Dinukil dari buku Kitab Usfuriyah : Kisah -kisah Hikmah dari Lektur Pesantren