Ulama’ Perempuan Serukan Pilkada Bebas SARA dan Hoax

Ulama’ Perempuan Serukan Pilkada Bebas SARA dan Hoax

Jaringan ulama perempuan serukan lima poin untuk pilkada bebas SARA dan hoax.

Ulama’ Perempuan Serukan Pilkada Bebas SARA dan Hoax

Beberapa perwakilan dari Jaringan Ulama Perempuan Indonesia menghadiri konferensi pers seruan moral kebangsaan di Masjid Istiqlal pada 1 Maret 2018. Menurut Ismail Hasani, seruan moral ini ditujukan untuk merespon isu kebangsaan terkini yaitu Pilkada, politisasi identitas, penyebaran hoax dan ujaran kebencian. Konferensi pers ini diihadiri oleh beberapa ulama perempuan yang datang dari berbagai daerah di Indonesia.

Di antara yang menghadiri konferensi pers tersebut adalah Nyai Hj. Badriyah Fayumi (pengasuh Pondok Pesantren Mahasina Bekasi), Nyai Hindun Annisah (pengasuh Ponok Pesantren Hasyim Asyari, Jepara), Nyai Yulianti Muthmainnah (Pengurus PP Aisyiyah), Kyai Faqihhudin Abdul Qadir (Dosen IAIN Cirebon dan pengurus Pesantren Kebon Jambu, Cirebon), sedangkan perwakilan lainnya datang dari berbagi daerah seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, NTB, Sumatra Barat dan Sulawesi Selatan.

Seruan moral tersebut berisi 5 poin yang dibacakan oleh Yulianti Muthmainnah dan Hindun Annisah. Di antaranya adalah menghimbau kepada seluruh kontestang dan simpatisan agar lebih mengutamakan kepentingan kebangsaan dari pada kepentingan politik. Serta tidak menyalahgunakan agama sebagai tujuan primordial dan sesaat.

Selain itu, dalam seruan tersebut juga menghimbau kepada pemerintah dan aparat penegak hukum agar melakukan penegakan aturan dan hukum yang tegas, adil dan transparan kepada siapapun yang mealkukan tindakan kejahatan dan segala upaya pemecah belah persatuan bangsa, tentunya dengan efisien dan tanpa kekerasan.

Dan yang paling penting, dalam seruan tersebut adalah himbauan agar seluruh elemen masyarakat menjaga hubungan dan perjumpaan serta memperkuatnya dengan klarifikasi atau tabayyun serta islah. Demi kepentingan bangsa dan negara.

Para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan organisasi masyarakat juga diharapkan agar mengutamakan pendidikan publik untuk memperkuat persaudaraan dan persatuan bangsa di atas kepentingan kelompok, serta bergandeng tangan untuk menjaga rumah ibadah dari upaya pecah-belah persatuan bangsa.

 

Jaringan Ulama Perempuan Indonesia adalah ruang perjumpaan para ulama perempuan dari berbagai latar belakang, baik ustadz/ustadzah yang mengabdi di pesantren, akademisi, hingga aktifis perempuan. Jaringan ini terbentuk setelah terselenggarakan Kongres Ulama Perempuan Indonesia, sebuah perhelatan nasional pertama di Indonesia sekaligus di dunia yang digelar pada 25-27 April 2017 lalu. Kongres tersebut dihadiri kurang lebih 1100 orang di Pesantren Kebon Jambu, Babakan, Cirebon, Jawa Barat.