Dalam berbagai literatur, perempuan seringkali disebutkan sebagai fitnah bagi laki-laki, bahkan sejak dulu kala, saat Nabi Adam masih berada di surga. Hawa dianggap sebagai pembawa malapetaka karena menggoda Adam untuk memakan buah yang terlarang, hingga akhirnya keduanya dikeluarkan dari surga.
Anggapan-anggapan ini bukan hanya muncul dari mulut ke mulut, tetapi juga banyak tercantum dalam Israiliyat (riwayat-riwayat dari Bani Israil). Dalam kitab-kitab Tafsir, banyak riwayat-riwayat dan hikayat-hikayat yang tidak berhubungan dengan Islam, tapi berasal dari khurafat-khurafat Bani Israil. Salah satunya israiliyat yang berkaitan dengan kisah-kisah para Nabi dan Rasul, begitu pula tentang Nabi Adam.
Salah satu yang termasuk Israiliyat adalah yang diriwayatkan oleh Ibn Jarir dalam tafsirnya dengan sanadnya dari Wahab ibn Munabbih, ia berkata
Ketika Allah menempatkan Adam dan anak cucunya atau istrinya (terdapat keraguan dari Abu Ja’far mengenai lafaz anak cucunya atau istrinya) di surga, Allah melarang Adam dan Hawa untuk mendekati sebuah pohon. Pohon itu memiliki buah yang dimakan oleh para malaikat agar mereka tetap kekal.
Kemudian, Iblis hendak menggoda Adam dan Hawa, ia masuk ke dalam perut ular. Ular tersebut memiliki empat kaki, seolah ia adalah seekor unta. Ketika ular telah masuk ke dalam surga, Iblis keluar dari perutnya. Dia mengambil buah dari pohon yang dilarang oleh Allah, kemudian membawanya kepada Hawa.
Iblis lalu membisikkan Hawa “Lihatlah buah ini, betapa harum baunya, betapa lezat rasanya dan betapa indah warnanya”.
Hawa lalu mengambil buah tersebut dan memakannya, lalu dia pergi kepada Adam dan mengatakan kepadanya seperti yang dikatakan oleh Iblis hingga Adam memakan buah tersebut. Maka pakaian keduanya pun terbuka. Sedangkan ular dikutuk hingga kaki-kakinya masuk ke dalam perutnya.
Dalam riwayat tersebut juga dikatakan, bahwa Allah berkata kepada Hawa “Wahai Hawa, engkaulah yang telah memperdaya hamba-Ku, maka kamu tidak akan mengandung kecuali dengan terpaksa, dan jika kamu akan melahirkan, kamu akan mendekati kematian berkali-kali”.
Riwayat ini berasal dari kisah-kisah israiliyat, di dalamnya mereka banyak melakukan penambahan dan mencampur aduk antara yang haq dan batil. Lihat Muhammad ibn Muhammad Abu Syahbah, Israiliyyat & Hadis-Hadis Palsu Tafsir al-Qur’an, tarjamah al-Israiliyyat wa al-Maudhu’at fi Kutub at-Tafsir, (Depok: Keira Publisihing, 2016), h. 177
Ada pertentangan pula dalam riwayat ini, misalnya perkataan bahwa malaikat memakan buah dari pohon yang dilarang Allah untuk Adam dan Hawa. Padahal malaikat tidak makan dan minum, melainkan hanya beribadah kepada Allah siang dan malam. Sebagaimana disebutkan Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur’an al-Adzhim
أَنَّ الْمَلَائِكَةَ لَا هِمَّةَ لَهُمْ إِلَى الطَّعَامِ وَلَا يَشْتَهُونَهُ وَلَا يَأْكُلُونَهُ
Sesungguhnya malaikat tidak memiliki kepentingan terhadap makanan, tidak memiliki nafsu padanya (makanan) dan tidak pula memakannya.
Selain itu, Iblis dapat menggoda Adam dan Hawa dari mana saja, tidak terbatas jarak atau media. Iblis tidak memerlukan kedekatan jarak dan pembicaraan langsung dengan Hawa melalui seekor ular. Ular pun diciptakan oleh Allah pada hari penciptaannya dalam bentuknya yang sekarang, tanpa memiliki kaki seperti unta. Lihat Muhammad ibn Muhammad Abu Syahbah, Israiliyyat & Hadis-Hadis Palsu Tafsir al-Qur’an, h. 177-178.
Islam dengan tegas menolak anggapan bahwa Hawa adalah penyebab dikeluarkannya Adam dari surga. Al-Qur’an justru menjelaskan bahwa yang menggoda Adam dan Hawa secara bersamaan adalah setan, bukan Hawa, sebagaimana firman-Nya
فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ
Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.” (QS. al-Baqoroh : 36)
Yang dimaksud dengan keadaan semula adalah kenikmatan, kemewahan dan kemuliaan hidup dalam surga. Adapun yang dimaksud dengan syaitan di sini adalah Iblis.
Selain itu, sebelum menciptakan manusia, Allah SWT telah menyatakan bahwa kelak manusia akan menjadi khalifah di bumi sebagaimana disebutkan dalam QS al-Baqarah : 30. Quraish Shihab dalam bukunya “101 Soal Perempuan yang Patut Anda Ketahui” menyatakan, Adam dan Hawa memang ditakdirkan turun ke bumi, baik keduanya mencicipi buah yang terlarang itu maupun tidak.
Dalam surah al-A’raf : 20-22 juga disebutkan bahwa Iblis datang menggoda Adam dan Hawa hingga keduanya mencicipi buah dari pohon terlarang itu. Ini berarti keduanya melanggar karena keduanya pun tergoda. Dengan demikian, kita tidak dapat menyatakan bahwa Hawa lah yang menjadi penyebab Adam dikeluarkan dari surga.
Al-Qur’an sama sekali tidak menyalahkan Hawa secara sepihak, bahkan tidak pula menyatakan bahwa Hawa lah yang harus bertanggungjawab atas kejadian ini. Di dalam al-Qur’an justru disebutkan bahwa Adam lah yang memegang tanggung jawab pertama dan ia pula yang mewakilkan Hawa. Sebagaimana disebutkan dalam surah Thaha :
وَلَقَدْ عَهِدْنَا إِلَى آدَمَ مِنْ قَبْلُ فَنَسِيَ وَلَمْ نَجِدْ لَهُ عَزْمًا
Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat. (QS Thaha :115)
وَعَصَى آدَمُ رَبَّهُ فَغَوَى. ثُمَّ اجْتَبَاهُ رَبُّهُ فَتَابَ عَلَيْهِ وَهَدَى
Dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk. (QS Thaha 121-122)
Makna durhaka di sini adalah melanggar larangan Allah karena lupa. Sedangkan yang dimaksud dengan sesat adalah mengikuti bisikan setan. Baik Adam maupun Hawa keduanya telah ditipu daya oleh Iblis dan sesungguhnya Iblis adalah musuh yang nyata.
Wallahu a’lam bisshawab