Ustadz Arrazy Hasyim menjelaskan tidak semua Yahudi setuju dengan kebijakan Israel terhadap Palestina. Yahudi ortodoks misalnya, mereka kampanye berhari-hari mengutuk serangan Israel terhadap Palestina. Beliau menjelaskan ini supaya muslim Indonesia tidak latah merespons masalah konflik Israel dan Palestina. Perlu dibedakan Yahudi sebagai agama dan Yahudi sebagai gerakan politik kekuasaan, atau Zionisme. Jangan semuanya dipukul rata, karena tidak semua orang Yahudi pro terhadap kebijakan Israel atas Palestina.
Ustadz Arrazy menambahkan di antara ciri-ciri orang Yahudi ortodoks jenggotnya panjang. Kalimat jenggot panjang ini membuat sebagian orang meradang dan marah. Saking marahnya, mereka memelintir video itu dan menyatakan Ustadz Arrazy menghina Rasulullah. Padahal isi videonya menjelaskan macam-macam orang Yahudi, tapi sebagian orang malah memahami Ustadz Arrazy Hasyim menghina Rasulullah. Tidak nyambung memang. Tapi begitulah kebiasaan para pemelintir.
Meminjam istilah Cherian George, fenomena ini diistilahkan dengan hate spin, pelintiran kebencian. Hate spin biasanya digunakan untuk kepentingan politik. Produsen kebencian biasanya memanfaatkan sentiman etnis dan agama untuk memukul dan menjatuhkan lawan politik. Mereka memelintir informasi yang disampaikan dan membuat orang yang tidak tersinggung menjadi tersinggung.
Dalam kasus Ustadz Arrazy Hasyim, orang yang tidak suka dengan gaya dan isi ceramah beliau akan terus mencari video pengajian yang bisa dipelintir dan membuat orang lain menjadi tersinggung. Video tentang Yahudi yang berdurasi puluhan menit dipotong menjadi beberapa detik, yang diambil hanya bagian yang kontroversial, dipelintir dan disebarluaskan, orang yang melihat potongan video itu akan menjadi marah dan tersinggung. Padahal kalau dilihat videonya secara utuh dan diamati konteksnya, kesalahpahaman tidak akan terjadi.
Akibat pelintiran itu, Ustadz Arrazy dikecam, dituduh, dan difitnah. Komentar paling keji, “Arrazy Hasyim sudah menghina Rasulullah dan darahnya halal dibunuh”. Pernyataan ini sangat berbahaya sekali, sebab bisa mendorong orang yang tidak paham agama dan masalahnya melakukan kejahatan terhadap tokoh yang bersangkutan. Dalam pengajiannya, Habib Geys Assegaf mengatakan, law sakata jahilu, la qalla khilaf bainannas, kalau orang yang tidak tahu diam saja, sedikit kita bertengkar. Kenapa kita banyak bertangkar? Karena orang yang tidak tahu menganggap dirinya tahu.
Komentar “Halal darah dan boleh dibunuh” yang dilontarkan terhadap Ustadz Arrazy, menurut Habib Geys, warisan dari paham Khawarij. Mereka adalah orang yang mengafirkan Sayyidina Ali dan membunuh menantu Rasulullah SAW dengan tangannya. Menjatuhkan vonis kafir dalam Islam tidak main-main, resikonya bisa panjang, diputuskan melalui pengadilan, dan orang yang diadili pun bisa membela diri di persidangan.
Tapi sayangnya paham takfiri ala khawarij ini mulai masuk di kalangan anak muda, sehingga mereka dengan mudahnya mengkafirkan dan menyesatkan orang yang pandangan keagamaannya berbeda. Habib Geys mengingatkan, “Hati-hati yang baru hijrah, jangan sampai mengikuti pemikiran yang mudah mengafirkan, mudah membid’ahkan, mudah mensesatkan, mudah menysirikkan. Karena kata Nabi SAW, kalau tuduhanmu tidak terbukti, maka tuduhanmu akan berbalik kepada dirimu sendiri.”