Umar bin Abdul Aziz Pun Menangis Mengingat Tanggung Jawab di Akhirat Ini

Umar bin Abdul Aziz Pun Menangis Mengingat Tanggung Jawab di Akhirat Ini

Kisah Umar bin Abdul Aziz tentang bagaimana memimpin dan ia ketakutan dan menangis karena besarnya tanggung jawab

Umar bin Abdul Aziz Pun Menangis Mengingat Tanggung Jawab di Akhirat Ini

Umar bin Abd al-Aziz adalah pemimpin kaum muslimin. Seperti moyangnya Umar ibn Al- Khattab, ia lebih senang dipanggil “Amir al-Mukminin”, pelayan orang-orang beriman. Ia seorang pemimpin yang adil dan sukses melakukan reformasi. Banyak orang menyebutnya sebagai “khalifah yang ke lima yang memeroleh bimbingan Allah”.
Di bawah kepemimpinannya daerah-daerah di seluruh wilayah kekuasaannya menjadi makmur.

Fatimah, isterinya mengatakan :

دخلتُ يوماً عليه وهو جالس في مصلاه واضعاً خدَّه على يده ، ودموعه تسيل على خديه ، فقلت : مالك ؟ فقال : ويحك يا فاطمة ، قد وليت من أمر هذه الأمة ما وليت، فتفكرت في الفقير الجائع ، والمريض الضائع ، والعاري المجهود ، واليتيم المكسور ، والأرملة الوحيدة ، والمظلوم المقهور ، والغريب والأسير ، والشيخ الكبير، وذي العيال الكثير ، والمال القليل ، وأشباههم في أقطار الأرض وأطراف البلاد ، فعلمت أن ربي عز وجل سيسألني عنهم يوم القيامة ، فخشيت أن لا يثبت لي حجة عند خصومته ، فرحمتُ نفسي ، فبكيت .

Fatimah, isteri Umar bin Abd Aziz berkata : “Suatu hari aku masuk ke rumah. Aku melihat suamiku sedang duduk di tempat shalatnya. Pipinya diletakkan di tangannya. Air matanya menetes dan mengaliri tangannya. Aku berkata : ada apakah?. Apa yang membuatmu menangis?”.

Umar pun menjawab:”Fatimah, baru saja aku diangkat sebagai pemimpin. Lalu aku terpikir orang fakir yang lapar, orang sakit yg tersia-sia, orang yang tak punya pakaian, anak yatim yang hatinya luka, janda yang kesendirian, orang yang teraniaya yang tercampakkan, pengelana, tawanan, orang jompo, orang dengan banyak anak, orang miskin, dan semacam itu yang ada di seluruh daerah ini.

Aku sadar bahwa Allah akan meminta pertanggungjawabanku, pada hari kiamat kelak. Aku khawatir aku tidak bisa mempertanggungjawabkannya. Aku bersedih hati dan menangis.”