Dalam surat al-Waqi’ah ayat 41-44, Allah menjelaskan tentang siksaan yang diterima penduduk neraka. Pada ayat 45 ini, Allah SWT menerangkan tentang ciri-ciri penduduk neraka, supaya kita bisa menjauhi dan menghindarinya: Allah SWT berfirman:
إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَلِكَ مُتْرَفِينَ
Innahum kaanuu qabla dzaalika mutrafiin
Artinya:
“Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewahan.” (QS: Al-Waqi’ah ayat 45)
Di antara perilaku penghuni neraka selama di dunia adalah mereka suka berfoya-foya dan tidak berusaha untuk mengerjakan ibadah. Imam Jalaluddin al-Mahalli dalam Tafsir Jalalain menjelaskan bahwa kata dzalika merujuk pada kehidupan di dunia. Sementara kata mutrafin (bermewahan) maksudnya adalah hidup enak, tetapi tidak mau berusaha untuk menjalankan ibadah dan tidak taat pada aturan Allah SWT.
Imam al-Alusi dalam kitab tafsirnya menambahkan, siksaan yang diterima penghuni neraka merupakan akibat dari perbuatan yang mereka lakukan di dunia. Ini menunjukkan kalau Allah SWT tidak menyiksa hambanya tanpa sebab. Meskipun pada hakikatnya, Allah SWT kuasa untuk melakukan itu. Tapi ini adalah salah satu bentuk dari sifat Adil Allah SWT. Dia menghukumi manusia sesuai dengan apa yang mereka lakukan di dunia.
Mungkin ada yang bertanya, kenapa pada ayat ini Allah SWT menyebut siksa yang diterima penghuni neraka sebagai akibat dari perbuatan buruk mereka di dunia, sementara pada ayat sebelumnya, Allah tidak menjelaskan perbuatan yang menyebabkan orang masuk surga? Imam al-Shawi dalam Syarah Tafsir Jalalain mengatakan alasannya adalah karena pahala diberikan berdasarkan kebijaksaan Allah SWT. Tidak mesti bagi Allah memberi pahala hanya kepada hambanya yang melakukan kebaikan saja. Artinya, sangat dimungkinkan, atas dasar kebijaksaannya, Allah memberi pahala kepada orang yang belum melakukan kebaikan. Berbeda dengan siksa yang didasari pada keadilan Tuhan. Kalau tidak dinyatakan alasan kenapa orang disiksa di neraka, Allah dianggap bertindak semena-mena.
Lafal mutrafin dalam ayat 45 sebetulnya berati dza tarafin atau orang yang memperoleh kenikmatan. Kenapa orang yang memperoleh kenikmatan disiksa? Ulama memberikan jawaban berbeda-beda terkait masalah ini. Ada yang berpendapat bahwa mutrafin adalah orang yang memperoleh kenikmatan dan membuatnya lupa akan akhirat. Mereka mendapatkan nikmat yang berlebih, sehingga kenikmatan ini membuat mereka lupa ibadah dan melupakan bekal akhirat. Hal ini sebagaimana juga disinggung dalam surat al-Muhammad ayat 12 yang artinya, ” Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang mukmin dan beramal saleh ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. Dan Jahannam adalah tempat tinggal mereka.”
Pendapat lain mengatakan, mutrafin bukanlah ciri dari penduduk neraka yang berdiri sendiri. Sifat ini dijelaskan lebih lanjut dalam ayat setelahnya, yaitu merujuk pada orang yang hidup terus-menerus dalam kemusyrikan. Mereka menutup telinga dengan adanya dakwah untuk menjauhi kemusyrikan. Mereka terus-menerus menyekutukan allah, sementara mereka diberi kehidupan yang penuh kenikmatan.
Pelajarannya, mari kita jauhi sikap hidup berlebihan dan berfoya-foya. Apalagi kalau itu sampai membuat kita lupa pada Allah Sang Pemberi Nikmat dan melalaikan perintah dan kewajiban yang diberikan Allah SWT.