Pada hari Mingggu lalu, ada dua berita yang sama-sama menghebohkan negeri ini. Kedua berita tersebut menjadi viral, beredar di linimasa Twitter. Video pertama yang berdurasi sekitar 33 menit, terlihat sekelompok orang berkumpul untuk mengganggu jalannya kebaktian. Peristiwa itu terjadi di HKBP Kota Serang Baru (KSB), Cibarusah, Kabupaten Bekasi.
Kejadian itu berlangsung di sebuah bangunan sederhana yang tengah dipakai untuk memandu kebaktian secara live streaming. Sehingga tidak ada jemaat yang berkumpul untuk beribadah di lokasi tersebut. Di tempat itu hanya terlihat pendeta, penatua, dan pengkhotbah, dan segelintir orang yang membantu kelancaran kebaktian live streaming.
Para pengurus gereja harus mengadakan kebaktian dalam kondisi yang tidak ideal. Tempat mereka beribadah dikelilingi oleh sekelompok orang yang sengaja menyetel musik dengan volume keras menggunakan speaker. Parahnya, orang-orang yang sama juga berteriak-teriak sepanjang berlangsungnya kebaktian yang seharusnya khidmat. Mereka melakukan aksi tersebut karena menolak adanya kebaktian di perumahan KSB Cibarusah. Alasannya klasik: pengurus gereja tersebut belum memiliki IMB.
Untungnya para pengurus gereja bisa menahan diri. Mereka tidak terprovokasi oleh intimidasi tersebut. Mereka tetap fokus untuk dapat menyelenggarakan kebaktian di hari itu sampai selesai.
Sedangkan berita menggemparkan berikutnya datang dari Bandar Lampung. Pada hari yang sama, penceramah terkenal Syekh Ali Jaber ditusuk orang. Beliau diserang saat sedang mengisi suatu pengajian. Pelakunya seorang pemuda tak dikenal bernama Alpin Andrian. Dalam sebuah rekaman video, tampak Alpin tiba-tiba berlari ke atas panggung. Alpin berhasil mendekati Syekh Ali dan melukai lengan kanan beliau dengan pisau.
Ajaibnya setelah menjadi korban penusukan, Syekh Ali Jaber sama sekali tidak meluapkan kemarahannya. Sesaat sesudah ditusuk, beliau justru berusaha menenangkan jamaahnya yang melakukan tindak kekerasan kepada Alpin. Beliau berupaya melindungi penyerangnya agar tidak dihakimi massa.
Ketika Alpin sudah berhasil diringkus, kembali Syekh Ali Jaber menyetop seorang jamaahnya yang terlihat berniat menyeret kaki Alpin. Beliau dengan lembut menegur, “Hei, ini kan manusia, bukan sampah!” Syekh Ali benar-benar menunjukkan rasa belas kasihnya kepada orang yang sudah mengalirkan darah di tubuhnya.
Dalam wawancaranya di kanal Youtube Deddy Corbuzier, Syekh Ali Jaber menjelaskan alasan dia melakukan hal tersebut. Beliau mengaku memang telah ikhlas memaafkan pelaku. Beliau juga menolak berprasangka terhadap kejadian itu. Sebab beliau tak mau masalah ini dikaitkan dengan isu apapun, terutama politik. Entah sebagai alat mendiskreditkan pemerintah ataupun untuk memicu konflik antar golongan. Beliau lebih memilih menyerukan umat Islam untuk bersatu dalam kedamaian.
Sebuah akhlak mulia yang layak ditiru oleh orang-orang yang mengganggu jalannya kebaktian di HKBP Bekasi. Menyetel pengeras suara dan bernyanyi keras-keras saat orang lain tengah beribadah sudah tentu merupakan tindakan yang kurang ajar. Syekh Ali Jaber telah memberikan teladan akhlak seorang muslim bagi kita semua untuk menyikapi tindakan orang lain yang dianggap merugikan. Yakni kita harus berkata/bertindak dengan cara yang tetap santun dan beradab.
Boleh saja ada orang-orang yang tidak setuju dengan kegiatan ibadah di Gereja HKBP KSB Cibarusah ini. Namun sepatutnya mereka terlebih dahulu duduk bersama dengan pengurus gereja. Lalu setelah itu barulah mereka menyampaikan keberatan tersebut dengan cara yang baik. Lantas mencari solusi bersama yang membawa manfaat bagi semua pihak.
Untuk hal ini, orang-orang tersebut kembali bisa meneladani sikap Syekh Ali Jaber. Khususnya sikap beliau ketika mendapatkan kewarganegaraan Indonesia. Syekh Ali Jaber berkomentar saat resmi mendapatkan status WNI beliau menangis karena merasa terbebani. Beliau merasa mendapatkan tanggung jawab berat untuk dapat membawa manfaat bagi Indonesia. Syekh Ali Jaber berprinsip kalau dirinya tidak mampu menjaga nama baik Indonesia, lebih baik status WNI-nya dicabut kembali.
Dari Syekh Ali Jaber, kita belajar Islam perlu disampaikan melalui cara yang penuh kelembutan. Jika pangkal permasalahannya terkait perkara legalitas IMB gereja, para penolak HKBP KSB Cibarusah dapat mencari tahu dengan detail sudah sejauh apa proses IMB gereja. Apakah ada kendala dalam prosesnya? Lalu bagaimana sebaiknya jemaat HKBP KSB Cibarusah menjalankan kewajiban ibadahnya selama belum memiliki gereja resmi?
Apabila suara ibadahnya yang dirasa mengganggu, mereka juga bisa berembug bersama para pengurus gereja. Seberapa keras tingkat volume suara yang dianggap tidak mengganggu bagi warga? Apakah pihak gereja harus menanggalkan pengeras suara sama sekali atau mereka cukup menyesuaikan waktu kebaktiannya di jam-jam tertentu?
Pendekatan yang penuh kelembutan seperti ini tentunya bisa menunjukkan wajah Islam yang damai. Cara menyuarakan ketidaksetujuan melalui dialog tentu lebih menunjukkan cahaya Islam dibandingkan tindakan show of force menggunakan pengeras suara.
Lagi-lagi hal ini sesuai dengan pesan penutup Syekh Ali Jaber saat diwawancarai oleh Deddy Corbuzier. Beliau berpesan singkat saja, “Tirulah Nabi Muhammad.”
Tentu Nabi Muhammad tidak pernah mengajarkan umat muslim untuk menyetel pengeras suara saat umat Kristen sedang melangsungkan ibadah, bukan?