Jamas ala Kiai Kholil Bangkalan

Jamas ala Kiai Kholil Bangkalan

Jamas ala Kiai Kholil Bangkalan
Syahdan, Mbah Kholil Bangkalan Madura memanggil tiga santrinya, Mbah Manab (kelak menjadi pendiri Lirboyo) dan dua orang santri lainnya.

Jamas adalah cara mencuci senjata pusaka. Kiai Kholil Bangkalan adalah ahli jamas. Hanya yang dijamas bukan keris atau barang pusaka lainnya. Melainkan santri lulusan Hijaz (Mekah-Madinah).

Kiai Cholil melakukakan ini sebab:

  1. Lulusan Hijaz abad ke 19 tidak lagi mempelajari tarekat, bahkan sudah mulai terkontaminasi paham Wahabi. Hal ini berbeda dengan lulusan Hijaz sebelumnya yang justru banyak belajar tarekat dan tasawuf.
  2. Lulusan Hijaz setelah kembali ke Indonesia merupakan pemimpin keagamaan masyarakat di daerahnya setempat. Masyarakat Nusantara sendiri corak beragamanya bersifat sinkretis. Supaya tokoh masyarakat tidak “berantem” dengan masyarakatnya maka minimal mereka belajar tasawuf walaupun tidak menjadi pengamal tarekat.

Kiai kholil menginstruksikan kepada kiai-kiai yang pernah mengirimkan santrinya belajar ke Hijaz supaya merawat paham ahlussunnah alumni Hijaz yang pulang kampung. Mereka tidak diperkenankan terjun langsung ke masyarakat dan harus masuk pesantren kembali di pesantren Kiai Kholil. Di tempat inilah santri alumni Hijaz “dijamas” langsung Kiai Kholil.

Nah, setelah Kiai Kholil wafat praktek james ini tidak dilakukan lagi. Dampaknya luar biasa, santri lulusan Hijaz sekarang banyak yang melawan bahkan menyesatkan praktek ibadah yang dibiasakan kiainya sendiri.

Tampaknya harus ada tokoh seperti Kiai Kholil yang “menjamas” lulusan Timur Tengah agar sekembalinya ke tanah air mendapatkan arahan dan “dijamas” sebelum terjun ke masyarakat langsung.

 

Wallahu A’lam bis-Shawab