Rasul SAW Nabi Bersedekah dengan Senyuman

Rasul SAW Nabi Bersedekah dengan Senyuman

Rasul SAW Nabi Bersedekah dengan Senyuman

Alkisah, suatu hari Rasul SAW didatangi seorang pengemis yang meminta sedekah. Kebetulan hari itu Nabi sedang tidak memiliki apa-apa untuk disedekahkan. Kanjeng Nabi termasuk orang yang pantang menolak kalau ada orang yang membutuhkan uluran tangannya.

Singkat cerita, kanjeng Nabi lalu berkata kepada pengemis itu,

“Wahai saudaraku belilah seluruh kebutuhanmu, bilang saja aku (Muhammad) yang akan membayarnya,” pinta kanjeng Nabi kepada pengemis itu.

Beberapa sahabat Nabi yang menyaksikan peristiwa lalu ada yang nyeletuk,

“Nabi, kenapa engkau membebankan pada dirimu sendiri atas sesuatu yang bahkan engkau sendiri tak mampu,” celetuk salah seorang sahabat Nabi.

Mendengar perkataan sahabat tadi sepertinya kanjeng Nabi tersinggung, raut wajah Nabi tidak bisa membohongi ketersinggungannya di hadapan para sahabat.

Melihat ekspresi Nabi yang masam, dengan sigap lalu sahabat Abu Bakar menghampiri kanjeng Nabi, lalu berkata,

“Nabi, sedekahkanlah dan janganlah engkau takut kepada Allah meskipun yang engkau sedekahkan sedikit.”

Mendengar perkataan Abu Bakar, kanjeng Nabi lalu tersenyum, raut wajah Nabi yang masam lalu sumringah di hadapan pengemis dan para sahabatnya. Nabi hanya tersenyum saja karena memang hari itu beliau tidak memiliki apa-apa untuk disedekahkan, hanya senyumlah pertahanan terakhirnya. Namun sepertinya para sahabat bahu-membahu untuk membantu pengemis itu.

Begitulah kisah kanjeng Nabi yang bersedekah dengan senyuman yang datang dari kitab Anisul Mukminin karya Syekh Shafwak Sa’dallah al-Mukhtar.

Maka sangat pelit sekali kalau ada orang yang untuk berbagi senyum saja ia tak mampu, minimal kalau belum bisa berbagi dengan harta dengan senyumlah kita berbagi dan saling membahagiakan. Sejalan dengan sabda kanjeng Nabi “Tabassamuka fi wajhi akhika laka shodaqatun”, senyumanmu yang merekah di hadapan/wajah saudaramu mengalirkan pahala sedekah kepada dirimu, atau pada sabda yang lain “Inna ahabbal-A’mali ila-Llahi idkholussururi ‘ala qalbil-Mu’mini”, sesungguhnya amal yang paling Allah sukai adalah memasukkan rasa bahagia ke dalam hati orang mukmin.

Sholli alannabi wa tabassam, Sholli alannabi wa tabassam, Sholli alannabi wa tabassam,