Keutamaan Ibadah Haji

Keutamaan Ibadah Haji

Keutamaan Ibadah Haji
Seorang muslim berdoa di Masjidil Haram Makkah

Allah azza wa jalla berfirman dalam surat al-Hajj : 27

“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh,”

Ketika Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim agar mengumumkan kewajiban haji kepada seluruh manusia, maka beliau bersabda:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ بَنَى بَيْتًا فَحُجُّوْهُ

“Wahai manusia, sesungguhnya Allah azza wa jalla telah membangun bait, maka hajilah kalian ke sana”

Allah ta’ala berfirman (QS: al-Hajj : 27)

“Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka”

Dalam menafsirkan kata manafi’ (berbagai manfaat) ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud adalah dagangan di musim haji dan pahala di akhirat. Ketika sebagian ulama’ salaf mendengar ayat ini, beliau berkata, “Semoga Allah mengampuni mereka demi Tuhannya Ka’bah.”

Di dalam menafsirkan firman Allah azza wa jalla (QS: al-A’raaf : 16)

“Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,”

Ada ulama yang berpendapat bahwa yang dikehendaki adalah jalan menuju Makkah. Syetan duduk di sana karena untuk mencegah manusia dari menempuh jalan tersebut. Baginda Nabi shallallahu alaihi wassallam bersabda,

مَنْ حَجَّ الْبَيْتَ فَلَمْ يَرْفَثْ وَلَمْ يَفْسُقْ خَرَجَ مِنْ ذُنُوْبِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ

“Orang yang haji ke Baitullah, kemudian ia tidak berbicara kotor dan tidak berbuat fasiq, maka ia keluar dari dosa-dosanya seperti di hari saat ia dilahirkan ibunya.”

Baginda Nabi shallallahu alaihi wassallam juga bersabda:

مَا رُؤِيَ الشَّيْطَانُ فِيْ يَوْمٍ أَصْغَرَ وَلَا أَدْحَرَ وَلَا أَحْقَرَ وَلَا أَغْيَظَ مِنْهُ يَوْمَ عَرَفَةَ

“Setan tidak pernah terlihat di satu hari dalam kondisi lebih hina, lebih tertolak, lebih terlecehkan, dan lebih marah daripada kondisinya di hari Arafah.”

Semua itu tidak lain karena setan melihat turunnya rahmat dan ampunan Allah SWT terhadap dosa-dosa besar yang dilakukan oleh orang yang melakukan ibadah haji. Karena ada yang mengatakan bahwa di antara dosa-dosa ada dosa yang tidak bisa terhapus kecuali dengan melakukan wukuf di Arafah. Dan sesungguhnya Ja’far ibn Muhammad memusnad-kan keterangan tersebut kepada baginda Rasulullah shallallahu alaihi wassallam. Sebagian ahli kasyaf (para sufi) dari orang-orang muqarrabin (orang yang dekat dengan Allah SWT) menyebutkan bahwa sesungguhnya iblis pernah menampakkan diri pada beliau dalam bentuk seorang manusia di Arafah. Saat itu setan dalam kondisi kurus, pucat, menangis serta hancur punggungnya. Beliau bertanya kepada setan, “Apa yang membuat matamu menangis ?.” Setan menjawab, “Berangkatnya orang yang haji ke Baitullah tanpa berdagang. Aku berkata, ‘Sesungguhnya manusia menuju ke Baitullah, aku takut Allah tidak menghampakan harapan mereka, sehingga hal itu bisa membuatku sedih.’.” Beliau berkata, “Apa yang membuat badanmu kurus ?.” Setan menjawab, “Suara kuda di jalan Allah azza wa jalla. Seandainya kuda tersebut berada di jalanku, niscaya hal itu akan lebih aku senangi.” Beliau bertanya, “Apa yang membuatmu pucat ?.” Syetan menjawab, “Para jamaah haji saling tolong menolong di dalam melaksanakan taat. Seandainya mereka saling tolong menolong untuk melakukan kemaksiatan, niscaya akan lebih aku senangi.” Beliau bertanya, “Apa yang menghancurkan punggungmu ?.” Setan menjawab, “Ucapan seorang hamba, ‘Hamba memohon pada-Mu husnul khotimah.’ Saya berkata, ‘Sungguh celaka bagiku, kapan hamba ini merasa bangga dengan amalnya. Saya khawatir ia pintar dan cerdas.’.”

Baginda Nabi shallallahu alaihi wassallam bersabda,

مَنْ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ حَاجًّا أَوْ مُعْتَمِرًا فَمَاتَ أُجْرِيَ لَهُ أَجْرَ الْحَاجِّ الْمُعْتَمِرِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ مَاتَ فِيْ أَحَدِ الْحَرَمَيْنِ لَمْ يُعْرَضْ وَلَمْ يُحَاسَبُ وَقِيْلَ لَهُ ادْخُلِ الْجَنَّةَ

“Orang yang keluar dari rumahnya dalam rangka melaksanakan haji atau umroh, kemudian ia mati, maka ia diberi pahala orang yang melaksanakan haji dan umroh hingga hari kiamat. Orang yang mati di salah satu haram, maka ia tidak akan dihitung dan dihisap amalnya. Dan dikatakan padanya, ‘Masuklah ke surga.’.”

Baginda Nabi shallallahu alaihi wassallam bersabda,

حَجَّةٌ مَبْرُوْرَةٌ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا وَحَجَّةٌ مَبْرُوْرَةٌ لَيْسَ لَهَا جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةَ

“Haji mabrur lebih baik daripada dunia seisinya. Haji mabrur tidak ada balasan untuknya kecuali surga.”

Baginda Nabi shallallahu alaihi wassallam bersabda,

الْحُجَّاجُ وَالْعُمَّارُ وَفْدُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَزُوَّارُهُ إِنْ سَأَلُوْهُ أَعْطَاهُمْ وَإِنِ اسْتَغْفَرُوْهُ غَفَرَ لَهُمْ وَإِنْ دَعَوْا اسْتُجِيْبَ لَهُمْ وَإِنْ شَفَعُوْا شُفِّعُوْا

“Orang-orang yang haji dan orang-orang umroh adalah tamu Allah azza wa jalla dan orang-orang yang berkunjung pada-Nya. Jika mereka memohon kepada Allah, maka Allah akan memberi mereka. Jika mereka memohon ampun kepada Allah, maka Allah mengampuni mereka. Jika mereka berdo’a, maka doa mereka dikabulkan. Dan jika mereka memintakan syafaat, maka permintaan mereka dikabulkan.”