Syekh Yasin al-Fadani, Musnid Dunia Abad 20 dari Nusantara

Syekh Yasin al-Fadani, Musnid Dunia Abad 20 dari Nusantara

Bumi Nusantara, khususnya Indonesia patut berbangga, karena mempunyai seorang ulama sekaliber Syekh Yasin al-Fadani.

Syekh Yasin al-Fadani, Musnid Dunia Abad 20 dari Nusantara
(Gambar: www.majalahnabawi.com)

Sanad atau mata rantai periwayatan dalam dunia keilmuan Islam sangatlah penting. Karena dari sanad tersebut, orang bisa menilai ketinggian intelektual seseorang, bahkan sangat penting dalam periwayatan sebuah hadis. Sebagaimana dikatakan oleh Imam Syafi’i; “Tiada Ilmu Tanpa Sanad”.

Dan bumi Nusantara, khususnya Indonesia patut berbangga, karena mempunyai seorang ulama sekaliber Syekh Yasin al-Fadani. Beliau merupakan penerus Syekh Mahfudz at-Tarmasi dalam tranmisi ilmu sanad.

Dikutip dari buku Martin van Bruinessen yang berjudul Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat: Tradisi-tradisi Islam di Indonesia, nama lengkap Syekh Yasin adalah Alamuddin Abuul Fayd Muhammad Yasin bin Muhammad Isa bin Udik al-Fadani al-Makki as-Syafii, yang terkenal dengan sebutan Syekh Yasin Padang, karena keluarganya berasal dari Padang, Sumatra Barat, Indonesia. Dari situ pula gelar al-Fadani disematkan.

Ia lahir di Mekkah, Arab Saudi pada 17 Juni 1915 M dan meninggal di Mekkah pada 20 Juli 1990 M saat berumur 75 tahun. Beliau adalah ulama yang masyhur sebagai pemegang sanad hadis tertinggi dan penyimpan sanad-sanad berbagai disiplin keilmuan Islam terbanyak di dunia. Dari beliaulah banyak menyebar sanad-sanad hadis dan berbagai disiplin keilmuan lainnya ke penjuru dunia. Julukannya adalah Musnid ad-Dunya, karena ia mempunyai kurang lebih sanad sekitar 700 dari para guru-gurunya.

Ia adalah ulama yang memiliki perhatian besar terhadap kajian ilmu hadis dan sanad. Melalui kegigihannya, beliau mampu mengumpulkan ratusan sanad dari para ulama dan membukukannya.

Semasa hidupnya, Syekh Yasin belajar agama kepada ayahandanya sendiri yaitu Syekh Muhammad Isa Al-Fadani. Kemudian beliau melanjutkan pengembaraan intelektualnya ke Madrasah Shoulatiyyah pada tahun 1346 H.  Saat masih berstatus sebagai seorang pelajar, beliau dikenal sebagai seorang pelajar yang haus akan ilmu dan suka memburu sanad atau suka berpetualang mencari ilmu.

Syekh Yasin mempunyai guru yang mencapai sekitar 700 guru. Semua guru beliau berasal dari Haromain dan luar Haromain. Di antara guru-guru beliau selama di Mekkah adalah Syekh Isa al-Fadani, Syekh Mahmud al-Fadani, Syekh Umar Junaid (Mufti Haromain), Syekh Muhsin bin Ali al-Falimbani (Salah Satu Ulama Mekkah Berdarah Nusantara), Sayyid Syekh Umar bin Husain ad-Dagestani al-Maliki, Sayyid Syekh Hasan bin Muhammad bin Abbas bin al-Massyath Al-Maliki, dan masih banyak lagi guru-guru beliau selama di Mekkah.

Adapun guru-guru beliau yang berasal dari luar Mekkah adalah Sayyid Yusuf bin Ismail bin Yusuf bin Hasan an-Nabhahani, Sayyid Syekh Nashrullah bin Ahmad Afandi asy-Syathi asy-Syami, Hadrotush Syekh Hasyim Asy’ari Al-Jumbani Al-Indunisi, dan masih banyak lagi guru-guru beliau dari Mesir, Indonesia, Syiria, Yaman, Hindia dan lain sebagainya.

Syekh Yasin juga seorang ulama yang produktif dalam menghasilkan karya, khsususnya dalam hadis, ilmu hadis dan berbagai disiplin ilmu lainnya.

Berikut adalah kitab karya syekh yasin tentang ilmu transmisi sanad; Ithaf al-Baroroh bi al-Asanid al-Kutub al-Hadistsiah al-Ashroh, Asanid al-Kutub al-Hatsisiyah as-Sab’ah, Al-Asanid al-Makkiyah li Kutubil Hadis wa Siyar wa Syama’il al-Muhammadiyah, Bughyatul Murid fi Ulumil Asanid, Tanwirul Bashiroh bi Thuruqil Isnad asy-Syahiroh. Kitab-kitab ini merupakan sumbangsihnya di bidang sanad (ilmu hadis dan hadis).

Syekh Yasin merupakan sosok ulama yang murah dalam memberikan ijazah sanad kepada para murid-muridnya. Hal ini dibuktikan dengan Ijazah Am (Umum), bagi orang-orang yang hidup semasanya. Sebagai buktinya, didalam kitab beliau yang berjudul Waraqat fi Majmuatil Musalsalat wal Awail wal Asanid al-Aliyah, beliau berkata:

هذا وقد أجزنا بما في هذه (الورقات) كل من أراد رواية ذلك عنا ممن أدرك حياتنا, وكذا غيره, مما تجوز لنا روايته, وتثبت عنا معرفته ودرياته.

“Dalam kitab ini telah kami ijazahkan seluruh isi dalam kumpulan kertas ini kepada semua orang yang semasa dengan kami dan ingin meriwayatkan dari kami. Begitupun juga orang-orang yang bukan semasa dengan kami. Semua isi tersebut telah kami perbolehkan periwayatanya serta semua pengetahuan juga telah kami tetapkan.”

Selain Ijazah amm di atas, ada beberapa murid beliau yang mendapatkan Ijazah Khos (Khusus) dari beliau yaitu Sayyid Alawi al-Maliki al-Makky, Syekh Yahya al-Ghautsani, Syekh Aiman Suwaid. Dan diantara murid-murid beliau yang tersebar di berbagai penjuru dunia adalah, Syekh Ali Jum’ah Mufti Mesir, Syekh Zain Ismail al-Yamani, Sayyid Abdullah Shidiq al-Ghumari, Syekh Muhammad Ali as-Shobuni Damaskus, KH. Idham Chalid, KH. Sahal Mahfudh Pati, KH. Maimun Zubair Rembang, dan masih banyak lagi murid-murid beliau yang tersebar dipenjuru dunia.

Syekh Yasin juga ulama yang peduli terhadap kitab-kitab sanad seperti al-Awail as Sunbuliah, kitab-kitab sanad tsabat seperti Ta’liqot Tsabat asy-Syanawani, kitab-kitab arbainat seperti Al-Arbaun al-Buldaniyah, dan juga kitab-kitab sanad Awa’il, Tsabat, dan Arbainat lainnya.

Berkat jasa Syekh Yasin lah, banyak Ulama Nusantara dikenal oleh dunia Islam, Bahkan bisa dibilang bahwa jasanya dapat membawa perkembangan khazanah intelektual Islam.

Syekh Yasin adalah orang pertama yang memperhatikan sanad ulama Nusantara. Hal ini bisa dilihat dari usaha Syekh Yasin dalam membukukan sanad para ulama Nusantara. Berkat beliau lah dunia periwayatan di Arab dan Timur Tengah mengenal ulama Nusantara, seperti Syekh Nawawi al-Bantani, Syekh Abdush Shomad bin Abd Rohman al-Falimbani, Syekh Mahfudz at-Tarmasi dan para ulama Nusantara lainnya.

Diantara karya-karya Syekh Yasin al-Fadani dalam bidang hadis dan ilmunya adalah ad-Durr al-Madhud fi Syarh Sunan Abu Dawud 20 Jilid, al-Ujalah fi al-Hadis al-Musalsalat,  Arba’un Hadisan min Arbain Kitaban an Arba’in Syaikhan, Fathul Rob al-Majid fi Ma li Asyakhi min Faraid al-Ijazat wa al-Asanid, dan Fathul alAlam Syarh Bulughul Marom.

Tidak berlebihan jika gelar sebagai Musnid Dunya disematkan pada beliau, karena kegigihannya dalam membukukan sanad ulama Nusantara. Kontribusinya dalam bidang hadis dan dunia periwayatan internasional tidak diragukan lagi. Bahkan Sayyid Abdurrahman al-Ahdal, salah seorang mufti Yaman pernah menggubah syair khusus untuk Syekh Muhammad Yasin Fadani:

أنت في العلم والمعاني فريد # بعقد الفخار أنت الوحيد

Engkau tiada bandingnya di dalam keilmuan dan ma’ani, engkau diantara kejayaan yang paling Berjaya.”

Syekh Abdullah bin Siddiq al-Ghumari juga berkata:

كنا نعد شيخنا السيد رافع الطهطاوي مسند العصر, أما الآن فالشيخ ياسين الفاداني مسند العصر بلا جدل.

“Kita sebelumnya menyatakan bahwa Sayyid Rafi’ at-Tahtawi sebagai musnid masa kini. Adapun sekarang, Syekh Yasin al-Fadani pantas diberikan gelar musnid masa kini tanpa perdebatan”

Syekh Yasin al-Fadani mengabdikan seluruh kehidupannya untuk keilmuan, dan setelah Syekh Yasin Meninggal. Belum ada Ulama Nusantara yang mempunyai kiprah yang cemerlang di Haromain.