Fatimah an-Naisaburiah, Wali Perempuan dan Guru Para Ulama Hebat

Fatimah an-Naisaburiah, Wali Perempuan dan Guru Para Ulama Hebat

Fatimah an-Naisaburiah, Wali Perempuan dan Guru Para Ulama Hebat

Nama Fatimah al-Naisaburiah mungkin tidak se-masyhur sufi perempuan Rabi’ah al-‘Adawiyah. Namun, siapa sangka bahwa sufi besar seperti Dzun Nun Al-Misri ternyata mengakui bahwa Fatimah adalah salah seorang gurunya?

Sebagaimana namanya, Fatimah an-Naisaburiah lahir di Naisabur, salah satu kota besar di wilayah Khurasan. Dalam beberapa kitab biografi utama seperti Dzikr al-Niswait al-Muta’abbidat as-Shufiyah karya Al-Sulami atau Shifat al-Shafwat karya Ibn al-Jauzi, tidak disebutkan kapan beliau dilahirkan.

Namun, jika dilihat tahun wafatnya, maka dapat diketahui bahwa Fatimah al-Naisaburiyah hidup sekitar akhir abad ke-2 hingga awal abad ke-3 hijriah. Itu berarti beliau hidup satu masa dengan sufi besar seperti Al-Harits al-Muhasibi (w. 243 H), Dzun Nun al-Misri (w. 245 H), hingga Abu Yazid Al-Busthami (w. 261 H). Dalam sejarah Tasawuf, masa ini merupakan masa awal Tasawuf berdiri menjadi satu keilmuan tersendiri.

Abu ‘Abdirrahman al-Sulami dalam Dzikr al-Niswat menyebut Fatimah sebagai tokoh utama dari golongan perempuan di Khurasan serta salah seorang sufi besar pada masanya. Al-Sulami juga memujinya dengan mengatakan bahwa pada masanya, tidak ada perempuan yang sehebat Fatimah.

Meski lahir di Naisabur, Fatimah tinggal di dekat Mekkah. Tidak disebutkan secara spesifik tempat tinggalnya. Beliau juga sering berkunjung ke Baitul Maqdis (Jerussalem). Di Mekkah itulah beliau bertemu dengan Dzun Nun Al-Misri.

Dari beberapa perjumpaan dengan Fatimah, Dzun Nun Al-Misri mengagumi kehebatannya. Suatu ketika, Dzun Nun ditanya tentang siapa orang yang paling agung yang pernah jumpai, beliau menjawab, “Aku tidak menjumpai seorang dari golongan perempuan yang lebih agung dari seseorang yang aku jumpai di Mekkah. Ia adalah Fatimah al-Naisaburiah.”

Lalu Dzun Nun kembali ditanya, “Siapakah dirinya?” Beliau menjawab, “Ia seorang wali Allah. Ia adalah guruku.”

Pujian terhadap Fatimah al-Naisaburiah juga datang dari Abu Yazid al-Busthami. Beliau pernah mengatakan: “Tidaklah aku memberitahukan kepadanya tentang maqamat (tingkatan spiritual) kecuali hal itu telah diketahuinya dengan jelas.”

Demikianlah sekelumit keagungan dari Fatimah al-Naisaburiah di mata sufi besar lainnya. Beliau wafat pada tahun 223 Hijriah dalam perjalanan ibadah Umrah. (AN)

Wallahu A’lam.