Surabaya— Konsep Islam Nusantara dan islam Berkemajuan terus diperbicangkan oleh akademisi, mahasiswa dan publik. Sebagai gagasan, keduanya harus dikokohkan dengan konstruksi epistemik dan metodologi, agar dapat diterima publik muslim internasional.
Hal ini, terekam dalam diskusi yang dihadiri oleh Prof. Dr. Masdar Hilmy (UIN Sunan Ampel Surabaya), Munawir Aziz (peneliti Islam Nusantara, Pengurus LTN PBNU), dan Pradana Boy ZTF (akademisi UMM Malang).
Agenda ini, diselenggarakan di Auditorium UIN Sunan Ampel Surabaya, pada Rabu (07/September 2016), atas prakarsa Perpustakaan UIN Surabaya, Mitra Firdaus, dan Penerbit Mizan. Dalam diskusi ini, dibahas buku ‘Islam Nusantara: dari Ushul Fiqh hingga Paham Kebangsaan’ (Mizan, 2015) dan ‘Islam Berkemajuan’ (Mizan).
Dalam diskusi ini, Munawir Aziz menjelaskan tentang sisi-sisi penting dari gagasan Islam Nusantara. “Islam Nusantara itu menjadi produk pengetahuan yang berakar pada tradisi masyarakat di negeri ini. Nusantara tidak sekadar konsep geografis, namun juga strategis dan ideologis,” jelas Munawir.
Menurutnya, Islam Nusantara menjadi tawaran alternatif gagasan bagi publik muslim internasional, di tengah konflik Timur Tengah dan kekacauan Turki.
Sementara, Prof. Dr. Masdar Hilmy, menjelaskan bahwa Islam Nusantara perlu diteruskan dengan menjelaskan teori dan epistemologinya.
“Harus ada kiai-kiai dan akademisi NU yang fokus untuk membangun gagasan Islam Nusantara. Dengan demikian, Islam Nusantara menjadi konsep yang jelas dan dapat diterima publik internasional,” terangnya. Prof. Masdar Hilmy, santri Kiai Ma’shum Lasem dan merupakan Asisten Direktur Pascasarjana UIN Sunan Ampel.
Dalam diskusi ini, juga dibahas sinergi Islam Nusantara dan Islam Berkemajuan yang dapat menjadi gagasan strategis bagi masyarakat muslim negeri ini. Islam Nusantara yang berkemajuan, inilah yang menjadi penerus gagasan untuk Islam yang damai, moderat, ramah dan toleran. [Firdaus/DP]