Banyak versi tentang bagaimana mekanisme turunnya Al-Qur’an (Nuzulul Qur’an). Yang paling populer dan didukung oleh banyak ulama adalah versi yang mengatakan bahwa Al-Qur’an turun secara utuh (jumlah wahidah) ke langit dunia pada malam laylatul Qadar dan secara bertahap turun ke dunia selama 20, 23, atau 25 tahun.
Di sisi lain, semua yang terjadi tidak akan lepas dari hikmah yang diberikan Allah. Atau dengan kata lain, semua yang Allah ciptakan pasti memilki hikmah tersendiri. Tak terkecuali dengan hikmah penurunan Al-Qur’an secara bertahap.
Al-Zurqani menyebutkan bahwa terdapat empat hikmah tentang hal itu, sebagaimana ia tulis dalam kitabnya yang berjudul Manahilul Qur’an fi ‘Ulumil Qur’an.
#1 Meneguhkan dan Mengokohkan Hati Nabi Muhammad Saw.
Dakwah yang dilakukan Nabi sungguhlah sangat berat. Ia harus menghadapi hal-hal yang kurang menyenangkan dari para musuh Islam. Oleh kareananya, dengan Al-Qur’an turun secara bertahap membuat Nabi semakin kokoh hatinya, karena setiap ia merasa ada yang menganggu, firman Allah selalu turun.
Allah berfirman:
Berkatalah orang-orang yang kafir: “Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?”; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar). (QS. Al-Furqan [25]: 32)
Pelajaran yang bisa kita petik dari sini adalah ketika kita menjalankan dan mengamalkan ajaran agama, dan di saat yang sama mendapat cobaan yang begitu berat, maka kita harus segera ingat bahwa Nabi juga mengalami hal yang sama. Dan hanya dengan “kembali kepada Al-Qur’an” kita akan merasa disapa Allah dan mendapat ketenangan.
#2 Mendidik Umat Menghafal, Memahami, dan Mengamalkan Al-Qur’an
Tidak bisa dibayangkan bagaiamana kondisi saat itu jika Al-Qur’an turun secara utuh dalam satu waktu. Hal ini akan membuat umat saat itu akan merasa berat karena ada seambrek kewajiban yang harus ia kerjakan dan lakukan.
Mereka akan merasa kerepotan dan kewalahan dalam menghafalkan, memahami, dan menjalankan isi kandungannya jika Al-Qur’an benar-benar turun dalam satu waktu saja.
Hal ini bisa menjadi ‘ibrah untuk kita amalkan bahwa menghafal, mempelajari, dan apalagi mengamalkan Al-Qur’an harus dilakukan secara pelan-pelan dan dengan menngukur kualitas diri (semampunya, bukan semaunya).
#3 Memudahkan dalam Merespon Peristiwa saat Itu
Nabi sering mendapat pertanyaan dari para orang-orang kafir. Dan ketika itu, Al-Qur’an turun membantu Nabi menjawab pertanyaan itu. Jawaban Al-Qur’an sebagai respon dari hal-hal yang terjadi saat itu.
Misalnya ketika orang-orang kafir bertanya tentang ruh, Allah turunkan ayat:
“Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh. Katakanlah, “Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit.” (QS. Al-Isra’ [17]: 85)
Pelajarannya buat kita adalah harusnya dalam merespon setiap hal yang terjadi kita harus sesuaikan dengan apa yang terjadi itu, tidak kurang tidak lebih. Kita harus bisa menanggapi semua itu secara proporsional.
#4 Sebagai Bukti Bahwa Al-Qur’an Benar-benar dari Allah
Respon Al-Qur’an terhadap peristiwa saat itu sebagaimana dibahas di atas menjadi bukti bahwa Al-Qur’an bukan berasal dari Nabi Muhammad, sebagai yang disangkakan orang-orang kafir saat itu.
Allah berfirman, “Katakanlah (Muhammad), “(Al-Qur’an) itu diturunkan oleh Allah yann mengetahui rahasia di langit dan di bumi. Sungguh, Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang” (QS. Al-Furqan [25]: 6)
Apa pelajaran buat kita? Ketepatan dan keberhasilan kita dalam bekerja atau yang lainnya harus kita yakini bahwa semua itu adalah anugerah dan kemurahan dari Allah, bukan dari kepandaian kita.
Semoga Al-Qur’an benar-benar bisa menjadi pedoman hidup kita bersama. Semoga di bulan Ramadhan ini, kita semakin menjadi manusia yang memahami dan mengamalkan isi dan hikmah yang terkandung dalam Al-Qur’an. Amin.
BACA JUGA Artikel-artikel Nuzulul Qur’an Lainnya di Sini