Dalam ilmu Balaghoh, dikenal sebuah seni ungkapan bernama “al-muhtamil ad-dhiddain” (ungkapan yang bermakna ganda dan berlawanan), hal ini biasanya ditujukan untuk memperluas cakupan makna dari ungkapan tersebut.
Seni ungkapan ini seringkali ditemukan dalam Al-Quran, dan berikut ini beberapa contohnya:
Pertama, Q.S. al-Baqarah: 22.
فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.”
Kata (النِّد) bisa bermakna padanan dan bisa bermakna lawan. Jika kedua makna ini dipakai, maka semakin melengkapi kandungan ayat tersebut.
Kedua, firman Allah Q.S. Yunus: 54.
وَأَسَرُّوا النَّدَامَةَ لَمَّا رَأَوُا الْعَذَابَ
“Dan mereka membunyikan penyesalannya ketika mereka telah menyaksikan azab itu.”
Kata (أسر) dalam ayat tersebut bisa bermakna memperlihatkan, bisa bermakna menyembunyikan.
Ketiga, firman Allah Q.S. Thaha: 15.
إِنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ أَكَادُ أُخْفِيهَا لِتُجْزَىٰ كُلُّ نَفْسٍ بِمَا تَسْعَىٰ
“Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan.”
Kata (أخفى) bisa bermakna menyembunyikan dan bisa bermakna menampakkan.
Keempat, firman Allah Q.S. Ibrahim: 43.
مُهْطِعِينَ مُقْنِعِي رُءُوسِهِمْ لَا يَرْتَدُّ إِلَيْهِمْ طَرْفُهُمْ
“Mereka datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan mangangkat kepalanya.”
Kata (أقنَعَ) bisa bermakna mengangkat kepala bisa juga bermakna menundukkan kepala. Oleh karena makna ayat ini cukup luas, sehingga bisa dimaknai dengan dua makna berikut: 1) Mengangkat kepala sembari memandang dengan kehinaan (pendapat Ibnu Abbas). 2) Menundukkan kepala.
Kelima, firman Allah Q.S. Al-Hajj: 31.
حُنَفَاءَ لِلَّهِ غَيْرَ مُشْرِكِينَ بِهِ
“Dengan ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia.”
Kata (الحنيف) bisa bermakna istiqomah/lurus dan bisa bermakna miring/cenderung, oleh karena itu makna ayat menjadi luas, sehingga bisa dimaknai berikut: 1) Istiqomah di jalan Allah. 2) Cenderung kepada kebenaran.
Keenam, firman Allah Q.S. al-Kahf: 79.
وَكَانَ وَرَاءَهُمْ مَلِكٌ يَأْخُذُ كُلَّ سَفِينَةٍ غَصْبًا
“Karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera.”
Kata (وراءهم} bisa bermakna di depan mereka, dan bisa bermakna di belakang mereka.
Ketujuh, firman Allah Q.S. Al-Qalam: 52.
ِفَأَصْبَحَتْ كَالصَّرِيْم
Kata (الصريم) bisa bermakna siang bisa bermakna malam.
Kedelapan, firman Allah Al-Baqarah: 26.
مَثَلًا مَا بَعٌوْضَةً فَمَا فَوْقَهَا
Kata (فوق) bisa bermakna di atas bisa bermakna di bawah.
Kesembilan, firman Allah Q.S. Al-Hujurat: 33.
وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوْبًا
Kata (الشعب) bisa bermakna berkumpul dan bisa bermakna terpisah. Oleh karena itu makna ayat tersebut bisa luas menjadi: 1) Kami jadikan kalian bangsa yang terpisah, atau 2) Kami jadikan kalian bangsa yang bersatu (dalam sebuah kesatuan lebih besar/negara)
Kesepuluh, firman Allah Q.S. Al-Waqiah: 73.
َمَتَاعًا لِلْمُقْوِيْن
Kata (المقوي) bisa bermakna fakir dan bisa bermakna kaya.
Selain sepuluh di atas, ada juga kata-kata lain dalam Al-Quran yang memiliki makna ganda namun berlawanan. Seperti القرء (al-qar’u) yang bisa bermakna suci dan bisa bermakna haidh, serta kata عسعس (‘As’asa) yang bisa bermakna datang dan pergi. Dan masih banyak kat yang lain,
Wallahu A’lam. Maha Benar Allah dan Maha Indah Segala Firman-Nya.
Jombang, 2 Februari 2018.