Bukan Hanya Al-Quran, Kitab-Kitab Agama Lain juga Diturunkan pada Bulan Ramadhan

Bukan Hanya Al-Quran, Kitab-Kitab Agama Lain juga Diturunkan pada Bulan Ramadhan

Ternyata kitab-kitab agama lain juga diturunkan di bulan Ramadhan, loh!

Bukan Hanya Al-Quran, Kitab-Kitab Agama Lain juga Diturunkan pada Bulan Ramadhan
ilustrasi kitab-kitab

Bulan Ramadhan bukan hanya menjadi bulan Al-Quran, tetapi juga kitab-kitab milik agama-agama sebelumnya.

Hal ini disebutkan dalam salah satu riwayat Aisyah yang dikutip oleh al-Bayhaqi dan al-Thabari bahwa kitab-kitab terdahulu juga diturunkan pada bulan Ramadhan:

عَن عائِشَة قالَت: أنزلت الصُّحُف الأولى فِي أول يَوْم من رَمَضان وأنزلت التَّوْراة فِي سِتّ من رَمَضان وأنزل الإنجيل فِي اثْنَتَيْ عشرَة من رَمَضان وأنزل الزبُور فِي ثَمانِي عشرَة من رَمَضان وأنزل القُرْآن فِي أربع وعشْرين من رَمَضان

Artinya, “Dari Aisyah RA, ia berkata: Suhuf al-Ula (kitab nabi Ibrahim AS) diturunkan pada hari-hari pertama di bulan Ramadhan, Taurat diturunkan pada hari keenam bulan Ramadhan, kitab Injil diturunkan pada tanggal 12 Ramadhan, sedangkan kitab Zabur diturunkan pada 18 Ramadhan. Adapun Al-Quran diturunkan pada hari 24 Ramadhan.”

Dari hadis di atas bisa disimpulkan bahwa kitab-kitab agama samawi diturunkan pada bulan Ramadhan.

  • Suhuf al-Ula (kitab nabi Ibrahim AS): hari-hari awal di bulan Ramadhan,
  • Kitab Taurat: hari keenam bulan Ramadhan,
  • Kitab Injil: 12 Ramadhan
  • Kitab Zabur: 18 Ramadhan.
  • Al-Quran:  hari 24 Ramadhan.

Khusus Al-Quran, para ulama berbeda pendapat antara diturunkan tanggal 17 Ramadhan atau 24 Ramadhan. Penjelasan lebih lengkap terkait hal ini bisa dilihat di sini:

Nuzulul Quran Bukan 17 Ramadhan, Tapi 24 Ramadhan?

Hadis ini dikutip juga oleh Imam al-Suyuthi ketika menafsirkan surat al-Baqarah ayat 185 tentang Al-Quran yang diturunkan pada bulan Ramadhan:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗوَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗيُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖوَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

Artinya, “Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.” (Q.S. al-Baqarah: 185)

Dalam riwayat lain dijelaskan bahwa penjelasan terkait turunnya kitab-kitab agama lain di atas bukan hanya sekedar dari Aisyah tetapi dari Nabi Muhammad SAW. Hal ini disebutkan dalam riwayat Imam Ahmad ibn Hanbal dalam Musnad-nya. Hadis Imam Ahmad ini bukan dari jalur Aisyah melainkan dari jalur Wasilah bin al-Asqa’.

Lalu, apa hikmah yang bisa diambil dari hadis di atas?

Pada bulan Ramadhan kita dianjurkan untuk terus belajar, karena semua kitab-kitab Allah untuk para nabi-Nya yang terpilih diturunkan pada bulan Ramadhan. Tentu belajar bukan hanya sekedar membaca, tetapi juga memahami semua isi yang terkandung dalam Al-Quran. (AN)

Wallahu a’lam.