Godaan Iblis tidak melulu tentang kedurhakaan terhadap Sang Maha Pencipta, tetapi juga bisa dalam bentuk ketaatan terhadap-Nya. Hal ini dapat dilihat dalam kisah Iblis dan Khalifah Mu’awiyah yang ditulis oleh Jalaluddin Rumi dalam karyanya yang berjudul Matsnawi.
Khalifah pertama dinasti Ummayah (Mu’awiyah) ketika sedang tidur dengan nyenyak di dalam istana, dibangunkan oleh orang asing. Khalifah segera menanyai siapa gerangan yang berani mengganggu istirahatnya dan ternyata orang asing tersebut adalah Iblis. Terjadilah dialog antara Iblis dan Khalifah Mu’awiyah.
“Mengapa kau membangunkanku?” tanya khalifah pada Iblis.
“Waktu shalat akan segera tiba dan Aku khawatir Engkau terlambat karena tertidur, wahai khalifah,” jawab Iblis.
“Tidak mungkin kau mengarahkanku pada jalan yang benar! Tugasmu adalah menyesatkan umat manusia dari jalan yang benar,” ungkap sang khalifah menanggapi pernyataan Iblis.
“Ketahuilah, wahai khalifah! 700 tahun aku mengabdi kepada Allah, meskipun akhirnya Aku membangkang-Nya. Aku membangkang-Nya bukan karena mengufuri-Nya, tetapi karena rasa cemburuku terhadap Adam. Aku masih mencintai-Nya, wahai khalifah,” ungkap Iblis pada khalifah.
“Aku tetap tidak akan mempercayai perkataanmu. Perkataanmu seperti ucapan pemburu yang berlagak halus kepada buruannya untuk membunuhnya. Kau yang menyebabkankan kehancuran umat Nuh, kaum Ad, kaum Luth, Fir’aun, dan seterunya,” ucap Khalifah yang masih tidak memercayai Iblis.
“Kau sungguh salah besar, wahai khalifah jika menganggapku sebagai penyebab kehancuran umat manusia terdahulu. Siapalah Aku yang bisa menentukan kejahatan di muka bumi? Aku hanyalah boneka Allah yang sedang tidak berdaya di hadapan kekuasaan-Nya,” jawab Iblis mencoba meyakinkan khalifah.
Mendengar jawaban-jawaban indah Iblis, khalifah segera berdoa kepada Allah untuk meminta perlindungan dari godaan-godaan yang dapat menyesatkannya. Terlebih dari kefasihan dan kelicinan iblis dalam menjerumuskan umat manusia.
Usai berdoa, khalifah terus mendesak iblis untuk mengungkapkan kebenaran dan iblis tetap saja terus berkelit di hadapan sang khalifah. Iblis justru membalik ucapan-ucapan khalifah bahwa yang layak dipersalahkan atas kehancuran umat manusia bukanlah dirinya, tetapi nafsu jahat umat manusia sendiri. Hal itu membuat khalifah semakin mengecam iblis dan membuat iblis mengungkap kebenaran.
“Baiklah, khalifah! Aku akan mengungkapkan alasanku membangunkanmu untuk melaksanakan shalat tepat waktu. Khalifah, jika engkau tertidur dan kehilangan waktu shalat, maka engkau akan sangat menyesal. Penyesalan di dalam dirimu akan membawamu kepada zikir kepada Allah dengan penuh penyesalan. Zikir penuh penyesalan itu lebih kutakuti daripada shalatmu, wahai khalifah. Sebab setiap zikir penuh penyesalan yang Kau sampaikan kepada Allah itu bernilai dua ratus kali lebih banyak daripada sholat atau doa biasa,” ungkap Iblis pada Mu’awiyah.
Wallahu a’lam.