Social Distancing Seperti Tuntunan Rasulullah Ketika Wabah

Social Distancing Seperti Tuntunan Rasulullah Ketika Wabah

Bagaimana social distancing yang diajarkan Rasulullah ketika wabah?

Social Distancing Seperti Tuntunan Rasulullah Ketika Wabah

Rasa was was, takut dan saling curiga sudah mulai menjangkit ditengah masyarakat, situasi yang tentu tidak diinginkan semua pihak. Namun, wabah Corona Virus Desease (Covid-19) atau lazim disebut Corona telah mengubah situasi ini terjadi dan semakin semnghawatirkan. Tidak cukup disitu, bahkan sudah mengarah pada rusaknya rasa kemanusian kita, hal ini dapat dilihat pada terjadinya penolakan jenazah korban keganasan Covid-19 beberapa wilayah di negeri ini. Padahal negeri ini adalah negeri yang menjunjung tinggi keanusiaan.

Saat ini, Covid-19 sudah menjadi virus yang paling menakutkan di muka bumi.  Setidaknya lebih dari 200 negara terserang wabah penyakit yang berasald ari provinsi Wuhan, salah stu wilayah di negeri tirai bambu China. Menakutkan, bahkan dunia dibuat mencekam dan menakutkan. Dalam upaya menangani wabah virus Corona yang semakin meluas, pemerintah menganjurkan masyarakat untuk menerapkan social distancing atau pembatasan sosial.

Social distancing merupakan salah satu kebijakan untuk mencegah dan pengendalian persebaran infeksi virus Corona dengan menganjurkan orang sehat untuk membatasi kunjungan ke tempat ramai dan kontak langsung dengan orang lain. Semua orang disarankan untuk melakukan kegiatan dari dalam rumah, baik bekerja, belajar dan beribadah. Jabat tangan yang selama ini menjadi bagian dar identitas kita berbangsa juga di larang dilakukan. Secara prinsip sosail distancing diberlakukan bagi orang-orang yang sehat agar tidak terinfeksi corona. Melihat percepatan penyebaran Corona, pemerintah kemudian mengeluarkan himbauan agar melaksanakan physical distancing.

Dalam dunia kesehatan siatuasi seperti saat ini diberlakukan istilah berbeda, kalau orang yang sehat disarankan untuk melakukan sosial distancing atau physical distancing. Istilah laian yang dikenal dalam dunia kesehatan adalah Self-Quarantine dan Self-Isolation. Kedua istilah ini memiliki pengertian yang berbeda. Selft-Quarantine ditujukan kepada orang yang berisiko tinggi terinfeksi virus Corona, misalnya pernah kontak dengan penderita Corona, tetapi belum menunjukkan gejala. Orang dengan self-quarantine harus melakukan karantina secara mandiri selama 14 hari. Beberapa pantangan selama melaksanakan self-quarantine adalah dilarang menerima tamu, dilarang berbagi penggunaan alat makan dan alat-alat pribadi dengan orang lain, menjaga jarak setidaknya 1 meter dengan orang yang tinggal serumah, mengenakan masker saat berinteraksi dengan orang lain, serta selalu menjaga kebersihan diri dan sering mencuci tangan.

Sedangkan Self-Isolation diberlakukan pada orang yang sudah terbukti positif menderita penyakit Corona. Dalam beberapa kasus, self-isolation merupakan upaya penanganan alternatif ketika rumah sakit tidak mampu lagi menampung pasien Corona. Dan penerapanya harus berdasarkan arahan dan pengawasan dokter. Anjurannya adalah menggunakan masker saat komunikasi dengan penderita Corona, maksimal 15 menit dan menjaga jarak aman 1 meter.  Barang yang digunakan penderita, mulai dari sikat gigi hingga tempat makan, harus dibedakan dengan barang yang digunakan oleh orang lain yang tinggal serumah dengannya. Penderita pun wajib untuk selalu mengenakan masker.

Apaya yang dipaparkan diatas sesungguhnya merupaka upaya yang dilakukan dalam peanganan dan pencegahan, akibat cepatnya wabah corona ini menjangkiti masyarakat. pertanyaannya kemudian adalah bagaimana sebenernya Islam memandang sosial distancing ini. Pertanyaan ini tentu dibutuhkan jawaban yang tidak hanya sebatas kajian tapi juga evident.

Tuntunan Rasulullah

Persebaran wabah penyakit menular seperti corona ini sesungguhnya bukan pertama kali terjadi didunia, bahkan dalam beberapa catatan, persebaran wabah ini terjadi beberapa kali dengan korban yang tidak sedikit. Sekitar abad ke 18 hijriyah, tepatnya pada mas pemerintahan kholifah Umar bin Khottab, terjadi serangan wabah yang paling berat yaitu wabah awamas atau penyakit thaun. Kenapa wabah itu dikatakan awamas atau thaun, karena pusat wabah itu ada di kampung kecil bernama Amawas. Dalam sejarah Islam, nama tempat wabah penyakit era Umar bin Khattab dikenal dengan Thaun Amawas atau wabah Amawas. Kampung itu terletak antara daerah Ramallah dengan Baitul Maqdis. Wabah itu menewaskan puluhan ribu orang, termasuk para sahabat Rasulullah SAW, diantaranya, Abu Ubaidah bin Jarrah dan Muaz bin Jabal, Suhail bin Amr, Syurahbil bin Hasanah, Abu Jandal bin Suhail, dan yang lainnya.

Kerena wabah penyakit ini pula, kemudian Sayidina Umar bin Khatab membatalkan rencana kunjungannya. Dalam riwayat, saat itu Sayaidina Umar sudah perjalannan menuju Syam. Ditengah perjalanan memutuskan untuk membatalkan rencana tersebut. Keputusan itu diambil setelah mengadakan dialog dan musyawarah bersama Abu Ubaidah bin Al-Jarrah yang menyertai perjalana Syaidina Umar. Dialog itu berlangsung di daerah Syargh, jelang masuk ke daerah Syam.

Amr bin Ash yang menggantikan gunernur sebelumnya yaitu Ubaidah bi Jarrah dan Muaz bin Jabal yang meninggal karena wabah thaun, melakukan peneletian terhadap wabah tersebut. Selang beberapa waktu Amr mengatakan bahwa wabah itu seperti api selama masih ada kayu bakar, dia akan terus menyala. Artinya selama masih ada orang yang sehat, wabah akan terus menyebar. Amr bin Ash memutuskan untuk meminta warga yang sehat menyingkir ke bukit-bukit, atau dalam istilah sekarang Sosial Distancing atau Physial Distancing.

Sosial Distancing juga pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Yaitu saat wabah kusta melanda masyarakat Madinah. Dalam sebuah riwayat dismapaikan, bahwa Rasulullah SAW meminta masyarakat untuk menjauhi penderita kusta. Imam Bukhori meriwayatkan, hadist dari Abu Huarirah, dari Nabi SAW. Beliau bersabda: “menyingkirlah dari orang-orang yang berpenyakkitan kusta. Seperti kamu menyingkir dari singa”. Hadist ini menggambarkan betapa besar perhatian Rasulullah pad kesehatan dan keselamatan manusia dan betapa bahanya penyakit menurlar sperti kusta. Sehingga diminta untuk menjauh bahkan dengan penggunaan isilah yang sangat tegas yaitu seperti kamu menyingkir dari singa.

Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW memberikan batasan yang tegas agar kita menjaga jarak dari penderita penyakit kusta. Rasulullah SAW, bersabda: “Berbicaralah dengan orang yang berpenyakit kusta dalam jarak kira-kira satu tombak atau dua tombak”.  Dalam hadist ini, rasulullah secara lugas menyampaikan, jarak aman saat berinterasi dengan penerita penyakit menular. Rasulullah menyebut satu atau dua tombak, jika melihat rata-rata ukuran tombak antara 2samapai tiga meter maka jelaslah jarak aman yang harus kita ambil jika berinterasi dengan penderia penyakit menular.

Berdasarkan pada dua hadist Rasulullah SAW dan cerita persebaran wabah thaun, menegaskan bahwa anjuran menjauh penyakit dan berhati-hati atau dalam istilah modern sosial distancing atau physical distancing sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW. Solial Distancing merupakan cara yang efektif untuk menghentikan persebaran wabah penyakit menular seperti thaun, kusta termasuk Corona. Selain itu, juga sangat penting untuk selau menjaga kesehatan diri, dan lingkungan. Berolah raga secara teratur, melaksanakan aktifitas secara teratur masanya, dan makanlah makanan yang sehat dan baik, jangan berlebihan serta senantiasa meminta pertolongan Allah.

Kerena penyakit ini menular, maka pada zaman Rasulullah SAW, melarang umatnya dari sebab-sebab yang dapat mendatangkan kerusakan pada tubuh dan hati. Mungkin penyakit itu terhirup oleh orang yang sehat dan kemudian menjangkiti orang yang sehat tersebut. Karenanya menjaga jarak adalah langkah bijak bagi umat yang berakal sehat. Smeogat Allah segera mangangkat wabah Corona ini dan memberikan kebaikan-kebaikan baru dalam kehidupan umat manusia.

 

Jakarta, 13 April 2020

Hj. Mukarromah, S.Pdi

Bidang Hukum, Advokasi dan Litbang, Pengurus Pusat Muslimat NU