Sebentar lagi umat Islam akan memasuki bulan Dzulhijjah, di mana terdapat hari raya Idul Adha atau hari raya kurban. Lazimnya, hewan yang dikurbankan adalah hewan ternak kaki empat berupa unta, sapi atau kambing. Lantas, bolehkah bagi umat Islam berkurban dengan ayam? Terutama bagi mereka yang tidak mampu secara ekonomi?
Dalam sebuah video pengajian Gus Baha (KH. Bahauddin Nursalim) yang diunggah oleh channel Santri Gayeng, ada titik terang atas pertanyaan tersebut. Ada pendapat yang memungkinkan berkurban dengan ayam, atau bahkan telur.
Gus Baha memulai dengan kisah saat beliau masih dalam keadaan berkekurangan. Sudah menjadi prinsip beliau, tiap datang hari raya Idul Adha, beliau tetap berkurban. Berhubung saat itu masih kekurangan, beliau “berkurban” dengan cara menyembelih ayam, atau membeli daging barang setengah kilo.
Praktik demikian berdasarkan dua sebab; Pertama, memang Allah melarang berpuasa pada hari raya Idul Adha, dan memang Idul Adha merupakan hari yang dianjurkan untuk makan-makan. Kedua, supaya meminimalisir sikap tamak kepada panitia Kurban. Misalnya, ketika kita yang berhak tidak mendapat bagian daging kurban yang semestinya. Maka dengan menyembelih ayam kita merasa cukup untuk makan hari itu dan tidak disibukkan curiga dengan jatah pembagian daging.
Sebagaimana yang dilakukan oleh Ibnu Abbas RA, ketika datang hari Idul Adha, beliau menyembelih ayam, alih-alih unta atau kambing. Ketika ditanya oleh sahabat lain: “Apakah ayam ini adalah Kurban?” Ibnu Abbas menjawab: “Tidak!”
Begitu pula ketika ditanya: Apakah ada syariat yang memerintahkan kurban menyembelih ayam? Ibnu Abbas menjawab tidak juga. Ibnu Abbas kemudian mengungkapkan, bahwa semata hanya menuruti apa yang diperintahkan Allah, bahwa hari ini adalah hari makan dan minum, “yauma uklin wa syurbin”. Cukup diniatkan sebagai mengikuti anjuran Allah SWT.
Soal kurban dengan ayam, Gus Baha mengungkapkan bahwa para ulama berbeda pendapat. Imam Nawawi menegaskan bahwa berkurban dengan hewan selain hewan ternak, hukumnya tidak diperbolehkan, yang sudah diulas secara lengkap pada artikel di tautan ini.
Sementara menurut Gus Baha, Imam Qurthubi mengajukan pendapat kemungkinan kurban dengan menyembelih ayam. Pendapat ini disandarkan pada sebuah hadis tentang keutamaan shalat Jumat yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ غُسْلَ الْجَنَابَةِ ثُمَّ رَاحَ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَدَنَةً وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّانِيَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَقَرَةً وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّالِثَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ كَبْشًا أَقْرَنَ وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الرَّابِعَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ دَجَاجَةً وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الْخَامِسَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَيْضَةً
“Barangsiapa mandi pada hari jumat seperti halnya mandi jinabat, kemudian bergegas menuju masjid, maka dia seperti berkurban dengan seekor unta. Barangsiapa yang datang pada waktu kedua maka seperti dia berkurban dengan seekor sapi. Barangsiapa yang datang pada waktu ketiga maka seperti berkurban dengan seekor kambing bertanduk. Barangsiapa yang datang pada waktu keempat maka seperti berkurban dengan seekor ayam. Dan barangsiapa yang datang pada waktu kelima maka dia seolah berkurban dengan sebutir telur.”
Dari redaksi hadis tersebut, secara gamblang Rasulullah SAW menyebutkan redaksi berkurban sebagai keutamaan dalam berangkat shalat Jumat. Sehingga dengan dasar ini, terdapat kemungkinan berkurban dengan ayam, atau bahkan telur.
Akan tetapi, sebagai catatan, jika memang pendapat ini diyakini benar alangkah lebih utama pendapat ini disimpan sebagai pendapat pribadi saja dan tidak perlu dijadikan patokan utama dalam berkurban. Karena bagaimanapun ini merupakan pendapat yang tidak populer dan berpotensi memunculkan kontroversi di tengah masyarakat.
Gus Baha menambahkan, jika memang kurban dengan ayam ini dilakukan dalam keseharian, toh akan tetap baik. Pasalnya, kembali lagi bahwa Idul Adha merupakan hari raya untuk makan-makan. Diibaratkan, dalam satu kampung, jika orang yang kaya berkurban sapi, yang menengah berkurban kambing, dan yang miskin berkurban ayam bahkan telur, maka esensi Idul Adha sebagai hari raya makan-makan akan tetap semarak dan seluruh warga kampung bisa mendapatkan keutamaan hari raya Idul Adha.
Wallahu a’lam bisshawab.