Apresiasi Kerja Kemanusiaan, Gusdurian Award Diserahkan di Tunas Gusdurian 2022

Apresiasi Kerja Kemanusiaan, Gusdurian Award Diserahkan di Tunas Gusdurian 2022

Tunas Gusdurian 2022 dibuka tanggal 15 Oktober 2022, di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya. Tidak kurang dari 1300 peserta menghadiri luring perdana kegiatan tahunan Jaringan Gusdurian Nusantara ini, setelah selama pandemi dilaksanakan secara daring

Apresiasi Kerja Kemanusiaan, Gusdurian Award Diserahkan di Tunas Gusdurian 2022
Kegiatan Temu Nasional (Tunas) Gusdurian 2022 di Surabaya, Jawa Timur. Kegiatan ini menghasilkan Naskah Resolusi untuk Indonesia. Foto: Panitia Tunas Gusdurian 2022

Tunas Gusdurian 2022 dibuka tanggal 15 Oktober 2022, di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya. Tidak kurang dari 1300 peserta menghadiri luring perdana kegiatan tahunan Jaringan Gusdurian Nusantara ini, setelah selama pandemi dilaksanakan secara daring. Acara pembukaan dihadiri oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, para tokoh lintas agama, pegiat dan pemuka LSM, serta seluruh penggerak Jaringan Gusdurian di Indonesia dan luar negeri.

Salah satu sesi acara pembukaan diisi dengan penyerahan Gusdurian Award. Gusdurian Award diberikan sebagai wujud apresiasi komunitas maupun individu yang aktif melakukan kegiatan kemanusiaan maupun resolusi konflik di tengah masyarakat. Gusdurian Award yang diserahkan tahun ini sedianya telah dirilis saat Tunas Gusdurian virtual tahun 2020.

Gusdurian Award ini diberikan untuk kategori komunitas, individu dan lembaga. Penerima Gusdurian Award kategori komunitas diraih oleh Gusdurian Semarang, atas advokasinya mendampingi masyarakat dan kerja-kerja kemanusiaan, termasuk kerjasama lintas agama di Semarang.

Kemudian untuk kategori indvidu diserahkan pada Lian Gogali, ketua Institut Mosintuwu, salah satu organisasi masyarakat yang berasal dari Poso. Gusdurian Award kategori lembaga juga diberikan pada lnstitut Mosintuwu tersebut.

Sebagai info, komunitas Institut Mosintuwu didirikan pada tahun 2009, sebagai respon atas konflik umat beragama di Poso dan korban terdampak konflik. Pasca konflik antar agama di Poso dekade awal 2000-an, institut ini menjadi salah satu simpul yang mengawal korban terdampak, penguatan ekonomi budaya, juga melakukan pendampingan sumber daya masyarakat yang marjinal dan tersisihkan.

Sebagaimana tercatat di website Institut Mosintuwu, mereka melakukan kegiatan penelitian, pendidikan alternatif, pengorganisasian, ekonomi solidaritas, serta media dan penerbitan. Institut ini juga telah melaksanakan Festival Mosintuwu pada tahun 2019 yang telah mempertemukan masyarakat pedesaan Poso, tokoh masyarakat, pegiat budaya maupun tokoh lintas agama dan kalangan minoritas.