Shalat Isti’adzah, Shalat Sunnah untuk Meminta Perlindungan
Shalat Fardhu adalah shalat yang biasa dan sudah mafhum kita lakukan setiap hari, yaitu shalat lima waktu. Shalat Fardhu sangat diwajibkan oleh Nabi Muhammad SAW untuk melakukanya. Jika seseorang meninggalkannya, maka orang tersebut dihukumi telah berdosa dan wajib mengqadhanya (menggantinya) sesegera mungkin. Sedangkan Shalat Sunnah adalah shalat yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW yang apabila seseorang tidak mengerjakannya, maka tidak ada hukum berdosa untuk dirinya.
Dalam segi penganjurannya, Shalat Sunnah terbagi menjadi Shalat Sunnah Muakkad dan Shalat Sunnah Ghairu Muakkad. Shalat Sunnah Muakkad adalah shalat sunnah yang sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW untuk melakukannya. Sedangkan Shalat Sunnah Ghairu Muakkad adalah shalat sunnah yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW untuk melakukannya.
Dalam hal ini, Shalat Sunnah Muakkad lebih dikuatkan penganjurannya dari yang Ghairu Muakkad. Sehingga kebanyakan orang lebih banyak mengerjakan Shalat Sunnah Muakkad ketimbang Shalat Sunnah Ghair Muakkad.
Sedangkan dalam tahap pelaksanaanya, shalat sunnah terbagi menjadi shalat sunnah yang sunnah dilakukan secara berjamaah dan shalat sunnah yang tidak disunahkan untuk berjamaah. Salah satu bagian dari shalat sunnah yang tidak disunnahkan untuk berjamaah adalah Shalat Sunnah Isti’adzah, yaitu shalat sunnah untuk meminta perlindungan kepada Allah SWT dari kejahatan di luar sana.
Waktu pelaksanaan Shalat Isti’adzah yaitu setelah selesai melaksanakan Shalat Dhuha. Jumlah rakaatnya ada dua rakaat.
Dalam kitab Nihayah Az-Zain karangan Syeikh Nawawi Al-Bantani dijelaskan, bahwa pada rakaat pertama, setelah membaca surah Al-Fatihah, disambung membaca surah Al-Falaq. Sedangkan pada rakaat kedua disambung membaca surah An-Nas. Setelah selesai melaksanakan shalat dua rakaat, dilanjut dengan membaca doa Shalat Isti’adzah, sebagai berikut.
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمٰنِ الرّحِيْمِ، اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلَّمَ، اللّٰهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنْ خَلِيْلٍ مَاكِرٍ عَيْنَاهُ تَرَيَانِيْ وَ قَلبُهُ يَرَعَانِيْ إِنْ رَأَى حَسَنَةً دَفَنَها، وَ إِنْ رَأَى سَيِّئَةً أَذَاعَهَا، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ يَوْمِ السُّوْءِ وَ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ لَيْلَةِ السُّوْءِ، وَ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ سَاعَةِ السُّوْءِ، وَ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ صَاحِبِ السُّوْءِ، وَ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ جَارِ السُّوْءِ فِي الدَّارِ الْمَقَامِ، وَ صَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ سَلَّمَ
“Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahi robbil ‘alamin, wa shallallahu ‘ala sayyidina Muhammadin nabiyyil ummiyyi wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam. Allahumma inni a’udzubika min khalilin makirin ainahu tarayani wa qalbuhu yara’ani in ra-a hasanatan dafanaha, wa in ra-a sayyi-atan adza’aha. Allhumma inni a’udzubika min yaumis su’i wa a’udzubika min lailatis su’i, wa a’udzubika min sa’atis su’i, wa a’udzubika min shahibis su’i, wa a’udzubika min jaris su’i fid daril maqam. Wa shallallahu ‘ala sayyidina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam.”
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dan semoga rahmat dan keselamatan tercurah kepada junjungan kami, Nabi Muhammad SAW, dan kepada para keluarganya serta para sahabatnya . Ya Allah, sesungguhnya aku memohon perlindungan kepada-Mu dari dari kepicikan orang jahat yang matanya yang selalu melihatku dan hatinya selalu menggunjingku, yang jika melihat kebaikan mereka menutupinya namun jika melihat keburukan mereka menyebarkannya. Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu dari hari yang buruk, dan dari malam yang buruk, dan dari waktu yang buruk, dan dari teman yang buruk, dan dari tetangga rumah yang buruk. Dan semoga rahmat dan keselamatan tetap tercurah kepada junjungan kami, Nabi Muhammad SAW, dan kepada para keluarganya serta para sahabatnya.
Wallhahu a’lam.