Sesekali kita harus mengoreksi kutipan-kutipan tafsir yang disampaikan ustadz-ustadz medsos, apalagi jika ustadznya bukan ustadz otoritatif. Peristiwa asal tafsir yang disampaikan Gus Nur tentang kriteria ulama dalam Al-Quran surat Fatir ayat 28.
Dalam penafsiran, sebenarnya ada yang namanya munasabah. Munasabah dalam arti umumnya adalah keterkaitan antara ayat, surat atau kalimat satu dengan yang lain. Membaca dan menafsirkan surat Fatir ayat 28 ini tidak bisa lepas dari ayat sebelumnya, Fatir ayat 27:
اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ اَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءًۚ فَاَخْرَجْنَا بِهٖ ثَمَرٰتٍ مُّخْتَلِفًا اَلْوَانُهَا ۗوَمِنَ الْجِبَالِ جُدَدٌ ۢبِيْضٌ وَّحُمْرٌ مُّخْتَلِفٌ اَلْوَانُهَا وَغَرَابِيْبُ سُوْد
Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menurunkan air dari langit lalu dengan air itu Kami hasilkan buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat.
Sehingga yang dimaksud manusia, hewan melata dan lain-lain dalam ayat 28 adalah bagian dari tanda Allah yang terdapat dalam surat Fatir ayat 27 tersebut.
Untuk mengkaji lebih mendalam terkait tafsir memang harus memiliki keilmuan tafsir yang mumpuni. Namun, untuk lebih meringankan, kelompok yang tidak memiliki kompetensi di bidang tafsir bisa langsung merujuk tafsir Kementrian Agama yang bisa diakses langsung melalui aplikasi Android yang bisa didowload melalui Playstore atau via website Quran Kemenag.
Tafsir Kemenag ini merupakan ijtihad ulama tafsir Indonesia yang cukup otoritatif, walaupun mungkin dalam beberapa hal bisa kita diskusikan kembali. Dalam tafsir Kemenag dijelaskan, bahwa pada ayat ini, Allah menguraikan beberapa hal yang menunjukkan kesempurnaan dan kekuasaan-Nya, yang dapat dilihat manusia setiap waktu.
“Jika mereka menyadari dan menginsyafi semuanya itu, tentu mereka akan menyadari pula keesaan dan kekuasaan Allah Yang Maha Sempurna itu. Di antara tanda-tanda itu adalah Allah menjadikan sesuatu yang beraneka ragam macamnya yang bersumber dari yang satu. Allah menurunkan hujan dari langit, sehingga tanaman bisa tumbuh dan mengeluarkan buah-buahan yang beraneka ragam warna, rasa, bentuk, dan aromanya, sebagaimana yang kita saksikan. Buah-buahan itu warnanya ada yang kuning, merah, hijau, dan sebagainya.
Hal yang sama dijelaskan pula di dalam ayat yang lain. Firman Allah: Dan di bumi terdapat bagian-bagian yang berdampingan, kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman, pohon kurma yang bercabang, dan yang tidak bercabang; disirami dengan air yang sama, tetapi Kami lebihkan tanaman yang satu dari yang lainnya dalam hal rasanya.
Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti. (ar-Ra’d/13: 4) Allah juga menciptakan gunung-gunung yang kelihatan seperti garis-garis, ada yang kelihatan putih, merah, dan hitam pekat. Di antara gunung-gunung itu terbentang pula jalan-jalan yang beraneka ragam pula warnanya.
Menurut para saintis, garis-garis berwarna pada batuan paling umum dijumpai pada jenis batuan sedimen. Batuan sedimen terbentuk dari hasil pengendapan bahan yang terangkut oleh aliran air atau angin. Bahan yang diendapkan adalah butiran-butiran halus berupa pasir, debu, atau lempung sebagai hasil pelapukan batuan di tempat lain, yang kemudian terlepas dari batuan induknya dan terangkut oleh aliran air atau tiupan angin.
Tempat pengendapan bahan sedimen ini umumnya terletak pada bagian-bagian yang rendah di mana kecepatan tenaga pengangkut (arus air, hembusan angin) berkurang. Daerah-daerah yang umum dikenal sebagai tempat pengendapan adalah dataran, pesisir terutama daerah delta, dan dasar laut. Pada proses pengangkutan (transportasi) dan pengendapan (sedimentasi) terjadi pula mekanisme pemilahan (sorting) di mana pada umumnya bahan dengan karakteristik fisik yang sama (misalnya dalam hal ukuran butir atau berat jenis) akan diendapkan pada lingkungan pengendapan yang sama.
Proses pelapukan, pengangkutan, dan pengendapan ini berjalan terus- menerus sepanjang sejarah bumi yang dapat memakan waktu ribuan bahkan jutaan tahun. Selama proses ini berjalan terdapat pula perubahan-perubahan baik dalam hal lingkungan pengendapan maupun jenis bahan yang diendapkan, sehingga pada batuan sedimen terbentuk lapisan-lapisan yang juga melukiskan urutan sejarah (waktu) pengendapan.
Mekanisme geologi lain yang biasa terjadi pada batuan sedimen adalah mengalami pengangkatan oleh adanya gaya tektonik sehingga batuan sedimen yang biasanya terbentuk di tempat-tempat yang rendah bisa dijumpai di puncak-puncak gunung. Pada puncak-puncak gunung yang tertoreh, baik oleh pengikisan maupun oleh terjadinya rekahan, lapisan-lapisan sedimen ini akan tampak ke permukaan.
Setiap lapisan pada batuan sedimen dapat memiliki warna yang berbeda karena tersusun dari material yang berbeda. Perbedaan warna ini terutama dicirikan oleh perbedaan susunan mineralogisnya. Misal: mineral-mineral yang mengandung senyawa besi oksida (hematit) berwarna merah, mineral yang berwarna putih antara lain alumino-silika (kaoline), mineral-mineral logam hidroksida (goethite, brucite, diaspore, boehmite) dapat memberikan berbagai warna (kuning, hijau, abu-abu, hitam, merah muda), yang berwarna bening antara lain silika (kuarsa). Batuan atau mineral keras yang berwarna-warni biasa digosok menjadi batu perhiasan.”
Pembahasan lain terkait tafsir surat Fatir ayat 28 ini bisa dilihat juga dalam tulisan “Tafsir Surat Fathir Ayat 28: Makna dan Kriteria Ulama dalam Al-Quran”