Khutbah Jumat: Menjadi Pemimpin Ala Rasul SAW dan Umar bin Khattab; Mau Mendengar Kritik dan Melaksanakannya

Khutbah Jumat: Menjadi Pemimpin Ala Rasul SAW dan Umar bin Khattab; Mau Mendengar Kritik dan Melaksanakannya

Khutbah Jumat: Menjadi Pemimpin Ala Rasul SAW dan Umar bin Khattab; Mau Mendengar Kritik dan Melaksanakannya
Ilustrasi

Dalam Islam, pemimpin memiliki tanggung jawab besar kepada orang-orang yang dipimpinnya. Oleh karena itu, para pemimpin diminta untuk mendengar kritik dari rakyatnya dan menerima, serta melaksanakan saran-saran yang baik dan membangun. Berikut khutbah Jumat terkait pemimpin yang harus mendengar kritik dari rakyatnya.

Khutbah Jumat I: Menjadi Pemimpin Ala Rasul SAW dan Umar bin Khattab; Mau Mendengar Kritik dan Melaksanakannya

َاَلحَمْدُ للهِ الْعَفْوِ الْكَرِيْمِ، الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ، مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ، جَعَلَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا دَاراً لِلْاِبْتِلَاءِ وَالاِخْتِبارْ، وَمَحَلاً لِلْعَمَلِ وَالاِعْتِبَارْ، وَجَعَلَ الآخِرَةَ دَارَيْنِ، دَاراً لِأَهْلِ كَرَامَتِهِ وَقُرْبِهِ مِنَ الْمُتَّقِينَ الأبْرَارْ، وَدَاراً لِأَهْلِ غَضَبِهِ وَسُخْطِهِ مِن ْالْكُفَّارِ وَالْفُجَّارْ، وَأَشْهَدُ أن لَا إله إلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الوَّاحِدِ الْقَّهَّارْ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ النَّبِيِّ الْمُخْتَارْ، صَلى الله عليه وعلى آله وَصَحْبِهِ الطَّيَّبِينَ الأَخْيَارْ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإحْسَانِ مَا تُعَاقِبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَار.

ُأَمَّا بَعْد:  فَاتَّقُوا اللهعِبَادَ الله, وَيَا إِخْوَةِ اْلإِسْلَام, وَيَا أَتْبَاع ِمُحَمَّدٍصلى الله عليه وسلمخَيْرِ الأَنَامْاِتَّقُوا للهَ تَعَالىَ بِعَمَلِ الصَّالِحَاتِ وَاجْتِنَابِ المُحَرَّمَاتْ

قَالَ تعألى: أَعُوذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ،  يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ يُّصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ المُنْـزَلِ عَلَيْهِ:” أَعُوذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. لَقَدْ جَاءكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ”

Sidang Jumat yang dirahmati Allah,

Dalam khutbah Jumat ini, al-faqir akan mengajak hadirin sekalian untuk belajar kembali apa saja tanggung jawab sebagai pemimpin, baik dalam skala besar maupun skala kecil, terlebih beberapa hari yang lalu, masih hangat di telinga kita pemilihan para pemimpin Indonesia, mulai DPR hingga Pemilihan Presiden.

Berbicara tentang kepemimpinan, ada satu hadis yang sering kali dikutip, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Muslim, dan beberapa mukharrij yang lain dari Ibn Umar Radhiyallahu Anhu.

كلكم راع وكلكم مسؤل عن رعيته فالامام راع وهو مسؤل عن رعيته, فالرجل راع فى اهله فهو مسؤل عن رعيته والمرأة راعية فى بيت زوجها وهى مسئولة عن رعيتها والخادم راع فى مال سيده وهو مسئول عن رعيته والرجل راع فة مال ابيه وهو مسئول عن رعيته وكلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته (رواه بخارى مسلم، داود عن ابن عمر)

Artinya: Kalian semua adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinan itu. Imam adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas yang dipimpin, laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, perempuan adalah pemimpin dalam rumah suaminya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, pembantu adalah pembantu pada harta majikannya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, anak laki-laki adalah pemimpin bagi harta orang tuanya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.(HR: Bukhari, Muslim, Abu Daud dari Ibn Umar)

Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Pada suatu hari menjelang perang Badar, Rasul merencanakan sebuah strategi perang. Tiba-tiba ada salah satu pejuang yang datang dan memberikan kritik atas strategi yang telah ditetapkan Nabi tersebut.

Pria itu bernama al-Khabab bin al-Mundzir. Ia dengan hati-hati bertanya kepada Rasul. Ia tidak ingin menajadi sahabat yang membantah titah dan perintah Rasulullah Saw.

“Wahai Rasulullah Saw. ampunilah aku jika terlalu lancang bertanya kepadamu. Wahai Rasul, apakah tempat ini adalah tempat yang diwahyukan oleh Allah Swt. kepadamu sehingga engkau tidak bisa menolaknya atau tempat ini hanyalah pendapat pribadimu yang merupakan bagian dan siasat perang?”

Rasulullah Saw. kemudian menjawab:

“Bukan wahai Khabab, ini hanyalah pendapatku semata. Ini bukan wahyu dari Allah Swt.”

“Jika benar begitu, bolehkah aku berpendapat wahai Rasul?”

Pria ini kemudian melanjutkan pertanyaannya dengan tenang dan hati-hati. Ia takut jika pendapatnya ini menyakiti perasaan Rasul atau mungkin tidak diterimanya.

“Wahai Rasul, menurut pendapatku, tempat ini bukan merupakan tempat yang baik. Kita seharusnya berada di tempat yang lebih dekat dengan sumber air. Mari kita bawa pasukan menuju sumber air. Setelah sumber air kita kuasai, kita tutup sumber air itu. Setelah itu kita harus membuat kolam yang kita isi dengan air dari sumber itu. Posisi ini akan sangat menguntungkan pasukan kita, karena persediaan air kita bisa terjamin sedangkan mereka tidak. Sehingga mereka akan kehausan karena kehabisan persediaan air.”

Usulan Khabab ini sangat diapresiasi oleh Rasulullah. Tanpa fikir panjang, Rasululah kemudian memerintahkan pasukannya sesuai dengan arahan dan pendapat Khabab.

Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Ketika seseorang diberi amanah untuk memimpin, itu juga berarti dia diberi kepercayaan untuk mendengarkan pendapat dan kritik yang membangun. Seorang pemimpin yang baik adalah mereka yang mau menerima kritik dengan lapang dada, karena kritik adalah salah satu cara untuk memperbaiki diri dan kinerja.

Rasulullah SAW adalah contoh terbaik dalam hal ini. Dalam kisah yang telah khatib sebutkan tadi, beliau senantiasa terbuka terhadap masukan dan kritik dari para sahabatnya. Bahkan, dalam beberapa riwayat, Rasulullah SAW pernah meminta pendapat para sahabatnya dalam mengambil keputusan yang penting.

Tanggung jawab sebagai pemimpin juga berarti memiliki keterbukaan untuk melakukan introspeksi diri. Seorang pemimpin yang baik harus mampu melihat kekurangan dan kesalahan yang ada pada dirinya sendiri, serta bersedia untuk memperbaikinya.

Seorang pemimpin tidak boleh lupa bahwa mereka adalah pelayan bagi yang dipimpin. Oleh karena itu, sudah seharusnya seorang pemimpin selalu membuka diri terhadap masukan dan kritik, karena itu adalah bentuk penghormatan kita kepada amanah yang telah diberikan kepada kita.

Dari kisah Nabi dan Khabab tersebut juga kita bisa berkesimpulan bahwa jika ada kritik dan saran, sedangkan kritik dan saran tersebut sangat penting, maka seyogyanya dilaksanakan, bukan asal didengarkan atau dicatat saja.

Bukan hanya Rasul SAW, Umar bin Khattab sangat senang jika ada yang mengkritiknya, menunjukkan dimana kesalahannya dan menerima saran-saran yang membangun. Said Hawa dalam Sirah Nabawiyah mengutip kaul Umar bin Khattab yang berkata,

رحم الله أمرأ أهدى إليَّ عيوبي

Semoga Allah memberi rahmat kepada orang-orang yang menunjukkan kepadaku kesalahanku (aibku).

Bagi Umar, orang yang memberi kritik kepadanya sebagai pemimpin, maka orang tersebut akan mendapatkan rahmat dari Allah. Karena dialah seorang pemimpin belum atau tidak jadi melakukan kesalahan.

Hadirin rahimakumullah

Namun demikian, bukan berarti kita harus membuka diri terhadap setiap kritik tanpa pertimbangan. Sebagai seorang pemimpin, kita juga harus bijaksana dalam menyaring kritik yang membangun dan kritik yang bersifat destruktif.

Kritik yang membangun adalah kritik yang disampaikan dengan tujuan untuk memperbaiki dan memajukan, bukan untuk menjatuhkan atau menghancurkan. Sedangkan kritik yang bersifat destruktif adalah kritik yang disampaikan dengan tujuan untuk merugikan atau merendahkan.

Sebagai pemimpin, kita harus mampu membedakan antara kritik yang membangun dan kritik yang bersifat destruktif, serta bersikap bijaksana dalam menanggapinya. Kritik yang membangun harus disambut dengan terbuka dan dijadikan sebagai bahan untuk introspeksi diri dan perbaikan kinerja. Sedangkan kritik yang bersifat destruktif harus ditanggapi dengan bijaksana dan tidak terpengaruh secara emosional.

Saudara-saudara yang dirahmati Allah,

Sebagai manusia, kita tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, sudah seharusnya kita senantiasa membuka diri terhadap kritik dan masukan dari orang lain, baik itu dari bawahan, rekan kerja, maupun masyarakat.

Sebagai pemimpin, tanggung jawab kita bukan hanya untuk memimpin, tetapi juga untuk mendengarkan dan memperhatikan kebutuhan serta aspirasi yang ada pada yang dipimpin. Dengan membuka diri terhadap kritik dan masukan, kita dapat menjadi pemimpin yang lebih baik dan mampu memimpin dengan lebih baik pula.

Marilah kita tingkatkan kesadaran kita akan tanggung jawab sebagai pemimpin, serta pentingnya memiliki sikap terbuka terhadap kritik. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk dan hidayah-Nya kepada kita semua. Aamiin.

Demikianlah khutbah Jumat kali ini, semoga bermanfaat bagi kita semua.

وَالْعَصْرِۙ ١

اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ ٢

اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ࣖ ٣

Teks Khutbah Jumat Kedua

اَلْحَمْدُ لِلّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَر، وَأَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَه، إِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَر، وَاَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ اْلإِنْسِ وَالْبَشَرِ.اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ وَاُذُنٌ بِخَبَر.أَمَّا بَعْدُ:فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوا اللهَ تَعَالىَ، وَذَرُو الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ وَمَا بَطَن، وَحَافِظُوْا عَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ.

وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِه، وَثَنَّى بِمَلاَئِكَتِهِ الْــمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِه، فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا: ((إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيّ، يآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا))

أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلىَ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَات، بِرَحْمَتِكَ يَا وَاهِبَ الْعَطِيَّات،

اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالزِّنَا وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَن، وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَن، عَنْ بَلَدِنَا هَذَاخَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بَلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ الله، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ، وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى، وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ، فَاذْكُرُوااللهَ الْعَظِيْمِ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُاللهِ أَكْبَر

Baca juga teks khutbah Jumat yang lain di sini.